Kamis, 12 Februari 2009

MENYINGKAP TABIR KESESATAN AHMADIYAH

BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah
Islam merupaka agama yang telah sempurna, dalam Islam telah jelas mana yang baik dan mana buruk. Islam merupakan petunjuk hidup bagi manusia yang diturunkan oleh Allah SWT demi kebaikan manusia itu sendiri. Jikalau Islam itu dijadikan pegangan hidup, maka akan memuliaakan pemeluknya. Terbukti umat Islam pernah berkuasa dimuka bumi ini kurang lebih 13 abad dengan kekuasaan yang meliputi 2/3 dunia. Namun bila Islam itu ditinggalkan, maka akan menghinakan manusia itu sendiri.
Musuh Islam tak hentinya menyerang umat Islam yang sedang terpuruk ini, karena mereka takut umat Islam bangkit kembali dan menghancurkan kekuasaan mereka yang dholim. Diantara serangannya adalah menghancurkan Islam dari dalam dengan melahirkan airan-aliran sesat yang menyesatkan umat Islam. Diantara aliran sesat itu adalah aliran sesat Ahmadiyah.
Karena Ahmadiyah menjadi permasalan yang sangat pelik di Indonesia khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Maka penulis merasa tertarik untuk mencoba mengkaji persoalan Ahmadiyah ini.
1.2 Rumusan permasalahan
Dalam perumusan masalah karya tulis ini penulis menghindari melebarnya masalah. Sedangkan yang menjadi perumusan masalah, penulis memapakan pertanyaan diantaranya:
a. Bagaimana munculnya Ahmadiyah dan yang melatar belakanginya?
b. Alasan yang menyebabkan sesatnya Ahmadiyah?
1.3 Tujuan tulisan
Adapun yang menjadi tujuan tulisa ini adalah:
a. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan ahmadiyah dan perkembangannya
b. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadikan sesatnya Ahmadiyah

1.4 pentingnya makalah
Penulis merasa penting karena Ahmadiyah merupakan aliran sesat yang paling pelik masalahnya di Indonesia khususnya dan dunia Islam pada umum.
Penulis memaparkan persoalan penting tentang ahmadiyah, mulai dari latar belakang munculnya Ahmadiyah, perkembangannya dan hal-hal yang mengungkap kesesatannya.
1.5 metodologi penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitain syariah, penulis berusaha menganalisa secara kritis dan objektif dari data-data yang diperoleh dalam bentuk yang berarti dan mendalam supaya dijadikan rijikan dalam menilai fakta yang tengah berkembang.
1.6 sistematika penulisan
Adapun yang menjadi sistematika penulisan dalam tulisan ini terdiri dari lima bab, antara lain:
BAB I. Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, tujuan tulisan, metodologi tulisan dan ditutup dengan sistematika penulisan.
BAB II. Latar belakang munculnya Ahmadiyah, yang berisi umat Islam India pada abad 19, profil Mirza Ghulam Ahmad, hubungan Ahmadiyah dengan Inggris, dan ditutup dengan perjalanan mirza menuju kenabian.
BAB III. Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah, yang berisi pemikiran dan keyakinan Ahmadiyah, masalah kenabian, bulan dan tahun Islam, sumber hukum Ahmadiyah, tanah suci, baiat, hal-hal yang mewajibkan kafirnya mirza dan ditutup dengan pembajakan ayat suci Al-qur'an
Bab IV. Penyebaran dan aktifitas ahmadiyah, yang berisi pemipin Ahmadiyah, silsilah, dan ditutup dengan kholifah.
BAB V. Perkembangan Ahmadiyah di Indonesia, yang berisi Qodian dan Lahore.
BAB VI. Penutup sekaligus kesimpulan.

BAB II. Latar belakang historis munculnya ahmadiyah
2.1 umat Islam India pada abad 19
India adalah wilayah yang dihuni oleh banyak kelompok keagamaan, dan Islam salah satu masyarakat agama dalam pengertian yang mendalam dibandingkan dengan kelompol-kelompok keagamaan lain yang strukturnya ditentuka sebagaimana gagasan keagamaan dan sebagian lagi oleh gagasan Ras. Islam menghapus sama sekali gagasan ras itu dan melandasinya dengan gagasan keagamaan semata-mata.
Abad 19 merupakan sebuah periode yang sangat penting dalam sejarah modern. Suatu abad dimana berbagai konflik di dunia islam terjadi. India adalah salah satu pusat konflik itu. Di India, konflik antara peradaban timur dan barat, sistem pendidikan tradisional dan medern, dan antara islam dan kristen telah mencapai puncaknya.
Berbagai pergerakan muncul ketika perjuangan untuk kemerdekaan negara pada tahun 1857 di tumpas. Inside ini membuat trauma umat islam. Jiwa mereka terluka dan pikiran mereka lumpuh. Mereka dihadapkan pada ancaman perbudakan ganda, baik secra politik maupun secara kultural. Disatu sisi Inggris melancarkan sebuah kampanye untuk mengobarkan peradaban kultural yang baru, disis lain para misionaris menyebarkan kristenisasi. Mampu membuat umat islam goyah terhadap aqidahnya merupakan prestasi yang gemilang. Umat islam yang belum memiliki aqidah yang kuat merupakan target utama mereka. Sekolah dan perguruan tinggi merupakan sarana mereka untuk menyebarkan kesesatan. Upaya ini sedikit membuahkan hasil karena beberapa insiden pemurtadan uamt islam terjadi.
Inilah salah satu aspek kondisi saat itu, sebuah kondisi dibawah ancaman eksternal. Tetapi secara internal kondisinya bahkan lebih buruk. Perpecahan diantara kelompok islam sudah memprihatinkan, setiap kelompok menghujat kelompok yang lain. Polemik antar kelompok merupakan gejala umum pada saat itu, sehingga memicu meletusnya kerusuhan bahkan pertumpahan darah. seluruh india berada dalam cengkeraman perang saudara.
Disisi lain para sufi yang belum matang dalam thariqatnya dan orang-orang awam yang mengaku mempunyai kelebihan spiritual telah memperburuk citra aliran sufi dan menjadikannya barang mainan. Mereka leluasa menyabarkan mantra-mantra dan tahayulnya. Mereka mengklaim memiliki kelebihan luar biasa serta mengaku menerima risalah dari Tuhan. Akibat itu semua, kecintaan pada tahayul, khurofat dan lain-lain tumbuh subur dalam masyarakat muslim. Semakin besar kemampuan seseorang melakukan itu, semakin tinggi popuralitasnya.
Secara umum umat islam berada dalam cengkeraman frustasi dan telah jatuh menjadi korban sebagai pihak yang kalah. Gagalnya perjuangan kemerdekaan pada tahun 1857 serta sejumlah pergerakan religius militan masih terngiang-ngiang jelas di memori mereka. Banyak yang berputusasa untuk membawa perubahan. Sehingga banyak dari mereka yang menunggu-nunggu bangkitnya seorang tokoh kharismatik, seorang tokoh yang dipilih oleh Tuhan.
Diberbagai tempat banyak berita bahwa imam mahdi akan muncul pada penghujung abad 19. Diberbagai majlis orang-orang merujuk pada berbagai kemaksiatan yang muncul menjelang terjadainya hari kiamat. Berbagai ramalan dan ungkapan mampu membuat orang-orang melupakan kegetiran dan pahiotnya kondisi yang mereka alami.
Provinsi punjab pada khususnya merupakan pusat kegalisahan dan kebingungan mental, tahayul, dan kebodohan agama. Punjab telah menderita selama 80 tahun dibawah kekuasaan sikh Raja, seorang militer yang kejam. selama kekuasaannya, keyakinan dan ketaatan umat islam sangat lemah, pendidikan islam hampir tidak ada, kehidupan islami telah goyah dan pikiran mereka benar-benar dalam kondisi bingung dan tak berdaya.
Kondisi ini telah membuka jalan bagi munculnya sebuah keagamaan di punjab. Menjelang akhir abad inilah Mirza ghulam ahmad muncul dengan membawa risalah dan gerakan yang unik. Untuk menyebarkan ajarannya, mirza telah menemukan lahan yang subur dan waktu yang tepat.
Ada beberapa faktor yang menguntungkan gerakan keagamanmya, yaitu:
a) kegelisahan yang terjadi secara umum dalm pikiran masyarakat.
b) Kecintaan masyarakat terhadap hal-hal yang berbau mistik
c) Keputusasaan terhadap efektifitas sarana-sarana reformasi dan revolusi yang moderat dan normal.
d) Menurunnya prestise ulama dan keyakinan masyarakat terhadap mereka.
e) Meluasnya debat-debat keagamaan yang telah menabah rasa ingin tahu dan kecenderungan masyarakat terhadap agama, sehingga dalam jumlah besar menyebabkan mereka tumbuh menjadi pemikir bebas.
f) Adanya dukungan penuh dari inggris.
Faktor-faktor tersebut merupakan kondisi yang sangat menguntungkan mirza, sehingga banyak menarik pemeluk dan tumbuh berkembang menjadi sekte dan agama bernama Ahmadiyah.
2..1.1 Zaman Pergolakan Dan Perubahan Dunia
Berdirinya Ahmadiyah yang dipimpin Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908), dilatarbelakangi tiga faktor. Pertama, kolonialisme Inggris di benua Asia Selatan. Kedua, kemunduran kehidupan umat Islam di segala bidang. Dan ketiga, proses kristenisasi oleh kaum misionaris. Banyak perubahan dan pergolakan sosio-politik dunia pada masa-masa itu. Imperialisme Barat menampakkan warnanya. Inggris Raya sedang jaya-jayanya hampir di seluruh belahan bumi ini. Namun sejauh yang berkaitan dengan masalah agama Kerajaan Inggris memberikan jaminan kebebasan beragama, khususnya dalam toleransi beragama. Yaitu dengan disahkannya rancangan undang-undang Emansipasi Katolik (Catholic Emancipation Bill) pada tahun 1829, yang mana dasarnya adalah penghapusan diskriminasi dalam perkara-perkara sipil dan kesama-rataan dalam hak-hak politis.
Banyak hal yang merubah pola pikir dan cara hidup dunia. Rancangan pembuatan terusan Suez sudah mulai dijajaki semenjak tahun 1833. Dan Terusan Suez itu selesai dibuat pada tahun 1865. Mesin cetak plat baja sudah ditemukan pada akhir abad ke-18. Dan mesin cetak praktis yang menggunakan tenaga uap pertama kali diproduksi dan digunakan pada tahun 1814. Kendaraan-kendaraan atau alat-alat transportasi praktis yang menggunakan tenaga uap dirancang pada tahun 1802, dan pada tahun 1824 sudah banyak yang beredar dengan sukses. Daimler menemukan internal-combustion-motor pada tahun 1885 yang menggunakan minyak/petroleum spirit. Kapal uap pertama mulai menjelajahi jarak antara Liverpool dan Glasgow pada tahun 1815. Jaringan kereta-api pun mulai dibuka di Inggris pada tahun 1825. Electric telegraphy mulai digunakan pada tahun 1820 sebagai sarana komunikasi antar berbagai tempat di seluruh dunia. Mesin elektro-magnetik mulai digunakan pada tahun 1832. Pada tahun 1846 telah ditemukan sistim anaesthetik. Dan sistim antiseptik dalam perawatan luka mulai diakui pada tahun 1867. Penelitian Pasteur tentang teori kuman pada penyakit-penyakit infeksi dimulai pada tahun 1850. Dan malaria serta tuberculosis ditemukan pada tahun 1880. Penggunaan listrik secara komersial untuk sarana penerangan telah dimulai pada tahun 1879. Dan telephone ditemukan pada tahun 1876. Demikian pula X-ray ditemukan pada tahun 1895. Ringkasnya banyak sekali penemuan-penemuan baru yang mengubah pola pikir dan pola hidup manusia.
2.1.2 Kebangkitan Kristen
Selain itu di bidang keagamaan, misi-misi Kristen mulai bergerak dengan gencarnya di seluruh dunia semenjak tahun 1804. Bahkan kurun waktu antara tahun 1815 hingga 1914 telah ditetapkan oleh kelompok Kristen sebagai The Great Century of World Evangelization (Abad Agung Penginjilan Dunia). Dan anak-benua India merupakan sebuah sasaran yang dijadikan sebagai proyek besar bagi gerakan penginjilan/kristenisasi itu. Dan jutaan orang masuk ke dalam agama Kristen melalui gerakan-gerakan missionaris Kristen disana. Misalnya: missi-missi Kristen dari Inggris antara lain Methodists masuk ke India pada tahun 1819; Scottish Presbyterians masuk pada tahun 1823. Sedangkan missi-missi Kristen dari Amerika antara lain: Congregationalist (American Board) masuk ke India pada tahun 1810; Presbyterians pada tahun 1834; Baptists pada tahun 1836; Lutherans pada tahun 1840; dan Methodists pada tahun 1856. Kemudian German Gossner Mission masuk pada tahun 1839. Dan Scandinavian Lutherans pada tahun 1867. Dan uniknya Ratu Victoria memproklamirkan kebebasan beragama serta sikap tidak memihak Kerajaan Inggris Raya pada suatu agama, di India pada tahun 1858.
2.1.3 Kebangkitan Gerakan Neo-Hindu
Bersamaan dengan itu di anak-benua India pun bermunculan kelompok-kelompok Neo-Hindu yang gencar menghadapi perkembangan zaman. Diantaranya yang paling militan dan agressif adalah sekte Arya Samaj (Aryan Society) yang didirikan pertama kali pada tahun 1875 di Bombay oleh Swami Dayananda Saraswati (1824-1883). Ini adalah suatu gerakan yang ingin mengembalikan kemurnian agama Hindu dan menampilkannya sebagai suatu kebanggaan nasional India. Swami Dayananda Saraswati ini mulai mengembangkan ajaran Neo-Hindu-nya sejak tahun 1865. Alirannya banyak menentang pemahaman-pemahaman Hindu Brahma yang ortodox. Selain itu mereka melancarkan serangan besar-besaran terhadap Kristen maupun Islam. Swami Dayananda Saraswati yang digelari "Hindu Luther" oleh penentangnya, juga menulis sebuah 'Bible' Arya Samaj yang bernama Satyarth Prakash, yang berisikan penafsiran/terapan-terapan ayat Veda yang menggambarkan sikap Hindu terhadap agama-agama lainnya dan terhadap permasalahan-permasalahan sosial kontemporer. Sekte ini berkembang menjamur di India dengan cepat, khususnya di wilayah Punjab.
BAB III. profil Mirza ghulam Ahmad dan hubungannya dengan Inggris
3.1 Latar belakang keluarga
Dilihat dari genologi, mirza termasuk keturunan Barlas dari moghul. Namun dengan berjalannya waktu, ia mulai mengetahui lewat "ilham" bahwa ia sebenarnya dari Persia.
Mirzagul Ahmad, nenek moyang mirza ghulam Ahmad memiliki harta melimpah, ia juga memiliki lahan yang luas di Punjab. Ia selalu memberikan makan orang-orang di meja makannya serta pengaruh religious di masyarakat. Namun setelah kematiannya, hartanya berkurang dan dan kaum sikh menyita sejumlah desa yang berada di atas areal tanah miliknya. Hal ini terus berlanjut sehingga tidak ada tanah yang menjadi hak milik kakeknya, mirza Ata m, kecuali daerah Qodian. Ditahun-tahun akhir kekuasaan Ranjit singh, mirza ghulam murtaza, ayah mirza ghulam Ahmad, kembali daerah Qodian kemudian mirza memperoleh lima kampung dari areal lahan ayahnya.
3.2 Kelahiran, masa kecil dan pendidikan
Mirza ghulam ahmad dilahirkan pada tahun 1839 atau 1840 di Qodian, daerah Gardapur pada masa terakhir kekuasaan kaum sikh. Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan kembar. Saudara kembar ia (perempuan) wafat beberapa hari setelah lahir.
Pada usia sekitar 7 tahun (sekitar thn.1841) beliau dididik oleh seorang guru privat yang bernama maulavi Fazl Ilahi. Ia seorang penduduk Qadian dan penganut mazhab Hanafiah. Ia mengajarkan Al-Quran dan beberapa dasar buku pelajaran bahasa Farsi.
Pada usia 10 tahun Hz.Mirza Ghulam Ahmad dididik oleh guru privat bernama Fazl Muhammad. Ia berasal dari Feroze-wala, Gujran-wala, dan dari kelompok Ahli-Hadis. Ia mengajarkan dasar-dasar tata-bahasa Arab. Dan pada usia 17 atau 18 tahun beliau dididik oleh seorang guru Shiah, bernama Gul Ali Shah. Guru ini mengajarkan lebih lanjut tata-bahasa Arab dan juga mantik/logika. Selain itu ayah beliau adalah seorang tabib yang mahir, maka beliau pun memperoleh pendidikan dalam bidang ilmu ketabiban ini. Dan beliau mempunyai kecenderungan banyak menelaah buku-buku. Terutama dari perpustakaan keluarga yang masih terpelihara sejak turun-temurun.
Masa remajanya, Ghulam Ahmad belajar sebagian buku-buku bahasa Urdu dan bahasa Arab dari ustadz-ustadz yang kurang dikenal. Juga belajar sedikit dari ilmu perundang-undangan.
3.3 Watak dan moral
Sejak masa kanak-kanak mirza adalah anak yang yang sederhana, ia tidak menaruh perhatian pada masalah keduniaan dan Nampak sedikit linglung. Bahkan ia tidak mengutahui cara memutar arloji. Ia tidak mengetahui waktu bahkan ia tidak bisa membedakan antar sepatu sebelah kiri dan sebelah kanan. Mirza Bashir Ahmad menulis: "suatu saat ada yang membawa gurgabi ( sepatu yang biasa dipakai di daerah Punjab).mirza memakainya namun ia tidak bisa membedakan mana yang sebelah kanan dan mana yang sebelah kiri. Ia sering memakai sepatu dengan kaki yang salahsehingga ia merasa kurag nyaman. Kadang-kadang ketika ia diperingatkan agar memakai sepatu dengan benar supaya tidak merasa sakit, ia akan mudah tersinggung dan akan mengatakan bahwa orang-orang tidak ada yang baik. Ibunya mengatakan bahwa ia telah memasang sebuah tanda yang menunjukan sebelah kanan dan kiri. Yang diletakan diatas sepatunya supaya ia merasa nyaman , tetapi ia tetap keliru memakai sepatu. Akhirnya ibunya melepas tanda tersebut.
3.4 Kesehatan fisik
Mirza pada masa mudanya sering mengalami hysteria dan terkaang ia jatuh tidak sadarkan diri akibat penyakit saraf yang dideritanya. Ia juga menderita penyakit diabetes dan baser (sering kencing). Mirza mengatakan sakit kepala, pusing, imsonia, serta detak jantung yang tidak normal muncul karena penyakit saraf dan diabetes. Ia mudah cape dan mudah kehilangan tenaga. Ia banyak melakuka latihan spiritual dan menjalani disiplin diri yang ketat dan serimg berpuasa dalam jangka waktu yang lama. Namun karena kesehatannya ia harus menghentikan kegiatannya.
3.5 Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi mirza diwarnai kesusahan dan kemiskinan. Namun ketika misi gerakannya berkembang dan ia menjadi pemimpinsekte keagamaan, ia tumbuh menjadi orang yang serba berkecukupan, Perbedaan yang mencolok antara kehidupannya dulu dan yang baru. Ia sering mendapat hadiah yang besar bahkan dari orang yang tak dikenal.
3.6 Perkawinan dan anak-anak
Perkawinan mirza ghulam ahmad yang pertama terjadi pada 1852 atau 1853 dengan slah satu familinya. Dengan istri pertama ini yang diceraikannya pada 1891, ia mendapatkan keturunan dua anak laki-laki: mirza sultan Ahmad dan mirza fazal Ahmad. Pada 1884 ia menikahi wanita lain, putrid dari Hawah Nasir Delhi, seluruh keturunan mirza yang lan lahir dari istri yang kedua ini. Ia memperoleh tiga anak laki-laki: Mirza Bashiruddin, mirza bashir ahmad (penulis kitab sirat Al-mahdi) dan mirza sharuif ahmad.
3.7 Wafat
Pada tahun 1891 mirza menyatakan dirinya Al-masih Al-muntadzar. Kemudian pada tahun 1910 ia menyatakan seorang Nabi. Maka ulama muslim mulai mengecam. Diantara yang mengecamnya adalah maulana sanaullah Amritasi, editor majalah Ahlu Hadits.
Pada tanggal 5 April 1907 mirza mangeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada maulani sanaullah sebagai berikut:
"sekiranya aku adalah seorang pembohong yang bsar seperti apa yang anda gambarkan dalam majalah anda, maka aku akan mati disaat anda masih hidup. Karena aku tahu bahwa masa hidup seorang pembuat kejahatan dan pembohong tidak akan lama dan pada akhirnya ia akan mati sebagai orang yang gagal dalam keadaan terhina dan sengsara disaat musuh besarnya masih hidup. Namun sekiranya aku bukan pembohong dan penipu tatapi seorang yang telah mendapat kemuliaan melalui wahyu Tuhan, serta imam mahdi dan Al-masih yang dijanjikan, maka aku memohon dengan rahmat Tuhan dan seiring dengan sunatullah anda tidak akan selamat dari hukuman karena anda menolak kebanaran. Hukuman itu bukan berasal dari manusia tetapi dari tangan Tuhan, yakni barupa penyakit kolera . namun sekiranya penyakit itu tiddak menimpa anda saat aku masih hidup, maka aku bukan utusan Tuhan".
Setahun setelah dipublikasikannya pernyataannya itu, pada tanggal 25 mei 1908 mirza jatuh sakit terserang penykit kolera. Kondisi tubuhnya lemah, ia juga sering muntah-muntah. Ia sempat mendapat perawatan khusus, namun kondisinya swmakin lemah.
Menurut Dr. Hasan bin mahmud Audah, mantan mubaligh Ahmadiyah yang dulunya dekat dengan kholifah Ahmadiyah di London, Thahir Ahmad. Mirza meninggal di tempat tidur , tetapi berminggu-minggu sebelum matinya dia berak dan kencing disitu. Jadi tempat tidurnya kotor. Karena dia sakit, sampai dalam sehari kencing seratus kali.
Pada tanggal 6 mei 1908 ia menghembuskan nafas terakhirnya. Jenazahnya dibawa ke Qodian. Pada 27 mei 1908 proses pemakamannya berlangsung dan Hakim Nuruddin dipilih sebagai penggantinya menjadi kholifah pertama gerakan Ahmadiyah.
Dia mati meninggalkan lebih dari 50 buku, buletin serta artikel hasil karyanya. Di antara kitab terpenting yang dimilikinya berjudul Izalatul Auham, I'jaz Ahmadi, Barahin Ahmadiyah, Anwarul Islam, I'jazul Masih, At-Tabligh dan Tajliat Ilahiah.
3.8 Hubungan Ahmadiyah dengan Inggris
Mirza Ghulam Ahmad yang lahir pada tahun 1839M menceritakan bahwa ayahnya bernama Atha Murtadha berkebangsaan mongol. Namun anehnya, ia juga mengatakan "Keluarga dari Mongol, tetapi berdasarkan firman Allah, tampaknya keluargaku berasal dari Persia, dan aku yakin ini. Sebab tidak ada yang mengetahui seluk-beluk keluargaku seperti berita yang datang dari Allah Ta'ala."
Dia juga pernah berkata, "Aku pernah membaca beberapa tulisan ayahku dan kakekku, kalau mereka berasal dari suku mongol, tetapi Allah mewahyukan kepadaku bahwa aku dari bangsa Persia." Yang anehnya lagi, ia juga pernah mengaku sebagai keturunan Fathimah bin Muhammad.
Aneh memang jika kita menelusuri asal usul Mirza Ghulam Ahmad. Dari asal-usul yang gak jelas inilah yang kemudian lahir juga pemahaman-pemahaman yang aneh dan menyesatkan.
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri jamaah ahmadiyah ini menceritakan keadaan keluarganya yang ditulisnya dalam kitab Tuhfah Qaishariyah, hal 16 karangannya,
ia berkata, "Ayahku memiliki kedudukan dikantor pemerintahan. Dia termasuk orang yang dipercaya pemerintah Inggris. Dia juga pernah membantu pemerintah untuk memberontak penjajah Inggris dengan memberikan bantuan kuda dan pasukan. Namun sesudah itu, keluargaku mengalami krisis dan kemunduran, sehingga menjadi petani yang melarat."
Sejarah berdirinya Ahmadiyah, tidak terlepas dari sejarah Mirza Ghulam Ahmad sendiri sebagai pendiri aliran ini. Ia dilahirkan di Qadian tahun 1835, ayahnya bernama Mina Ghulam Murtada. Menurut riwayat, nenek moyangnya berasal dari Samarkand yang pindah ke India pada tahun 1530, yaitu sewaktu pemerintahan dinasti Mughal, mereka tinggal di Gundaspur, Punjab - India. Di situ mereka membangun kota Qadian. Menurut suatu keterangan, famili Ghulam Murtada masih keturunan Haji Barlas dari dinasti Mughal, dan oleh karenanya didepan nama keturunan keluarga ini terdapat sebutan Mirza.
Tampaknya keluarga Mirza ini, pernah menjadi pembantu setia pemerintah kolonial Inggris di India. Jauh sebelum itu, keluarga tersebut sudah menjalin kerja sama yang erat dengan pimpinan kaum Sikh, Ranjat Singh.5 Dengan demikian, tidak pelak lagi jika aliran Ahmadiyah bersikap kooperatif dengan pemerintah Inggris. Tentunya sikap kooperatif tersebut, berbeda dengan sikap kooperatif yang dijalankan oleh Sayyid Ahmad Khan, sekalipun keduanya sama-sama mendapat reaksi keras dari ummat Muslim India. Apabila Ahmad Khan menginginkan agar ummat Muslim bisa memperoleh kemajuan dan kesuksesan sebagaimana yang dicapai oleh bangsa Eropa, dengan mendirikan Universitas Aligarh, maka Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya ingin mendapat perlindungan secara politis, sehingga ia bebas menyebarkan ide kemahdiannya dan dapat mempertahankan aliran yang didirikannya.
Disamping itu, pendiri Ahmadiyah juga ingin melestarikan tradisi keluarganya yang telah lama menjalin hubungan mereka dengan pemerintah Inggris, sebagaimana pernyataan Mirza Ghulam Ahmad sendiri:

"Sungguh sejak masa mudaku sampai hari ini, aku dalam usia 60 tahun, aku menjadi orang yang gigih berjuang dengan lisan dan penaku supaya aku dapat memalingkan keikhlasan hati kaum Muslimin kepada pemerintah Inggris karena kebaikannya, dan bersikap lunak kepadanya. Dan aku mengajak mereka, agar mereka menghilangkan pikiran untuk berjihad (terhadap Inggris), dimana pikiran seperti itu masih diikuti oleh sebagian mereka yang bodoh-bodoh, dan pikiran semacam itulah yang mencegah mereka tidak mau patuh kepada pemerintah Inggris."
Demikian pula halnya dengan pernyataan Basyiruddin Mahmud
putera Mirza Ghulam Ahmad, yang sewaktu Putera Mahkota
Kerajaan Inggris berkunjung ke India, menyatakan:

"Kami atas nama seluruh warga Ahmadiyah mengucapkan Selamat
datang atas kunjungan Tuan ke India, dan kami tegaskan
kepada Tuan bahwa warga Ahmadiyah adalah setia kepada
pemerintah Inggris. Dan insya'allah kesetiaan warga
Ahmadiyah ini akan tetap untuk selama-lamanya."

Dahulu ayahnya adalah salah satu pengkhianat muslimin. Dia melakukan makar terhadap muslimin serta membantu penjajahan Inggris guna memperoleh kedudukan. Ini sebagaimana disebutkan sendiri oleh Ghulam Ahmad dalam bukunya Tuhfah Qaishariyyah (hal. 15): “Sesungguhnya ayahku Ghulam Murtadha dahulu termasuk orang yang memiliki hubungan baik dan mesra dengan pemerintah Ingris. Ia punya posisi di kantor pemerintah. Ia membantu pemerintah (Inggris) saat orang-orang sebangsa dan seagamanya melawan Inggris, dengan bantuan yang baik pada tahun 1851 M. Dia bahkan membantu Inggris dengan 50 tentara dan 50 kuda darinya sendiri….”

Dia tumbuh dari keluarga yang terkenal suka khianat kepada agama dan negara. Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan dan senantiasa mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin bergabung menyibukkan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari jihad melawan penjajahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang yang suka menghasut/berbohong, banyak penyakit, dan pecandu narkotik.
Pemerintah Inggris banyak berbuat baik kepada mereka. Sehingga dia dan pengikutnya pun memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah Inggris. Karena ditentang di Pakistan, para pengikut Ahmadiyah mengalami banyak penganiayaan. Mereka dikucilkan, tidak boleh menjadi makmum dalam salat ja’maah atau salat Jum’at, masjid-masjidnya dirusak dan dibakar, bahkan mengalami pembunuhan sangat kejam dari umat Islam fanatik di Pakistan. Karena itu, gerakan Ahmadiyah hijrah ke Inggris dan menyebar ke negara-negara Eropa Barat. Orang-orang Inggris dan Eropa tertarik pada Ahmadiyah karena ajaran spiritualnya memang menyerupai Kristen, tetapi rasional.
Tak ayal lagi, berkembangnya Ahmadiyah di Inggris menimbulkan tuduhan bahwa Ahmadiyah adalah “proyek kolonialisme Inggris” untuk melanggengkan kekuasaannya di India. Ahmadiyah juga dituduh mendapat dana dari Pemerintah Inggris, padahal mereka tidak pernah menerima dana satu sen pun darinya. Ahmadiyah adalah sebuah organisasi mandiri yang swadaya dan mendapat dana dari para anggotanya. Banyak sekali jenis iuran yang berlaku di lingkungan Ahmadiyah.
Karena Ahmadiyah dikucilkan umat Islam dan tidak diakui sebagai bagian dari Islam, maka Ahmadiyah cenderung atau dirongrong menjadi komunitas tertutup. Namun, komunitas Ahmadiyah juga dikenal sebagai komunitas yang damai, karena doktrinnya mengajarkan perdamaian. Dakwah Ahmadiyah tidak pernah menyinggung, apalagi menyerang mazhab-mazhab Islam lain. Ahmadiyah juga tidak melakukan serangan balik atas para pengritiknya. Dakwah Ahmadiyah didukung program-program kemanusiaan, yang terkenal adalah program “Humanity Firs” yang menolong masyarakat tanpa pandang kepercayaan.
Aliran Ahmadiyah ini muncul setelah terjadi perang umat Islam melawan penjajah Inggris di India pada tahun 1857 yang dikenal dengan ''The Mutiny of Freedom''. Penjajah Inggris kewalahan menghadapi perlawanan umat Islam. Setelah mengkaji kekuatan umat Islam ini maka penjajah menyimpulkan bahwa kekuatan mereka terdapat dalam tiga hal:
- Alquran
- sosok Nabi Muhammad SAW dan
- jihad.
Sebenarnya Ghulam Ahmad sengaja memejamkan mata terhadap ayat Al-Qur'an yang menyeru kepada konsep "jihad", begitu juga ia memejamkan mata terhadap hadits-hadits Rasulullah yang menyeru kepada jihad dn membayangkan tentang kelebihan nya serta penegakannya hingga hari kiamat.
Lalu dibuat skenario untuk melemahkan kekuatan umat Islam dengan menampilkan seorang orator, ahli debat seorang ustadz lokal, dialah Mirza Ghulam Ahmad. Karena hidupnya susah maka dengan mudah ia digiring untuk motor perusakan Islam.

Ada empat tujuan pokok pembentukan aliran ini:
1.Penodaanterhadap Alquran
2. Penistaan terhadap kerasulan Muhammad SAW
3. Pengaburan pemahaman jihad
4. Merusak ukhuwah Islamiyah
Adapun ajaran yang dibawanya, ia tidak masuk dalam koridor Islam. Karena dalam dienul islam Allah SWT mengutus Nabi dan rasul bersama kitab suci, dan nabi Allah yang terakhir ialah Muhamad SAW disertai sebuah kitab suci bernama Al-qur'an. Dari fakta ini, maka Ahmadiyah sama sekali tidak termasuk kedalam koridor islam sebab asas pokok islam telah dibatalkan oleh ajarannya.

Dalam Tablighi Risalah Vol VII, Faruq Press Qadian, Agustus 1922, Mirza Ghulam Ahmad menyampaikan, ''Seluruh hidup saya dari sejak kecil sampai hari ini ketika berusia 60 tahun, saya telah menyerahkan diri saya dalam tugas-tugas untuk menyebarkan dalam pikiran umat Islam bibit-bibit kepatuhan, prasangka baik, dan simpati terhadap penjajah Inggris dan berusaha menyapu habis pemikiran jahat seperti jihad dan lain-lain dalam pikiran bodoh di antara mereka''

Dalam buku Qadiani terbitan Departemen Penerangan Pakistan ditulis:
''Dalam kondisi yang sangat penting ini, gerakan sesat Qadiani dimunculkan di sudut terpencil kota Punjab di bawah perlindungan penuh penjajah, tuan besarnya. Penyelidikan terakhir membuktikan bahwa gerakan sesat ini berada di bawah pengawasan penjajah yang skenarionya telah dipersiapkan dan para dalang dari rencana busuk ini cukup tepat setelah menemukan Mirza Ghulam AHmad Qadiani, seorang yang jiwanya tidak stabil yang dinobatkan sebagai 'nabi palsu' yang diberi tugas untuk merusak integritas keagamaan dan ukhuwah Islamiyah.''
BAB IV. Mirza Menjadi pembela islam
4.1 Buku Barahiin Ahmadiyyah
Kondisi Islam pada saat itu benar-benar menyedihkan. Di satu sisi gerakan Kristenisasi sedang gencar-gencarnya berjalan di India dan menarik ratusan ribu orang masuk ke dalam agama Kristen dan di sisi lain serangan-serangan pihak Hindu terhadap Islam, Al-Quran dan terhadap wujud suci Nabi Muhammad Mustafa saw..
Kondisi inilah yang banyak mewarnai kehidupan awal daripada Hz.Mirza Ghulam Ahmad as.. Beliau banyak menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan agama-agama tersebut. Beliau secara personal banyak terlibat dalam upaya-upaya untuk membela Islam dari serangan-serangan di kedua arah tsb.. Disamping itu beliau sendiri mengalami perkembangan rohaniah.
Sejak tahun 1872 Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. sudah giat membela Islam membalas serangan-serangan dari kelompok Kristen dan kelompok Hindu khususnya Arya Samaj dan Brahmu Samaj. Beliau banyak menulis artikel-artikel berkenaan dengan itu di berbagai media massa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari Bangalore, Maysore, India Selatan, setiap 10 hari sekali. Kemudian pada beberapa surat-kabar yang terbit dari Amritsar a.l:
 Wakil
 Safir Hind
 Widya Prakash dan
 Riaz Hind.
Demikian pula pada
 Brother Hind (Lahore),
 Aftab Punjab (Lahore),
 Wazir Hind (Sialkot),
 Nur Afshan (Ludhiana) dan
 Isyaatus-Sunnah (Batala).
 Akhbar-e-Aam (Lahore).
Melihat serangan terhadap Islam semakin menjadi-jadi, dan tidak ada upaya berarti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Islam, maka berdasarkan bimbingan dari Allah Ta'ala, Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. mulai menulis buku Barahiin Ahmadiyya. Jilid 1 dan 2 diterbitkan pada tahun 1880; jilid 3 terbit pada tahun 1882; dan jilid 4 pada tahun 1884. Intinya beliau memaparkan bukti-bukti keunggulan dan hidupnya agama Islam serta ketinggian/kemuliaan Kitab Suci Al-Quran dan Rasulullah saw. sebagai perbandingan dengan agama Hindu, Kristen dan agama-agama lainnya.
Pada jilid pertama mirza lebih memfokuskan pada balasan serangan terhadap ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah saw., Nabi Isa as., dan Nabi Musa as. serta yang menuduh kitab-kitab suci para nabi tsb. adalah palsu. Disamping itu mirza menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya sejak awal-permulaan.
Jilid kedua masih berkenaan dengan akidah-akidah Arya Samaj. Kemudian mengenai kedudukan dan perlunya wahyu. Mengenai keunggulan Kitab Suci Al-Quran atas kitab-kitab agama lainnya. Dan juga mirza menekankan kaidah dasar pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang diakui oleh agama itu sendiri. Pada jilid ketiga mirza merinci keindahan dan kemuliaan Al-Quran. Beliau menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada Al-Quran. Dan mirza menyatakan bahwa beliau menerima wahyu-wahyu dari Allah Ta'ala dan beliau bersedia untuk membuktikan kebenarannya. Pada jilid keempat mirza membahas tentang bentuk asli bahasa umat manusia; tentang kedudukan mukjizat dan pentingnya Nubuatan-Nubuatan/khabar-ghaib seorang nabi berkenaan masa mendatang. Mirza memaparkan konsep-konsep agama Budha, Kristen dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan, dan membuktikan keunggulan ajaran Islam. Dan kitab-kitab Yahudi pun beliau paparkan sebagai perbandingan dengan Al-Quran.
Salah satu aspek yang sangat mirza tekankan dan beliau tampilkan sebagai bukti tetap hidupnya agama Islam hingga hari Kiamat adalah adanya hubungan komunikasi yang hidup antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Mirza paparkan sendiri pengalaman-pengalaman rohaniah beliau dalam bentuk wahyu, ilham, rukya-rukya.
Kondisi Islam pada saat itu benar-benar menyedihkan. Di satu sisi gerakan Kristenisasi sedang gencar-gencarnya berjalan di India dan menarik ratusan ribu orang masuk ke dalam agama Kristen dan di sisi lain serangan-serangan pihak Hindu terhadap Islam, Al-Quran dan terhadap wujud suci Nabi Muhammad Mustafa saw.
Kondisi inilah yang banyak mewarnai kehidupan awal daripada Hz.Mirza Ghulam Ahmad as.. Beliau banyak menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan agama-agama tersebut. mirza secara personal banyak terlibat dalam upaya-upaya untuk membela Islam dari serangan-serangan di kedua arah tsb.. Disamping itu mirza sendiri mengalami perkembangan rohaniah.
4.2 Reaksi & Dukungan Ummat Bagi Barahiin Ahmadiyyah
Sebelumnya, Hz.Mirza Ghulam Ahmad tidak begitu dikenal. Dan mirza berjuang sendirian. Namun setelah penerbitan buku Barahiin Ahmadiyyah, keadaan menjadi berubah dan mirza mulai dikenal dan tampil secara terbuka. Barahiin Ahmadiyyah mendapat sambutan yang sangat besar dari kalangan umat Islam. Buku ini telah menimbulkan suatu kejutan dan gejolak revolusi besar bagi pihak-pihak non-Islam maupun bagi kalangan Islam sendiri. Para pemuka Islam yang tadinya telah kehilangan nyali, seolah-olah mendapatkan seorang pembela Islam yang ulung sehingga mereka serentak berdiri di belakang beliau mendukung, dalam menghadapi serangan-serangan pihak non-Islam. Berikut ini beberapa kutipan sambutan dan dukungan tokoh-tokoh Islam India pada masa itu.
Mlv.Muhammad Hussein Batalvi, seorang tokoh terkemuka dari kelompok Ahli Hadis di India, banyak memberikan sanjungan terhadap buku Barahiin Ahmadiyyah maupun terhadap penulisnya. Beliau ini adalah seorang tokoh yang sangat mendukung perjuangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada mulanya, namun pada akhirnya beliau berubah menjadi penentang keras mirza as.. Di dalam salah satu risalahnya, Mlv.Muhammad Hussein Batalvi menuliskan kesaksian beliau tentang buku Barahin Ahmadiyah:
"Menurut pendapat saya -- pada zaman sekarang dan sesuai kondisi yang berlaku -- buku ini adalah sedemikian rupa, yang mana sampai saat ini di dalam Islam tidak ada bandingannya yang telah ditulis, dan tidak pula ada khabar di masa mendatang.... Penulisnya pun -- dalam hal memberikan bantuan kepada Islam dari segi harta, jiwa, tulisan maupun lisan -- sangat teguh dan kukuh pada langkah-langkahnya. Sehingga sangat sedikit ditemukan contoh yang seperti beliau, walau dari kalangan umat Islam terdahulu sekali pun. Kemudian berikut ini ulasan dari seorang tokoh sufi terkenal di India yang berasal dari Ludhiana. Yaitu Hz.Sufi Ahmad Jaan r.a.. Banyak murid maupun pengikut beliau yang menjadi tokoh-tokoh pemuka agama Islam saat itu. Sang sufi ini menuliskan ulasan tentang buku Barahiin Ahmadiyyah di dalam sebuah selebaran beliau yang berjudul Isytihar Wajibul Izhar:
"Di zaman abad ke empatbelas telah berkecamuk sebuah tofan kebobrokan di dalam setiap agama. Seperti yang dikatakan orang: orang-orang kafir baru banyak bermunculan, dan orang-orang Islam baru pun banyak bermunculan. Tidak diragukan lagi, diperlukan sebuah buku dan seorang mujaddid seperti Barahiinn Ahmadiyah serta penulisnya Maulana Mirza Ghulam Ahmad Sahib. [Yaitu] yang dengan berbagai cara siap untuk membuktikan da'wah Islam atas para penentang. Beliau bukanlah berasal dari kalangan ulama maupun cendekiawan umum. Melainkan secara khusus [datang] untuk tugas ini sebagai utusan dari Allah; penerima ilham dan yang bercakap-cakap dengan Allah.... Sang penulis adalah mujaddid, mujtahid, muhaddats bagi abad-keempat belas ini, dan merupakan seorang yang kamil dari kalangan umat ini. Hadis Nabawi ini pun mendukung beliau: 'Ulama ummati kalanbiyaa Bani Israil'... Wahai para penelaah! Dengan niat yang benar serta dengan semangat kebenaran yang sempurna saya menyampaikan hal ini, bahwa tidak diragukan lagi bahwasanya Mirza Sahib adalah mujaddid era ini. [Beliau merupakan] 'pedoman' bagi para pencari jalan [kebenaran]; matahari bagi orang-orang yang berhati batu; penunjuk jalan bagi orang-orang yang sesat; pedang nyata bagi para pengingkar Islam; hujjah sempurna bagi para pendengki. Yakinilah bahwa tidak akan datang lagi masa yang seperti ini. Ketahuilah, bahwa masa ujian telah tiba. Dan Hujjah Ilahi telah tegak. Dan bagaikan matahari jagat raya, telah diutus seorang Haadi Kamil (pemberi petunjuk yang sempurna), supaya ia menganugerahkan nur kepada orang-orang yang benar dan mengeluarkan [mereka] dari kegelapan dan kesesatan. Serta akan menghujjat para pendusta".
4.3 Reaksi Pendukung & Permintaan Untuk Menerima Baiat
Banyak dari kalangan umat Islam yang berkeinginan untuk menjadi murid beliau dan meminta agar beliau mau menerima bai'at mereka.
Pada bulan Maret 1882 pertama kali Hz.Mirza Ghulam Ahmad memperoleh perintah dari Allah Ta'ala bahwasanya beliau dijadikan Ma'mur Minallah (Utusan Allah). Dari itu juga beliau menyatakan diri sebagai Mujaddid. Wahyu ini beliau terbitkan di dalam Barahiin Ahmadiyyah jilid I edisi pertama pada cat.kaki pd.cat.kaki hal.238. (Adapun bunyi wahyu tsb. adalah: "Qul inny umirtu wa'anaa awwalul-mu'miniyn -- [Katakanlah, aku telah diutus/diperintahkan, dan akulah yang pertama beriman]".
Semenjak awal tahun 1883 sudah banyak orang yang mengutarakan keinginan mereka untuk bai'at di tangan beliau. Namun beliau belum dapat menerimanya sebab belum ada petunjuk dari Allah Ta'ala.
Akhirnya setelah ada petunjuk dari Allah Ta'ala pada bulan Februari atau Maret 1888, maka pada akhir tahun 1888 beliau menyebarkan selebaran undangan untuk bai'at, yang beliau tujukan kepada para pencahari kebenaran.
Dan pengambilan bai'at yang pertama berlangsung di Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889. Pada bai'at pertama ini sebanyak 40 orang menyatakan ikrar bai'at mereka di tangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Inilah yang dinyatakan sebagai peletakan fondasi pertama dari Jemaat Ahmadiyah
4.4 Reaksi & Penentangan Dari Pihak Non-Islam
Sebaliknya, Barahiin Ahmadiyyah telah membangkitkan reaksi keras dari kalangan non-Islam, terutama Hindu Arya Samaj, yang kemudian diikuti oleh kelompok Kristen. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mulai menghadapi mereka langsung dengan mengadakan perdebatan-perdebatan.
Yang pertama berlangsung adalah perdebatan beliau dengan seorang guru dan anggota Arya Samaj, Lala Murli Dhar, pada bulan Maret 1886 di Hosyiarpur. Dhar menyerang pendapat Islam berkenaan dengan mukjizat Syaqqul-Qamar, sedangkan Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengecam akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan melainkan telah ada dari sejak awal.
Kemudian pada tahun 1886 itu juga Pandit Lekh Ram dari Arya Samaj menyerang Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Ia menerbitkan buku dan selebaran-selebaran yang mencaci maki Rasulullah saw. dan Islam serta menghina diri Hz.Mirza Ghulam Ahmad as.. Terjadi polemik keras antara keduanya. Pandit Lekh Ram mengalami kematian yang tragis dan misterius pada tahun 1897 setelah adanya nubuatan-nubuatan dari Hz.Mirza Ghulam Ahmad.
BAB V. Mirza dan kenabian
5.1 Mirza ghulam Ahmad menuju kenabian
Pada akhir tahun 1890 Hz.Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu yang menyatakan bahwa Nabi Isa as. telah wafat dan Almasih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman itu beliau lah orangnya. (Yakni: "Masih Ibnu Maryam Rasulullah faot hocuka he, aor uske rangg me ho kar wa'dah ke muwafiq tu aya he -- [Masih ibnu Maryam rasul Allah, telah wafat. Sesuai dengan janji, engkau datang dengan menyandang warnanya."
Dan pada awal tahun 1891 beliau menda'wakan diri beliau sebagai Almasih yang dijanjikan atau Masih Mau'ud, dan juga sebagai Imam Mahdi.
Semenjak itu gelombang penentengan semakin marak. Yakni dari kalangan umat Islam sendiri dan juga dari kalangan Kristen. Semenjak itu banyak terjadi perdebatan-perdebatan seputar hidup matinya Nabi Isa. Beberapa perdebatan penting antaranya adalah sbb..
Dari kalangan umat Islam yang menentang justru bekas sahabat beliau yang memberikan dukungan sepenuhnya terhadap karya beliau Barahiin Ahmadiyyah, yaitu Muhammad Hussein Batalwi, seorang tokoh Ahli Hadis terkemuka di India pada masa itu. Sebab Muhammad Hussein Batalwi berakidah bahwasanya Nabi Isa as. masih hidup di langit dan akan turun ke bumi. Perdebatan ini berlangsung di Ludhiana pada bulan Juli 1891.
Kemudian masih mengenai Nabi Isa, berlangsung perdebatan di Delhi pada bulan Oktober 1891 antara Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. dengan Muhammad Nazir Hussein dan Abu Muhammad Abdul Haq.
Dari kalangan Kristen yang tampil adalah Henry Martin Clark, seorang tokoh Kristen yang mendirikan missi kesehatan dari Church Missionary Society di Amritsar pada tahun 1892. Pada bulan April 1893 Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. menerima tantangannya untuk mengadakan perdebatan. Perdebatan itu sendiri berlangsung selama 15 hari pada bulan Mei 1893. Dalam perdebatan tsb. Clark dibantu oleh Abdullah Atham, seorang tokoh Kristen yang berasal dari Islam. Inti perdebatan adalah tentang ketuhanan Jesus.
Pada tahun 1891 Hz.Mirza Ghulam Ahmad menulis buku Izalah Auham dimana beliau memaparkan sebanyak 30 dalil Al-Quran berkenaan dengan telah wafatnya Nabi Isa as..
Pada tahun 1898 diperoleh informasi bahwasanya kuburuan Nabi Isa ada di Srinagar, Kashmir, India. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengirimkan expedisi untuk menyelidiki hal itu. Dan pada tahun 1899 beliau menulis buku Masih Hindustan Me (Almasih di India). Di dalam buku ini beliau memaparkan kesaksian-kesaksian Bible bahwa Nabi Isa itu tidak mati di tiang salib, melainkan selamat dari kematian di tiang salib yang terkutuk itu. Dan dari bukti-bukti sejarah Hz.Mirza Ghulam Ahmad memaparkan bahwasanya setelah peristiwa penyaliban itu Nabi Isa pergi mencari domba-domba Bani Israil yang hilang ke kawasan Asia tengah. Mulai dari Syiria, Iraq, Iran, Afghanistan, sampai ke India. Dan akhirnya wafat dan dikebumikan di Srinagar, Kashmir, India.
Pada tahun 1901 Hz.Mirza Ghulam Ahmad memperjelas penda'waan beliau sebagai nabi zilli (bayangan) dan ummati (selaku umat Nabi Muahammad saw.) yang merupakan berkat mengikuti dan mematuhi sepenuhnya Syariat dan Sunnah Rasulullah saw.
5.2 Karya-karya Tulis Hz.Mirza Ghulam Ahmad
Disamping mirza menghadapi polemik-polemik tsb. dengan berbagai kalangan tokoh agama, Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. sangat giat menulis buku-buku. Tercatat sebanyak 88 judul buku yang ia tulis di dalam beberapa bahasa, antara lain Bhs.Urdu, Arab, dan Farsi. Kumpulan karya tulis mirza ini kini diterbitkan dalam satu set dengan nama Rohani Khazain yang terdiri dari 23 volume.
5.3 Media-media Massa Yang Diterbitkan Oleh Hz.Mirza Ghulam Ahmad
Selain itu Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. di masa hidup beliau juga menerbitkan media-media massa untuk menyebar-luaskan misi pertablighan Islam. Mingguan Al-Hakam (Urdu) mulai terbit sejak tahun 1897. Kemudian Al-Badr mulai terbit sejak tahun 1902, juga dalam Bhs.Urdu. Sedangkan The Review of Religions dalam Bhs.Inggris mulai terbit pada tahun 1902.
5.4 Gerakan Al-Wasiyyat
Pada tahun 1905, berdasarkan petunjuk Allah Ta'ala, Hz.Mirza Ghulam Ahmad mencanangkan suatu gerakan yang dinamakan Al-Wasiyyat. Yakni suatu gerakan pengorbanan harta dalam bentuk wasiyat, untuk memajukan dan menyebar-luaskan Islam ke seluruh dunia. Beliau membentuk sebuah badan utama yang dinamakan Sadr Anjuman. Yaitu yang akan mengelola segala permasalahan sekular missi tsb.. Dan beliau mewasiatkan tentang akan adanya silsilah khilafat yang akan menggantikan beliau dan akan memimpin missi tsb..
BAB VI. Pokok-pokok ajaran ahmadiyah
6.1 Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
Berbagai macam pemikiran dan keyakinan Ahmadiyah diantaranya:
1. Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan.
2. Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur dan mendengkur, menulis dan menyetempel, melakukan kesalahan dan berjimak. Mahatinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini.
3. Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris.
4. Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana Al-Qur?an.
5. Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati pemerintah Inggris, karena menurut mereka pemerintah Inggris adalah waliyul amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur?an.
6. Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiyah yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir.
7. Membolehkan khamer, opium, ganja dan apa saja yang memabukkan.
8. Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ?alaihi wa sallam, akan tetapi terus ada. Allah mengutus rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.
9. Mereka mengatakan bahwa tidak ada Al-Qur?an selain apa yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada Al-Hadits selain apa yang disampaikan di dalam majelis Mirza Ghulam Ahmad. Serta tidak ada nabi melainkan berada di bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad.
10. Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama Al-Kitab Al-Mubin, bukan Al-Qur?an Al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin.
11. Mereka meyakini bahwa Al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah ; bahkan lebih utama dari kedua tanah suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan kesanalah mereka berhaji.
12. Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang indenpenden, dengan syarat yang indenpenden pula, seluruh teman-teman Mirza Ghulam Ahmad sama dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam.
6.2 Akar Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah
Diantara pemikiran dan keyakinan Ahmadiyah adalah:
1. Bermula dari gerakan orientalis bawah tanah yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad Khan yang menyebarkan pemikiran-pemikiran menyimpang ; yang secara tidak langsung telah membuka jalan bagi munculnya gerakan Ahmadiyah.
2. Inggris menggunakan kesempatan ini dan membuat gerakan Ahmadiyah, dengan memilih untuk gerakan ini seorang lelaki pekerja dari keluaga bangsawan.
3. Pada tahun 1953M, terjadilah gerakan sosial nasional di Pakistan menuntut diberhentikannya Zhafrillah Khan dari jabatannya sebagai menteri luar negeri. Gerakan itu dihadiri oleh sekitar 10 ribu umat muslim, termasuk pengikut kelompok Ahmadiyah, dan berhasil menurunkan Zhafrillah Khan dari jabatannya.
4. Pada bulan Rabiul Awwal 1394H, bertepatan dengan bulan April 1974M dilakukan muktamar besar oleh Rabhithah Alam Islami di Mekkah Al-Mukarramah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh lembaga-lembaga Islam seluruh dunia. Hasil muktamar memutuskan Kufurnya kelompok ini dan keluar dari Islam. Meminta kepada kaum muslimin berhati-hati terhadap bahaya kelompok ini dan tidak bermu?amalah dengan pengikut Ahmadiyah, serta tidak menguburkan pengikut kelompok ini di pekuburan kaum Muslimin.
Majelis Rakyat (Parlemen) Pakistan melakukan debat dengan gembong kelompok Ahmadiyah bernama Nasir Ahmad. Debat ini berlangsung sampai mendekati 30 jam. Nasir Ahmad menyerah/tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan tersingkaplah kedok kufurnya kelompok ini. Maka majelis parlemen mengeluarkan keputusan bahwa kelompok ini lepas dari agama Islam
6.3 Tentang kitab samawi
Menurut keyakinan (keimanan) orang Ahmadiyah, bahwa jumlaj kitab suci yang diturunkan Allah ada 5 (lima) buah yaitu:
1. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa.
2. Kitab zabur diturunkan kepada Nabi Daud
3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa
4. Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW
5. Kitab Tadzkirah diturunkan kepada NabiMirza Ghulam Ahmad (dari India).
Ahmadiyah sering dikait-kaitkan dengan adanya kitab Tazkirah.Namun Ahmadiyah mengaku Sebenarnya kitab tersebut bukanlah satu kitab suci bagi warga Ahmadiyah, namun hanya merupakan satu buku yang berisi kumpulan pengalaman ruhani pendiri Jemaat Ahmadiyah, layaknya diary. Tidak semua anggota Ahmadiyah memilikinya, karena yang digunakan sebagai pegangan dan pedoman hidup adalah Al Quran-ul-Karim saja. Alquran. Dalam buku Haqiqatul Wahy, hlm 391, Mirza Ghulam Ahmad berkata: Firman Tuhan yang diturunkan kepadaku demikian banyak sehingga bila dikumpulkan maka tak kurang dari 20 juz.
6.4 Masalah kenabian
Nabi dan Rasul mempunyai persamaan dan perbedaan. Menurut hartono Ahmad jaiz, Rasul adalah orang yang diutus kepada kaum kafir, lalu sebagian mereka beriman dan sebagian lain kafir terhadapmnya. Adapun Nabi adalah orang yang diutus kepada kaum mukminin, tidak diutus kepada kafirin. Dan dibebeni menjalankan syariah yang telah lalu. Misalnya adam adalah Nabi, tatapi Nabi kepada Bani-nya (keturunannya), dan belum terjadi kemusyrikan pada zamannya.
Menurut pendapat lain, kenabian (Nubuwah) adalah syarat kerasulan (risalah), maka tak bisa menjadi Rasul orang yang bukan Nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan, setiap Rasul pasti Nabi tetapi tidak semua Nabi adalah Rasul. Rasul membawa Risalah kepada orang (kaum) yang tidak mengerti tentang agama dan syariat Allah, atau kepada kaum yang telah mengubah syariat dan agama, untuk mengajari mereka atau mengembalikan mereka kedalam syariat Allah. Dia adalah hakim bagi mereka, sedangkan Nabi diutus dengan dakwah kepada syariat Nabi/Rasul sebelumnya.
Allah SWT berfrman:
 •• •    •         ••                                     
Artinya: "Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.(QS.Al-Baqarah:213)
  ••  •              
Artinya: 'Manusia dahulunya hanyalah satu umat, Kemudian mereka berselisih kalau tidaklah Karena suatu ketetapan yang Telah ada dari Tuhanmu dahuluPastilah Telah diberi Keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.(QS.Yunus:19)
Menurut sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap melenceng dari ajaran Islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi yaitu Isa al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslim yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir walaupun masih menunggu kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi. Perbedaan Ahmadiyah dengan kaum Muslim pada umumnya adalah karena Ahmadiyah menganggap bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia ini seperti yang telah dinubuwwatkan Nabi Muhammad SAW. Namun umat Islam pada umumnya mempercayai bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi belum turun ke dunia.
Menurut Ahmadiyah, kenabian itu berlangsung terus menerus hingga hari kiamat. Ahmadiayh sangat tidak setuju dengan pendapat bahwa Nabi Muhamad adalah Nabi yang terakhir dan tidak ada lagi nabi setelahnya.
Menurut Ahmadiyah, Nabi Muhamad merupakan Nabi penutup yang membawa syariat,. Dengan demikian masih terbuka diutusnya Nabi-nabi yang tidak membawa syariat setelah Nabi SAW. Bagi Ahmadiyah Qadian masalah kenabian itu tidak terbatas waktu kedatangannya, karena akan berlangsung terus menerus sesudah Nabi Muhamad SAW.
KH.Ma'ruf Amin mengatakan"menurut mereka (Ahmadiayah) Muhamad itu adalah penutup para Nabi yang membawa syariat, sedangkan Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi yang tidak membawa syariat.
Pendapat mereka ini berdasarkan Firman Allah:
•           •      
Artinya: "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (Al-Ahzab:40)
Menurut mereka bahwa yang dimaksud "khataman nabiyyin" adalah nabi yang paling sempurna, cincin para Nabi.
Untuk mendudukan kata "khatam" dalam Al-Qur'an lebih baiknya kembali kepada Al-Qur'an itu sendiri. Dalam Al-Qur'an kata "khatama" ada tiga buah, yakni kata "nakhtimu", "yakhtimu", dan "khatama".
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai berikut:
              
