Senin, 09 Februari 2009

urgensi dakwah para nabi

Oleh: Apriyanto, Mukhlis,dan muslimin Kholifah
A. MUQODDIMAH
Segala puji bagi Allah, Pengatur dan Pemelihara seluruh alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti dan memperjuangkan agamanya. Dalam kesempatan ini kami sebagai pemakalah akan sedikit menjelaskan masalah urgensi da`wah dan tanggung jawab da`i.

B. PEMBAHASAN
a. URGENSI DA`WAH
Pada dasarnya, da`wah merupakan kewajiban yang terpikul di atas pundak seorang yang mengaku dirinya muslim, terlepas memiliki cukup ilmu ataupun kurang memiliki ilmu. Bila diibaratkan tubuh manusia, da`wah adalah tulang punggungnya, sementara aqidah adalah ibarat ruhnya. Aqidah tanpa da`wah tidak akan tegak, demikian pula da`wah tanpa aqidah akan kehilangan makna. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat di pisahkan.
Urgensi da`wah dapat ditinjau dari dua sisi, diantaranya adalah:
1. Da`wah merupakan kebutuhan manusia. Diantaranya mempunyai beberapa alasan:
a. Kebutuhan orang terhadap keselamatan dan terhindar dari segala bentuk azab (siksaan) Allah swt. Sedangkan Allah tidak menurunkan azab kepada suatu masyarakat yang di dalamnya tegak sepenuhnya ajaran Allah dan Rosulnya, sebagaimana firman Allah swt: (Q.s. Al-Anfaal: 33)

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”

Ibnu katsir menjelaskan maksud ayat diatas: ibnu abi hatim meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata: sesungguhnya Allah swt memberikan keamanan bagi umat ini. Mereka senantiasa terpelihara dan terjaga dari aneka bencana dan azab selama dua keamanan itu berada di tengah-tengah mereka. Sebuah keamanan dipegang allah swt dan sebuah lagi berada pada mu. Oleh karena itu. Allah swt tidak mengazab kaum kafir mekkah lantaran rasulullah saw dan kaum mukminin yang tertindas berada di tengah-tengah mereka. Setelah nabi saw dan umatnya berhijrah, maka dia menyiksanya melalui peristiwa badar. Penafsiran senada diriwayatkan pula dari abu musa al-asy`ari, qatadah, abu al-ula`an-nahwi al-muqri. Tirmidzi meriwayatkan dari ibnu abi burdah bin abi musa, dari ayahnya, dai berkata: rasul saw bersabda:
انز ل الله علي اما نين لامتي"وماك ن الله لعيذ بهم وانت فيهم وما ك ن الله معذ بهم وهم يستغفرون"فاءذامضيت تركت فيهم الاستغفار الى يوم القيامة رواه التر مذي
“Allah swt menurunkan dua keamanan kepada umatku. Dan allah swt sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di tengah-tengah mereka. Dan tidaklah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. Jika telah tiada, maka aku meninggalkan mereka istigfar hingga hari kiamat. (HR. Tirmidzi)

Hadits ini didukung pula oleh hadits yang lain yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Hakim, dari ibnu said yang menceritakan bahwa rasulullah saw bersabda:
ان الشطان قال: وعزتك يارب لاابرح اغوي عبادك مادامت ارواحهم في اجسادهم.فقال الرب:وعزتي وجلا ليل لاازال اغفر لهم مااستغفر وني رواه احمد
Artinya: setan berkata:” wahai tuhan ku, demi keagungan mu, aku akan senaniasa menyesatkan hamba-hamba mu selama hayat mereka masih dikandung badan. Maka Allah swt berfirman:” Demi keagungan dan keperkasaan ku, aku senantiasa mengamouni mereka selama mereka meminta ampun kepada ku.(HR. Ahmad )

Dan anggota-angota masyarakat tersebut tidak bergelimang dalam kedzoliman. Sebagaimana firman Allah swt: (Q.s. Al-Ankabut: 56)

“Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, Sesungguhnya bumi-Ku luas, Maka sembahlah Aku saja”
Semua ini di mungkinkan jika da`wh dan amar ma`ruf nahi munkar dijalankan dengan baik dan sungguh-sungguh.
b. Dampak negatif dari kefasikan elit masyarakat. Secar riil, elit masyarakat selalu mempunyai pengaruh yang sangat besar, positif maupun negative. Apalagi pada masyarakat yang paternalistik salah satu dampak negatifnya adalah Allah swt akan menghancurkan mmasyarakat di mana para elite fasik berada. Sebagaimana firman Allah swt: (Q.s. Al-Isra`: 16)

“Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”

Maka segala da`wahyang berupaya menghilangkan atau setidaknya mengurangi kafasikan, terlebih yang terjadi pada para elite. Sungguh sangat di utamakan.
c. Sifat lupa pada setiap manusia, sebagaimana firman Allah (Q.s. Al-A`raaf: 179)

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat”