Artinya: "Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat berat". (QS.Al-Baqarah:7)
          •              
Artinya: "Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang Kuasa mengembalikannya kepadamu?" perhatikanlah bagaimana kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), Kemudian mereka tetap berpaling (juga). (QS.Al-An'am:46)
                         
Artinya:Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.(QS.Al-jaatsiyah:23)
           
Artinya: "Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan."(QS.yasin:65)
                  •       
Artinya: "Bahkan mereka mengatakan: " dia (Muhammad) Telah mengada-adakan dusta terhadap Allah ". Maka jika Allah menghendaki niscaya dia mengunci mati hatimu; dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya (Al Quran). Sesungguhnya dia Maha mengetahui segala isi hati".(QS.Asy-Syuura:24)
•           •       
Artinya: "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS.Al-Ahzab:40)
Membaca khotam nabi ada dua macam:
1. Dengan memfathahkan ta, dibaca khotam artinya akhir para Nabi
2. Dengan mengkasrohkan dibaca khotimi artinya penutup para Nabi-Nabi
Adapun yang dimaksud dengan penutup nabi ialah risalahnya berkembang di penjuru dunia dan berlaku sampai Allah mewarisi bumi ini dengan penghuninya berdasar surat Ash-shaf ayat 9:
              
Artinya:"Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci".(QS. Ash-shaf:9)
Semua arti kata "khatama", "nakhtimu", "yakhtimu" dalam ayat tersebut artinya penutup, dan tidak masuk akal kalau kata-kata "khatama" diartikan dengan lebih mulia, lebih afdhol, lebih sempurna atau cincin para Nabi seperti penafsiran Ahmadiyah.
6.4.1 Mengaku sebagai Nabi termasuk pembatal keislaman
Mengaku menjadi Nabi setelah ditutupnya risalah dan Nubuwah dengan diutusnya Rasulullah Muhamad Bin Abdullah merupakan pembatal keislaman seseorang. Artinya, barang siapa yang mendakwakan kenabian (atau mengaku-ngaku sebagai Nabi atau Rasul), maka dia telah membatalkan keislamannya, dan sungguh dia telah keluar dari daerah keislaman menuju daerah kekufuran. Hal ini karena mengaku menjadi Nabi mengandung beberapa konsekuensi yang berat diantaranya:
a. Membatalkan kesempurnaan agama Islam.
Allah SWT berfirman:
           
Artinya: pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS.Al-Maidah:3)
Membatalkan keberadaan Al-Qur'an sebagai hujjah bagi setiap yang Al-Qur'an itu sampai kepadanya.
Allah berfirman:
                                           
Artinya: "Katakanlah: "Siapakah yang lebih Kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". dia menjadi saksi antara Aku dan kamu. dan Al Quran Ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia Aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). apakah Sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (QS.Al-An'am:19)
b. Barang siapa mengaku menjadi nabi berarti telah mencela keumuman risalah Rasulullah, padahal Allah Berfirman:
  •     •                 •      •   
Artinya: "Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".(QS.Al-A'raf:158)
6.5 Bulan dan tahun islam
Umat islam seluruh dunia telah sepakat bahwa bulan-bulan islam Adalah:
1. Muharram
2. Shafar
3. Rabi'ul Awwal
4. Rabi'ul Akhir
5. Jumadil Awwal
6. Jumadil akhir
7. Rajab
8. Sya'ban
9. Ramadhan
10. Syawal
11. Zulqaidah dan
12. Zulhijah.
Dan tahun umat islam sekarang adalah tahun 1430 H (2009 M).
Adapun bulan dan tahun orang Ahmadiyah adalah:
1. Suluh,
2. Tabligh,
3. Aman
4. Syahadah
5. Hijrah
6. Ikhsan
7. Wafa
8. Zuhur
9. Tabuk
10. Ikha
11. Nubuwah
12. Fatah
Nama tahunnya adalah Hijri Syamsyi (HS). Sedangkan tahun Ahmadiyah sekarang adalah tahun 1388 HS (2009 M).
Jadi kalau golongan Ahmadiyah ini sudah berkuasa, maka akan hilanglah bulan-bulan islam yang dipergunakan oleh ummat islam, begitu juga tahun hijriyah yang biasa ummat islam pergunakan selama ini.
6.6 Sumber (sumber) hukum Ahmadiyah
Yang menjadi sumber hukum Ahmadiyah, yaitu:
1. Al-Qur'an
2. Kitab suci Tadzkirah
3. Hadits Nabi Muhamad
4. Hadits Nabi Mirza Ghulam Ahmad dan
5. Petunjuk Huzur
6.7 Tanah suci dan tempat haji
Tanah suci Ahmadiyah Adalah:
1. Makkah
2. Madinah
3. Rabwah
4. Qadian (India)
Ahmadiyah berkeyakinan bahwa Qadian di India merupakan tempat suci disamping Makkah dan madinah, karena Allah telah memilih tempat-tempat tersebut untuk menurunkan wahyu-wahyunya.
Dalam Haqiqatur Roya hlm 46: Qadian adalah ibu dari seluruh kota. Siapa saja yang menjauhkan dirinya dari kota ini akan terpotong dan tercabik-cabik. Buah-buahan Makkah dan Madinah sudah dipetik dan habis dimakan, sedang buah-buahan Qadiani tetap ada dan segar.

Ibadah Haji, Dalam Paigham-i-Sulh, terbit 19 April 1933: Tidak dikatakan Islam sebelum percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, seperti juga tidak dikatakan haji sebelum menghadiri pertemuan tahunan Qadiani karena untuk sekarang ini tujuan haji bukan lagi di Makkah.
Dikatakan bahwa haji ke makkah tanpa haji ke Qadian adalah haji yang kerinh lagi kasar, karena haji ke makkah sekarang tidak menjalankan misinya dan tidak menjalankankewajibannya.

6.8 Bai'at dalam Jemaat Ahmadiyah
Bulan Desember 1888, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima ilham Ilahi untuk mengambil bai'at dari orang-orang. Bai'at yang pertama diselenggarakan di kota Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889 di rumah seorang mukhlis bernama Mia Ahmad Jaan. Dan orang yang bai'at pertama kali adalah Hadhrat Maulvi Nuruddin (yang nantinya menjadi Khalifah pertama Jemaat Ahmadiyah). Pada hari itu kurang lebih 40 orang telah bai'at.
6.8.1 Sepuluh syarat Bai'at
a. Orang yang bai'at, berjanji dengan hati jujur bahwa dimasa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur, senantiasa akan menjauhi syirik.
b. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, huru-hara, pemberontakan; serta tidak akan dikalahkan oleh gejolak-gejolak hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
c. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu tanpa putus-putusnya, semata-mata karena mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mengerjakan shalat tahajjud, dan mengirimkan shalawat kepada Yang Mulia Rasulullah saw, dan memohon ampun dari kesalahan dan memohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukuri dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
d. Tidak akan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, baik dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara papaun juga.
e. Akan tetap setia terhadap Allah Taala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat dan musibah; pendeknya, akan rela atas putusan Allah. Dan senatiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di dalam jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Taala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.
f. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu. Dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah al Quran Suci atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam setiap langkahnya.
g. Meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti halus, dan sopan santun.
h. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.
i. Akan selamanya menaruh belas kasihan terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Taala kepadanya.
j. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini "Imam Mahdi dan al Masih Mau'ud", semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal ma'ruf dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan, ataupun ikatan kerja.
6.9 Haramnya shalat dibelakang selain Qodiani kecuali karena maslahat.
Kholifah kedua putra Al-Qodiani mirza Basyi ruddin Mahmud Ahmad menyatakan:
Pada tahun 1912 saya ke mesir lalu naik haji. Di jeddah saya ditemani oleh kakak dari ibu. Lalu kita berangkat bersama ke makkah... tatkala shalat dimulai, kakak menyuruh saya untuk ikut shalat, ...ketika kita pulang ke rumah kita menyatakan, mari kita shalat yang dikehendaki oleh Alah yang tidak boleh ditunaikan dan tidak diterima jika dilakukan dibelakang selain Qodiani. Lalu kami bersama-sama shalat kembali...salah seorang kita bertanya kepada kholifah pertama, Nuruddin."apa yang seharusnya dilakukan seorang Qodiani dalam hal shalat dibelakang selain Qodiani?". Kholifah menjawab: jika ada kepentingan shalat dibelakang selain Qodiani, maka ia dibolehkan kemudian ia mengulangi shalatnya.
6.10 Hal-Hal yang Mewajibkan Kafirnya Mirza Ghulam Ahmad
1. Pengakuannya sebagai nabi.
2. Menghapus kewajiban jihad dan mengabdi kepada penjajah.
3. Meniadakan berhaji ke Mekkah dan menggantinya dengan berhaji ke Qadian.
4. Penyerupaan yang dilakukannya terhadap Allah dengan manusia.
5. Kepercayaannya terhadap keyakinan tanasukh (menitisnya ruh) dan hulul (bersatunya manusia dengan tuhan).
6. Penisbatannya bahwa Allah memiliki anak, serta klaimnya bahwa dia adalah anak tuhan.
7. Pengingkarannya terhadap ditutupnya kenabian oleh Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan membuka pintu bagi siapa saja yang menginginkannya.
6.11 Pembajakan ayat suci Al-Qur'an
Dalam kitab Tadzkirah, Mirza Gulam Ahmad menerangkan bahwa ia menerima wahyu dari Tuhan, salah satunya adalah bahwa Tuhan telah memberi barkah kepadanya. Namun wahyu yang diterimanya itu dicampur dengan potongan ayat-ayat Al-Quran, seperti yang tercantum dalam Tadzkirah: 43; Haqiqatul Wahyi: 70, dan Al-Istifta: 79: “Wahai Ahmad, Allah telah memberi barkah kepadamu. Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar (Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran.”
Kalimat pertama: “Wahai Ahmad, Allah telah memberi barkah kepadamu,” adalah wahyu dari Allah kepada Mirza Gulam Ahmad, sedangkan kalimat kedua, “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar dan seterusnya …” adalah terjemahaan firman Allah yang tertera dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 17. Namun bagian awal dan akhir ayat tersebut tidak ditulis dengan lengkap. Ratusan ayat Al-Quran lainnya dibajak oleh Mirza Gulam Ahmad yang diakuinya sebagai wahyu yang diturunkan Allah kepadanya setelah dicampuri dengan ucapan dia kemudian dihimpun dalam “kitab suci” Tadzkirah.
BAB VII. Perkembangan Ahmadiyah
7.1 Penyebaran dan Aktifitas Ahmadiyah
Tujuan pertama Ahmadiyah adalah mengajak orang-orang islam dan yang lainnya untuk membenarkan penagakuan Mirza Ghulam Ahmad Al-Qodiyani bahwa Dia-lah Al-Masih yang dijanjikan itu, dan dia juga Al-Mahdiy (yang ditunggu-tunggu) itu. Yang kedatangan kedua kalinya telah disinggung-singgung dalam sebahagian riwayat akan akan terjadi di akhir-akhir zaman. Kelompok inipun menganggap bahwa orang yang tak masuk kelompoknya adalh kafir.
Ahmadiyah setiap bulannya membagikan brosur darsus (edaran khusus) kepada masyarakat, organisasi-organisasi islam dan kelompok yang mereka anggap sebagai sasaran propaganda. Juga membagikan buku-buku yang berisi ajaran Ahmadiyah secara gratis kepada masyarakat.
Penganut aliran Ahmadiyah kebanyakan hidup di India dan Pakistan dan sebagian kecilnya di Israel dan wilayah Arab. Mereka senantiasa membantu penjajah agar dapat membentuk/membangun sebuah markas di setiap negara di mana mereka berada.
Ahmadiyah memiliki pekerjaan besar di Afrika dan pada sebagian negara-negara Barat. Di Afrika saja mereka beranggotakan kurang lebih 5000 mursyid dan da'i yang khusus merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah. Jumlah pengikut Ahmadiyah di Indonesia saat ini menurut juru bicara mereka, syamsir Ali, mencapai 500 ribu orang. Jumlah tersebut tentu tak semuanya, hanya mereka yang membayar iuran wajib saja. Jika ditambah dengan simpatisan jumlahnya mencapai 2 juta orang.
jika benar, maka jumlah tersebut terbilang banyak, setara dengan 1 persen dari total penduduk Indonesia.
Ahmadiyah telah ada di Indonesia sejak tahun 1925, berarti sekitar 85 tahun yang lalu. Jika diambil rata-rata dari rentang waktu tersebut, maka setiap tahun jumlah pengikut Ahmadiyah bertambah sebanyak 24 ribu orang. Dalam satu bulan 1.960 orang.
Dan aktifitas mereka secara luas memperjelas bantuan/dukungan mereka terhadap penjajahan.
Keadaan kelompok Ahmadiyah yang sedemikian, ditambah perlakuan pemerintah Inggris yang memanjakan mereka, memudahkan para pengikut kelompok ini bekerja menjadi pegawai di berbagai instansi pemerintahan di berbagai negara, di perusahaan-perusahaan dan persekutuan-persekutuan dagang. Dari hasil kerja mereka itu dikumpulkanlah sejumlah dana untuk membiayai dinas rahasia yang mereka miliki
Dalam menjalankan misi, mereka merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah dengan segala cara, khsusnya media massa. Mereka adalah orang-orang yang berwawasan dan banyak memiliki orang pandai, insinyur dan dokter. Di Inggris terdapat stasiun pemancar TV dengan nama "TV Islami" yang dikelola oleh penganut kelompok Ahmadiyah.
7.2 Pemimpin-Pemimpin Ahmadiyah
1. Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad bernama Nuruddin. Pemerintah Inggris menyerahkan kepemimpinan Ahmadiyah kepadanya dan diikuti para pendukungnya. Di antara tulisannya berjudul "Fashlb Al-Khithab".
2. Pemimpin lainnya adalah Muhammad Ali dan Khaujah Kamaluddin. Amir Ahmadiyah di Lahore. Keduanya adalah corong dan ahli debat kelompok Ahmadiyah. Muhammad Ali telah menulis terjemah Al-Qur'an dengan perubahan transkripnya ke dalam bahasa Inggris. Tulisannya yang lain. Haqiqat Al-Ikhtilaf An-Nubuwah Fi Al-Islam dan Ad-Din Al-Islami. Khaujah Kamaluddin menulis kitab yang berjudul Matsal Al-A'la Fi Al-Anbiya serta kitab-kitab lain. Jamaah Ahmadiyah Lahore ini berpandangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah seorang mujadid. Tetapi yang berpandangan seperti ini dan yang tidak, mereka sama saja saling mengadopsi satu sama lain.
3. Muhammad Shadiq, mufti kelompok Ahmadiyah. Di antara tulisannya berjudul Khatam An-Nabiyyin.
4. Basyir Ahmad bin Ghulam, pemimpin pengganti kedua setelah Mirza Ghulam Ahmad. Di antara tulisannya berjudul Anwar Al-Khilafah, Tuhfat Al-Muluk, Haqiqat An-Nubuwwah.
5. Dzhafrilah Khan, menteri luar negeri Pakistan. Dia memiliki andil besar dalam menolong kelompok sesat ini, dengan memberikan tempat luas di daerah Punjab sebagai markas besar Ahmadiyah sedunia, dengan nama Robwah Isti'aroh (tanah tinggi yang datar) yang diadopsi dari ayat Al-Qur'an:
"Dan Kami melindungi mereka di suatu Robwah Isti?aroh (tanah tinggi yang datar) yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.? (Qs. Al-Mukminun: 50)
7.2.1 Silsilah Khilafat & Perkembangan Ahmadiyah Di Seluruh Dunia
Setelah HM.Mirza Ghulam Ahmad as. wafat, beliau digantikan oleh Khalifatul Masih I, yaitu Hz.Mlv.Hafiz Hakim Nuruddin ra.. Pertablighan Islam dan pengembangan missi Ahmadiyah ke Eropa sudah dimulai pada masa beliau ini.
Khalifatul Masih I wafat pada tahun 1914 dan digantikan oleh Khalifatul Masih II, yaitu Hz.Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra.. Pertablighan Islam dan pengembangan missi Ahmadiyah ke seluruh dunia lebih terorganisir. Pengorganisiran itu beliau wujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu gerakan yang dikenal dengan nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam gerakan ini beliau menghimpun dana sukarela dari para anggota dan mengumpulkan tenaga-tenaga sukarela yang mewakafkan diri mereka untuk pengembangan Islam ke seluruh dunia. Pada masa Khalifatul Masih II ini Jemaat Ahmadiyah telah berkembang di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.
Setelah memimpin selama lebih-kurang 50 tahun, Khalifatul Masih II wafat pada tahun 1965 dan digantikan oleh Khalifatul Masih III, yaitu Hz.Mirza Nasir Ahmad. Beliau wafat pada tahun 1982 dan digantikan oleh Hz.Mirza Tahir Ahmad sebagai Khalifatul Masih IV yang memimpin Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia pada saat sekarang ini.
Kini Jemaat Ahmadiyah telah tersebar di lebih dari 140 negara di dunia. Program-program penyebaran Islam ke seluruh dunia dan pengkhidmatan kepada umat manusia dalam bentuk penghimbauan kepada Allah Ta'ala (Da'wah Ilallah), dijadikan sebagai prioritas utama. Misalnya pengiriman muballigh-muballigh ke manca-negara; penerjemahan Al-Quran dan tafsirnya ke dalam berbagai bahasa (target:100 bahasa dunia). Pembangunan mesjid-mesjid dan sarana-sarana lainnya. Pengembangan literatur-literatur yang menyinggung berbagai aspek. Pengembangan sarana dakwah Islam melalui satelit dalam program MTA (Muslim Television Ahmadiyya) dsb..
7.2.2 Khalifah-khalifah Ahmadiyah Qadian
1. Hadhrat Hakim Maulana Nur-ud-Din, Khalifatul Masih I, 27 Mei 1908 - 13 Maret 1914
2. Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih II, 14 Maret 1914 - 7 November 1965
3. Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III, 8 November 1965 - 9 Juni 1982
4. Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, 10 Juni 1982 - 19 April 2003
5. Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, 22 April 2003 –
7.3 Sekilas perkembangan Ahmadiyah di Indonesia

Di Indonesia Ahmadiyah terpecah menjadi dua, yang pertama adalah kelompok yang menamakan dirinya Jemat Ahmadiyah Indonesia (JAI) atau yang lebih dikenal dengan nama Ahmadiyah qodian. Masuk Indonesia pada tahun 1925. Dan yang kedua adalah kelompok yang menamakan dirinya Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) atau yang lebih dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore, masuk Indonesia pada tahun 1928.
Perbedaannya tidak terlalu signifikan. GAI menyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid (pembaharu) dan Muhaddats (orang yang berbicara langsung dengan Allah SWT). Disamping itu sama-sama meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu dari Allah SWT.
Sedangkan JAI dengan terang-terangan meyakini bahwa mirza ghulam Ahmad dari India adalah seorang Nabi, Rasul, Al-Masih Al-Mau'ud dan Imam mahdi.
Qadhiyaniyah pada masa Ghulam Ahmad dan masa-masa kholifah Nuruddin adalah merupakan suatu aliran saja. Tetapi mereka itu pada masa akhir hayat Nuruddin mulai timbul sedikit perbedaan diantara mereka. Kemudian ketika nuruddin meninggal mereka terbagi menjadi dua cabang: cabang "Qodhiyan" dipimpin oleh Mahmud ghulam ahnad dan cabang "Lahore" yang dipimpin muhamad Ali.
Beragam jurus untuk menarik simpati masyarakat dilakukan Ahamadiyah, dari mengaku mempunyai peran dalam kemerdekaan RI, mendapat dukungan soekarno sampai memfitnah kelompok yang membongkar kesesatan Ahmadiyah sebagai penyebar berita bohong. Dia memposisikan diri sebagai kelompok tertindas. pengikut nabi palsu ini mendulang dukungan pegiat HAM.
Aliran yang jelas-jelas menyesatkan itu ternyata dimasa pemerintahan Gusdur tahun 2000 justru bisa menghadirkan dedengkotnya ke Indonesia. Yaitu apa yang mereka sebut kholifah ke empat atau Imam bernama Tahir Ahmad dari London , Juni 2000 M. Bahkan penerus Nabi palsu itu diantar oleh Dawam Raharja (orang Muhamadiyah) untuk sowan ke Amin Rais, ketua MPR bekas ketua Muhamadiyah dn Gusdur, presiden RI bekas ketua umum NU.
Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jamaah Muslim Ahmadiyah Internasional. Di Indonesia, organisasi ini telah berbadan hukum dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953) . Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam. Indonesia selalu digambarkan sebagai negara dengan pemeluk agama Islam yang toleran. Toleransi juga diperlihatkan agama-agama dominan sebelum Islam, yakni Hindu dan Buddha, terhadap ajaran baru: Islam. Para ulama penyebar Islam dulunya juga bersikap toleran terhadap ajaran agama sebelumnya, bahkan menyerap beberapa unsur budayanya. Karena itu, masuknya Islam di Indonesia selalu disebut “panetration pacific”.
Toleransi itu pulalah yang tampak ketika Ahmadiyah yang lahir di Pakistan pertama kali dan disebarkan di Indonesia oleh dua mubalig Ahmadiyah aliran Lahore, Mirza Wali Ahmad Baiog dan Maulana Ahjmad, lewat kunjungan mereka ke Yogyakarta, 1924. Sementara Ahmadiyah aliran Qadian masuk ke Indonesia tahun 1925 atas undangan beberapa orang Indonesia yang pernah belajar di perguruan Ahmadiyah di Pakistan.
Masuknya Ahmadiyah di Indonesia ternyata juga disambut para pejuang pergerakan nasional, khususnya Bung Karno, karena mereka mendukung perjuangan Indonesia merdeka. Karena sambutan yang hangat itu, Bung Karno pernah dituduh telah masuk Ahmadiyah, yang kemudian dibantahnya melalui sebuah artikel. Namun ajaran-ajaran Ahmadiyah (khususnya Ahmadiyah Lahore) telah ikut memengaruhi para pemimpin pergerakan Indonesia .
7.3.1 Ahmadiyah Qadian
Tiga pemuda dari Sumatera Tawalib yakni sauatu pesantren di Sumatera Barat meninggalkan negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan. Awalnya meraka akan berangkat ke Mesir, karena saat itu Kairo terkenal sebagai Pusat Studi Islam. Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai menjadi pusat pemikiran Modernisasi Islam. Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore.
Setelah beberapa waktu disana, merekapun ingin melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian. Dan setelah mendapatkan penjelasan dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a., Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di Madrasah Ahmadiyah yang kini disebut Jamiah Ahmadiyah. Merasa puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian dua puluh tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.
Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.. Beliau meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia.
Kemudian, Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya. Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan, Aceh. Kemudian berangkat menuju Padang, Sumatera Barat. Banyak kaum intelek dan orang-orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah.
Pada tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi. Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT berangkat ke Jakarta, ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya. Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya R. Muhyiddin. Beliau dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena beliau merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti Mln. Abdul Wahid dan Mln. Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.
Sementara itu, muballigh yang lain Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan salah satu tokoh penting sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, di kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi beliau kepada negara. Di tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-3-1953.
Ahmadiyah tidak pernah berpolitik, meskipun ketegangan politik di Indonesia pada tahun 1960-an sangat tinggi. Pergulatan politik ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak korban. Satu lambang era baru di Indonesia pada masa itu adalah gugurnya mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim, yang tidak lain melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah ketegangan politik masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa itu. Oleh karena itu iapun diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Ampera.
Di Era 70-an, melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal 1970-an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah Alam al Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUI memberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Sebagai akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa yang dipimpin oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik.
Periode 90-an menjadi periode pesat perkembangan Ahmadiyah di Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem Television Ahmadiyya (MTA). Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri wilayah Indonesia setelah jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor Timur ingin lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan kepada Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara terbuka. Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dan mendapat sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin Rais.
7.3.Ahmadiyah Lahore
Tahun 1924 dua pendakwah Ahmadiyah Lahore Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad, datang ke Yogyakarta. Minhadjurrahman Djojosoegito, seorang sekretaris di organisasi Muhammadiyah, mengundang Mirza dan Maulana untuk berpidato dalam Muktamar ke-13 Muhammadiyah, dan menyebut Ahmadiyah sebagai "Organisasi Saudara Muhammadiyah".
Pada tahun 1926, Haji Rasul mendebat Mirza Wali Ahmad Baig, dan selanjutnya pengajaran paham Ahmadiyah dalam lingkup Muhammadiyah dilarang. Pada Muktamar Muhammadiyah 18 di Solo tahun 1929, dikeluarkanlah pernyataan bahwa "orang yang percaya akan Nabi sesudah Muhammad adalah kafir". Djojosoegito yang diberhentikan dari Muhammadiyah, lalu membentuk dan menjadi ketua pertama dari Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang resmi berdiri 4 April 1930.
Masyarakat muslim Indonesia umumnya menolak kehadiran dan perkembangan Ahmadiyah di daerahnya. Kasus penolakan ini bisa dilihat, misalnya, di Sumatra Timur tahun 1935, Medan (1964), Cianjur (1968), Kuningan (1969), Nusa Tenggara Barat (1976), Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Surabaya/Jawa Timur, Parung/Bogor (1981), Riau (1990), Palembang, Sumatra Barat, Jakarta, termasuk Timor Timur ketika masih bergabung dengan NKRI. Sikap penolakan itu terus berlanjut dengan intensitas yang berbeda, tergantung pada tingkat ekslusivitas dan agrivitas kegiatan Ahmadiyah setempat.
Upaya penolakan terhadap Jemaat Ahmadiyah diwujudkan dalam berbagai bentuk aksi, seperti mengirim surat pernyataan keberatan dan keresahan akan kehadiran Ahmadiyah kepada Pemerintah Daerah dan Pusat serta mempublikasikannya dalam berbagai media massa. Bahkan dengan berdemo, seperti di Parung, Bogor, masyarakat muslim menentang perkembangan Ahmadiyah dengan mnyegel tempat kegiatan mereka. Persis mempunyai cara sendiri dalam menolak Ahmadiyah, yaitu dengan cara berdebat.
Dari latar belakang sejarah, munculnya Ahmadiyah mirip kelahiran Muhammadiyah. Muhammadiyah lahir antara lain untuk pemurnian akidah dan praktik ibadah Islam tradisional yang dianggap telah dirasuki “penyakit” TBC; Tachayul, Bid’ah dan Churafat (ejaan lama). Dakwah Muhammadiyah yang membawa faham Wahabisme ini lalu menimbulkan persinggungan dengan kalangan Islam tradisional, sehingga menimbulkan reaksi balik dengan berdirinya NU. Ahmadiyah tampil dengan penafsiran Alqur’an dan Sunnah secara liberal, sekalipun tidak setuju dengan aliran modernis pimpinan Ahmad Khan yang dianggap telah ditunggangi westernisasi. Ahmadiyah yang menentang pendekatan rasional aliran Aligarh, justru bercirikan rasional dan liberal dalam penafsirannya. Tapi yang sebenarnya menjadi sasaran utama Ahmadiyah adalah kristenisasi dan westernisasi yang melanda benua India saat itu.
Di Indonesia, ajaran Muhammadiyah diterima luas masyarakat yang tertarik faham modernisasi Islam. Tapi penerimaan seperti itu tidak terjadi pada Ahmadiyah di Pakistan. Ahmadiyah justru ditentang ulama tradisional maupun modernis India. Salah satu faktor penentangannya adalah klaim Ghulam Ahmad sebagai penerima wahyu dan sebagai nabi. Islam tradisional dan modernis percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul penutup. Karena “wahyu” yang diterima Ghulam Ahmad sempat dibukukan, maka kaum Muslim umumnya menganggap Ahmadiyah mempunyai kitab suci sendiri.
Padahal bagi Ahmadiyah, nabi pungkasan tetaplah Nabi Muhammad. Status “nabi” dan “rasul” pada kasus Nabi Muhammad ditafsirkan Ahmadiyah sebagai nabi dan rasul pembawa syari’at. Ghulam Ahmad tidak pernah mengklaim diri sebagai pembawa syari’at, bahkan misi utamanya adalah “menghidupkan kembali syari’at” yang telah ada, tapi dengan penafsiran yang rasional, sehingga kemajuan Islam tidak memerlukan modernisasi, apalagi kolonialisme, karena Islam sendiri mengandung idea of progress.
Atas dasar kepercayaan bahwa Islam membawa rahmat bagi sekalian bangsa, maka Islam bagi Ahmadiyah tidak perlu disebarkan lewat perang. Karena itu, Ahmadiyah menurut Wilfred C. Smith menjelma menjadi gerakan intelektual dan konsisten melakukan “dakwah intelektual”. Inilah yang memesona Bung Karno, sekalipun ia menolak percaya bahwa Ghulam Ahmad adalah nabi. Bagi Ahmadiyah, perang adalah “jihad kecil”, sedangkan “jihad akbar” adalah menaklukkan hawa nafsu. Karena itu Ahmadiyah selalu tampil sebagai gerakan sipiritual, tapi bukan dalam bentuk yang tradisional, melainkan “spiritual modern”. Akhir-akhir ini Islam berkembang di Afrika Hitam melalui Ahmadiyah.
Ahmadiyah juga organisasi legal sejak zaman kolonial tahun 1928 (aliran Lahore) dan 1929 (aliran Qadian). Oleh Pemerintah RI, Ahmadiyah mendapat status badan hukum berdasarkan SK Menteri Kehakiman No. JA 5/23/13, tertanggal 13 Maret 1953, dan diakui sebagai organisasi kemasyarakatan melalui surat Direktorat Hubungan Kelembagaan Politik No. 75//D.I./VI/2003. Pengakuan legal itu didasarkan pada Pasal 29 ayat 1 dan 2 UUD 1945 bahwa “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.
BAB VII. Penutup dan kesimpulan
Ahmadiyah sebagai perkumpulan atau jemaat didirikan oleh Mirza
Ghulam Ahmad di Qadiyan - I N D I A (sekarang Pakistan) tahun 1889. yang karena perbedaan pandangan tentang penerus kepemimpinan dalam
Ahmadiyah dan ketokohan pendirinya berkembang dua aliran, yaitu
Anjuman Ahmadiyah (Ahmadiyah Qadiyan) dan Anjuman Ishaat Islam Lahore
(Ahmadiyah Lahore). Kedua aliran tersebut mengakui kepemimpinan dan
mengikuti ajaran serta paham yang bersumber pada ajaran Mirza Ghulam
Ahmad.
Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima wahyu, dan dengan wahyu
itu dia diangkat sebagai Nabi, Rasul, Al-Masih Mau`ud dan Imam Mahdi.
Ajaran dan faham yang dikembangkan oleh pengikut Jemaat Ahmadiyah
Indonesia khususnya terdapat penyimpangan dari ajaran Islam
berdasarkan Al-Qur`an dan Al-Hadits yang menjadi keyakinan umat Islam
umumnya, antara lain tentang kenabian dan kerasulan Mirza Ghulam Ahmad
sesudah Rasulullah saw.
Kemunculan Ahmadiyah tak terlepas dari campur tangan Inggris yang kesulitan dalam melawan Jihad kaum muslimin. Inggris sengaja melahirkan Ahmadiyah untuk menghancurkan Islam dari dalam terutama dalam masalah Jihad. Karenanya Ahmadiayah menghapuskan kewajiban Jihad.
Dari sejak awal kemunculannya, Ahmadiyah ditentang oleh kaum muslimin Indonesia yang mayoritas beraliran Sunni, sebab ajarannya dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Penyelewengannya yang esensial adalah, penganut Ahmaddiyah mengaku ada Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Mirza Gulam Ahmad, memiliki kitab suci sendiri yaitu “Tazkirah” yang kesuciannya diakui sama dengan Al-Quran, serta mengaku ada tanah suci selain Makkah dan Madinah, yaitu Qadyani, dan Rabwah.
Daftar pustaka:
Rahman, Abu muhamad jibril abdul, virus-virus syariat, Jakarta:Ar-rahma media, Cet.2, th 2008
Ahmad, jaiz Hartono, Aliran da paham sesat di Indonesia, Jakarta: puataka Al-kautsar, cet.5, th 2003
………Nabi-Nabi palsu dan para penyesat umat, Jakarta:Puataka Al-Kautsar, cet, 1,th,2008
Al-Anwar Abu Zahrah, Al-Furqon,VII, 7, 2008
Al-Furqan, I, 8, 2008
Amin KH. Ma'ruf, Risalah, II, 45, 2008
Artawijaya,jurus Ahmadiyah menarik simpati, Al-Mujtama',I,1, 2008
Badan penelitan dan pengembangan agama, Departemen Agama RI Tahun 1984/1985
Barahiin Ahmadiyyah, Rohani Khazain vol.1
Batuah, Syafi'I R,. Ahmadiyah, Apa dan mengapa,penerbitan jemaat Ahmadiyah Indonesia, cet, 18 th 1986
Chinioti, Al-Pakistani Asy-syaikh Manzhur Ahmad. Keyakinan Al-Qodiani,terj. Jakarta:LPPI, cet, 1,th, 2002
hasan Ali, Nadwi Sayid Abdul, Tikaman ahmadiyah terhadap islam, terj, Jakarta: Fadlindo media utama, cet,1, th 2005
Hidayatullah, III, 21, 2008
Inilah Agama Qidyani, Lembaga tinggi seruan dan penerangan Agama kerajaan Saudi Arabia
Inilah Qodhiyani, Bandung,PT.Al-Ma'arif
Iqbal, Sir.M, Islam dan Ahmadiyah,terj. Jakarta:PT. Bumi Aksara, cet. 1,th 1991
Jamaluddin M.Amin, Ahmadiyah menodai Islam, Jakarta:LPPI, cet. 1, th 2007
Jamaluddin,M. Amin kapita selekta Aliran-Aliran sempalan di Indonesia, Jakarta:LPPI, cet.1, th 2002
Jamaludin M.Amin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur'an, Jakarta: Lembaga Penelitan Dan Pengakajian Islam (LPPI), cet, 3,th 2002
Jamaludun, HM.Amin, Kebohongan publik terbaru Ahmadiyah, Jakarta: LPPI,cet.1, th 2008
Kami orang islam, penerbit pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia, th 1983,
Ahmad, Mirza Bashiruddin Mahmud, Da'watul Amir terj.Bhs.Indonesia, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1989
Tim Ahli Tauhid, kitab Tauhid II, terj, Jakarta:Darul Haq, cet,1,th, 1998,
www.dakwatuna.com/wp-content/upload/2008/07/al-Qur'an2Jpg

1 komentar:

  1. saya disini mau bertanya, tentang apa saja bukti bukti kesesatan ahmadiyah?

    BalasHapus