Sifat ini menjadikan seseorang selalu butuh orang lain yang mengigatakan dan menyadarkan dirinya. Jauhnya manusia dari peringatan acapkali membawanya kejurang kemungkaran dan kehancuran.
d. Terus berlangsungnya ajakan (da`wah) kearah kebatilan. Pendukung kebatilan tidak pernah berhenti bekerja, drngan program yang rapi, sarana yang canggih dan dana yang nyaris tak terbatas.diantara mereka,ada kalangan penguasa dan adapula kalangan rakyat biasa. Allah swt berfirman: (Q.s. As shaaf: 8)

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".
Dan juga Allah berfirman didalam (Q.s. Al-Anfaal: 36)

”Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, Kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan”
Terlebih lagi jika kita perhatikan (Q.s. Al-Baqarah: 257)

”Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”

Ayat tersebut mengisaratkan bahwa diatas pentas kehidupan manusia, ada dua kekuatan yang terus bertarung. Yaitu kekuatan yang mengajak kecerahan dan kekuatan yang mengajak kepada kegelapan. Dan satu samalain saling mengungguli dengan segala daya dan upaya. Disisihlain muncul pula kekuatan remang-remang yang tidak mau berada di tempat terang dan tidak mau pula ditempat gelap. Maka orang-orang tersebut itulah orang-orang yang ragu dengan keimanan dan kekafiran.(Q.s. Am-N-sa`: 143, 150, 153).
Maka jika da`wah ilallah tidak serius dan berkesinambungan, masyarakat akan mengalami degradasi.
2. Da`wah merupakan kewajiban syar`i
Da`wah sebagai kewajiban syar`ie artinya da`wah itu menjadi kewajiban yang harus di teruskan oleh setiap muslim, berdasarkan nash-nash syar`ie yaitu dengan (al-Qur`an dan as- Sunnah), diantaranya adalah;

1. Bentuk kalimat perintah صِيْغَةُ الأَمْرِ
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl (16) : 125)
2. Bentuk kalimat berita (tetapi mengandung tuntutan) صِيْغَةُ الْخَبَر
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.( QS. Ali Imran (3) : 110)
3. Bentuk kalimat menghasung (memotivasi) صِيْغَةُ التَّرْغِيْبِ
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًاوَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?“ (QS. Fush shilat (41) : 33)
حديث عائشة رضي الله عنها، عن النبي صلى الله عليه و سلم :
وَاللهِ َلاَنْ يَهْدِىَ الله ُبِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ ( رواه البخـــــارى )
Demi Allah, sungguh Allah memberikan hidayah kepada seseorang lantaran da`wah kamu, maka bagi kamu itu lebih baik dari unta pilihan (dunia dengan segala isinya) (HR. Al-Bukhari)


4. Bentuk kalimat peringatan (ancaman) صِيْغَةُ التَّرْهِيْبِ
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَا بِ
Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.( QS. Al-Anfaal (8) : 25)
5. Bentuk kalimat Tamsil (Permisalan) صِيْغَةُ التَّمْثِيْلِ
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَى اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ ص م قال: مَثَلُ الْقَائِمِ فِي حُدُوْدِ اللهِ، وَالْوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اِسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ، فَصَارَ بَعْضُهُمْ اُعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا،
وَكَانَ الَّذِيْنَ فِي أَسْفَلِهَا اِذَا سْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقِهِمْ، فَقَالُوْا: لَوْ اَنَّا خَرَقْنَا فِي تَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَاِنْ تَرَكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا،
وَاِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَنَجَوُا جَمِيْعًا ( راه البخـــاري(
Dari Nu`man bin Basyir r.a dari Nabi s.a.w. beliau bersabda:”Perumpamaan orang yang teguh menjaga larangan-larangan Allah s.w.t. dan orang yang melanggar larangan-larangan-Nya, seperti satu kaum (sekelompok orang) yang berundi (berebut kesempatan) untuk naik ke perahu. Maka sebagian dari mereka mendapatkan tempat di bagian atas kapal dan sebagian lainnya mendapat tempat di bagian bawah (dek). Para penumpang yang berada di bawah kalau memerlukan air minum, harus melewati para penumpang yang berada diatas, maka terpaksa mengganggu mereka. Lantas mereka (para penumpang dibawah) berkata:” seandainya kami lobangi tempat duduk kami satu lobang saja, maka kami tidak usah lagi mengganggu para penumpang di atas”. Maka apabila para penumpang lainnya mencegah tangan mereka dari upaya melobangi kapal, niscaya selamatlah seluruh penumpang kapal. Apabila penumpang lainnya membiarkan mereka dengan apa saja yang mereka kehendaki, niscaya hancurlah (karam) seluruh penumpang kapal. (HR. Al-Bukhari)
REFERENSI
 Syafri, Ulil Amri Dkk. Da`wah Mencermati Peluang Dan Problematikanya, Jakarta: STID Mohammad Natsir, Th. 2007, Cet. I
 Nasib ar.rifa`I, Muhammad, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani Press, Th. 1999, Cet. l, jilid 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar