Rabu, 18 Februari 2009

RUQYAH DALAM PANDANGAN AQIDAH



Tugas: Ilmu Tauhid 1
Oleh: Yusman Dawolo
Dosen Pembimbing: Ujang Habibi. S.Sos.I

A. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya serta memohon ampunan-Nya. Dan kami berlindung dari keburukan diri-diri kami dan dari kejelekan-kejelekan amal-amal kami. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah hamba dan Rasul-Nya.
Amma ba’du. Maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Saw dan seburuk-buruk perkara adalah perkara agama yang baru dan setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka.
Seiring dengan perkembangan zaman dan gaya hidup yang jauh dari nilai-nilai Islam, banyak orang yang senang ke Maal dan ketempat-tempat maksiat dari pada ke Masjid. Mereka lebih senang mendengarkan musik dari pada mendengar dan membaca Al-Qur'an. Akibatnya, banyak yang kemasukan setan atau Jin (kesurupan). Mereka mempercayai dukun, paranormal atau orang pintar yang mengaku mengetahui tentang yang ghaib dll.
Padahal, “mengetahui hal-hal ghaib adalah ciri khusus yang dimilki Allah yang tidak bisa diketahui oleh makhluk Allah. Baik jin, manusia ataupun makhluk lainya, kecuali jika Allah telah memberitahu hal-hal ghaib itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Allah berfirman:
               
“Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (An- Naml : 65)
Dan firman Allah:
                     
“(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (Al-Jin : 26-27)
Maka barang siapa mengaku mengetahui ilmu ghib, dengan cara apapun padahal bukan orang yang dipilih Allah sebagai Rasul maka dia adalah pendusta dan kafir, sama saja, baik ia mengakunya melalui membaca telapak tangan atau cangkir atau perdukunan, sihir, ilmu nujum, atau lainya”.
Dalam hal mencari kesembuhan, Baik penyakit fisik (medis) maupun penyakit rohani (hati). Islam menyuruh dan memberikan solusi penyembuhan dengan membaca Al-Qur’an (ruqyah). karena “Al-Qur'an adalah obat bagi hati orang-orang yang beriman dari penyakit-penyakit kesyirikan, syubhat, dan kemunafikan, serta obat kesembuhan bagi penyakit fisik yang menimpa kaum muslimin".
Sebagaimana firman Allah:
              
"Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian". (al-Isro': 82)
Dan firman Allah:
                    •  
"Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".( Fusilat: 44)
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang ruqyah syar’i yang tepat sesuai dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah, mulai dari alam ghaib, hakikat Jin, pengertian ruqyah, sejarah ruqyah, macam-macam ruqyah, sarat-sarat sebagai peruqyah, doa-doa dalam-ruqyah dan metode atau tata cara ruqyah.

B. Alam Ghaib
Wahid Abdussalam Bali mengatakan bahwa "Salah satu pokok aqidah Islam adalah beriman (meyakini) adanya hal-hal gaib . Bahkan keyakinan ini merupakan sifat pertama yang disematkan Allah kepada orang-orang yang bertaqwa termasuk keyakinan terhadap keberadaan jin.
Sebagaimana Fiman Allah:
                    
"Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.(al-Baqarah: 1-3)
Khalid bin Abdurrahman dalam bukunya pengobatan alternatif dalam Islam. Menjelaskan bahwa salah satu keyakinan kita mengenai yang ghaib ini adalah tentang keberadaan jin. “Bahkan mengingkari adanya jin adalah perbuatan kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari agama Islam, karena ia telah mengingkari sesuatu yang pasti dalam Al-Qur’an dan sunnah berupa berita-berita tentang adanya bangsa jin, percaya dengan adanya bangsa jin adalah bagian dari kepercayaan kepada sesuatu yang ghaib karena kita tidak bisa melihat mereka...sedangkan mengingkari masuknya jin kedalam diri manusia adalah tidak merupakan perbuatan kufur akan tetapi adalah merupakan sesuatu kesalahan dan mendustai terhadap sesuatu yang telah ditetapkan dalil-dalil syar’i serta kejadian nyata yang berulang-ulang”.

C. Hakikat Jin
1. Pengertian Jin
Jin adalah makhluk penghuni suatu alam selain alam manusia dan malaikat. Bangsa jin itu memiliki kesamaan dengan bangsa manusia, yaitu juga memiliki akal, pengetahuan dan juga kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kemudian makhluk ini disebut jin, karena keberadaan mereka tidak bisa dilihat oleh pandangan manusia (gaib). Kata al-jin dalam Bahasa Arab berarti istitar atau ijtinan (tertutup atau tersembunyi). Sebagai mana firman Allah swt:
        
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”. (al-A’raf : 27)
“Secara etimologi kata jin berasal dari kata ”janna” yang berarti tertutup ... adapun pemimpin jin disebut Al-jan dan jin yang ahli maksiat disebut “syaithon” yang berasal dari kata “syithona ‘anhu” yang berarti jauh dari sesuatu” ... mereka adalah pembantu-pembanhtu iblis ... iblis menurut arti bahasa berasal dari kata “ablasa” yang berarti putus asa dari rahmat Allah”.
Meskipun jin ini tidak bisa dilihat oleh mata. Namun, “bukan berarti sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata berarti tidak ada. Banyak sekali yang tidak bisa dilihat oleh mata namun pada hakikatnya ia ada. Contohnya: arus listrik tidak bisa dilihat di kabel listrik, tetapi kita bisa tau bahwa ia ada melalui bekas-bekasnya pada lampu atau yang lainya. Begitu pula udara yang tiap hari kita hirup untuk bernafas, kita tidak bisa melihatnya, tetapi kita dapat merasakan keberadaanya. Bahkan ruh (nyawa) yang merupakan salah satu penyangga kehidupan kita, karenaya kita bisa hidup dan tanpanya kita mati, tidak bisa kita lihat dan ketahui hakikatnya. Namun demikian, kita meyakini keberadaanya".
Abdul Hakim bin Amir Abdat juga menyebutkan dalam bukunya Alam Jin bahwa "keyakinan kita, ahlussunnah wal jam'ah menurut pemahaman shalafusshalih, adalah meyakini akan adanya alam jin. Ini adalah salah satu aqidah kita yang menyalahi keyakinan kaum filsafat yang mengingkari wujud dan keberadaan alam jin ini.
Jin adalah hakekat yang nyata, mengingkari keadaanya berarti telah melakukan dusta kepada Al-Qur’an dan telah berbuat kufur kepada Allah, mereka adalah sekolompok makhluk yang mendapat perintah dan larangan, yang kafir diantara mereka akan masuk neraka.
Allah Berfirman:
            •  
"Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang Telah terdahulu sebelum kamu”. (Al-A’raf: 38)
Dan diantara mereka ada pula yang masuk surga. Allah Berfirman:
    •              
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga, Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?, Kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. (QS. Ar-Rahman: 46-49)”.
Dalil-dalil tentang keberadaan jin dari Al-Qur'an. Allah swt berfirman:
                 
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan".(ar-Rahman: 33)

           
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan". (al-Jinn: 6)
Dalil dari hadits:
Dalam Musnad Ahmad dan Sunan Abu Daud dengan sanad sahih dari jabir disebutkan hadits marfu’ yang berbunyi:
“ketika kalian mendengar gongongan anjing dan ringkikan keledai pada malam hari, maka hendaklah kalian berlindung kepada Allah Swt. Dari setan, karena sesungguhnya mereka bisa melihat apa yang tidak bisa kalian lihat”
2. Asal Kejadian Jin
Didalam Al-Qur’an, Allah swt. Telah memberitahukan kepada kita bahwa jin itu diciptakan dari unsur api. Allah swt. Berfirman:
       
“Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”. (Al-Hijr: 27)
 •  •   
“Dan dia menciptakan jin dari nyala api”. (Ar-Rahman: 15)
3. Kewajiban-Kewajiban Jin:
a. Jin dikenakan taklif (kewajiban seperti halnya manusia) Allah berfirman:
      
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".(Adz-Dzaariyaat: 56)
b. Jin ada yang mukmin dan ada juga yang kafir. Allah berfirman:
 •  •    •   
"Dan Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda". (Q.S. Al-Jin: 11)
c. Jin itu diciptakan lebih dahulu dari pada manusia. Allah befirman:
•       
"Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas" (Q.S. Al-Hijr: 27)
d. Jin adalah satu bangsa yang besar dan terbagi bagi sehingga Iblis termasuk salah satu bangsa jin.
Allah berfirman:
                            
"Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.(Al-Kahfi: 50)

D. Kesurupan
"Kesurupan adalah sebuah ungkapan untuk gangguan yang menimpa akal manusia, sehingga ia tidak dapat memahami apa yang ia katakan. Seseorang yang kesurupan tidak dapat menghubungkan perkataanya, antara yang telah dia katakan, dan yang akan dia ucapkan. Dia juga akan menderita hilang ingatan akibat gangguan pada urat-urat saraf (otak)".
Wahid abdussalam bali, mengutip pengertian kesurupan yang disampaikan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, "Kesurupan adalah penyakit yang menghalangi organ-organ penting dalam tubuh untuk dapat berfungsi secara normal. Penyebanya adalah angin yang merusak kedalam lobang-lobang yang ada di pembuluh otak, atau udara kotor yang naik dari sebagian anggota tubuh yang menyebabkan penderitanya merasa tidak seimbang. Bahkan ia bisa terjatuh dan menyemburkan buih dari mulutnya karena terjadinya pelembaban yang berlebihan pada saluran-saluran persarafan (gangguan seperti ini menurut istilah kedokteran disebut penyakit Ephilepsy)".
Abdul Hakim Bin Amir Abdat dalam bukunya Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan Sunnah, menambahkan bahwa “Manusia itu dapat dirasuki oleh jin, dengan kata lain “kesurupan”, sehingga dia berbicara dengan bahasa dan suara yang lain dan tingkah laku yang lain.
Nabi saw telah bersabda:
“setan itu berjalan ketubuh manusia mengikuti perjalan darah” (HR Bukhari dan Musllim)
Juga berdasarkan firman Allah:
              
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila . (Al-Baqarah: 275)
“Untuk mengobati kesurupan, Islam memberikan terapi kesembuhan dengan Ruqyah. Dan Menolong orang yang kesurupan atau yang teraniaya hukumnya wajib dan harus dilakukan dengan cara-cara yang memungkinkan serta sesuai dengan kemampuan diri.
Dari jabir r.a. bahwa ketika Rasulullah SAW ditanyakan tentang hukum mantra dan jampi (ruqyah) beliau bersabda:
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ
“Barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya maka hendaknya dia lakukan.” (HR. Muslim)
Menangkal dan mengobati orang yang kesurupan jin merupakan amal perbuatan yang paling utama, bahkan salah satu sunnah para Nabi dan Rasul serta atsar orang-orang shaleh terdahulu”.
Ibnua Taimiyah dalam majmu’, 19/39 sebagaimana dikutip oleh Umar Sulaiman Al-Asyqar menjelaskan, “sesungguhnya merasuknya jin kedalam tubuh itu kadang bisa terjadi karena dorongan syhwat dan kecintaan jin kepada bangsa manusia sebagaimana perasaan yang dialami oleh bangsa manusia terhadap manusia lainya; selain itu, kerasukan juga bisa terjadi karena jin merasa benci dan ingin balas dendam pada ulah sebagian manusia; ... disamping itu, kerasukan jin juga bisa terjadi karena jin ingin bermain-main dan berbuat jahat terhadap manusia”.
Adapun tentang cara syaithon atau Jin masuk keadalam diri manusia, Khalid bin Abdurrahman menyebutkan:
1. Syeitan datang melalui pintu syahwat manusia untuk berbuat zina dengan membunjuknya berkhalwat dengan wanita—wanita asing, melihatnya, bercampur, dll.
2. Datang dari syahwat perut, agar manusia memakan makanan haram, dll.
3. Memasuki tabia’t atau perangai kemanusiaan seperti cinta pada harta, kekayaan, baik dengan cara yang halal maupun yang haram.
4. Menyeru manusia untuk bersikap sombong, takabur, dan berkuasa, maka syeitan membantu manusia untuk menindas, memaksa, menghina, dll.
Tidak disangsikan lagi bahwa manusia bisa menderita penyakit-penyakit jiwa berupa hamm (sakit hati) terhadap masa depan huzn (duka cita) terhadap masa lalu. Penyakit-penyakit kejiwaan lebih banyak mempengaruhi tubuh dari penyakit-penyakit anggota tubuh. Pengobatan penyakit-penyakit ini dengan perkara-perkara syar’iyah (ruqyah) lebih manjur dari pada pengobatannya dengan obat-obatan yang biasa digunakan.

E. Pengertian Ruqyah
“الرفي adalah jama’dari رفيلة artinya mantra atau jampi-jampi yang digunakan untuk mengobati orang yang terkena musibah, misalnya orang terkena penyakit panas, kemasukan jin atau musibah lainya. Ruqyah juga disebut Azimah, terdiri atas dua macam: yang bebas dari unsur syirik dan tidak lepas dari unsur syirik. Atau ruqyah adalah “Kumpulan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits Rasulullah Saw yang merupakan doa-doa perlindungan yang harus dibaca oleh setiap muslim atas dirinya atau anaknya, atau istrinya, baik untuk tujuan perlindungan dirinya dari semua bentuk kejahatan manusia dan jin, atau kesurupan syetan, atau sihir, atau dari penyakit tersebut atau penyakit-penyakit fisik lainya”.
“Agar ruqyah bisa berhasil, maka memerlukan kepercayaan orang yang diruqyah (dijampi) dan kekuatan jiwa orang yang meruqyah serta pengaruh kepribadianya. Maka apabila datangnya kesembuhan itu terlambat, penyebabnya adalah kelamahan pengaruh pribadi yang meruqyah atau tidak adanya kepercayaan orang yang diruqyah atau kuatnya intensitas penghalang yang merintangi keberhasilan kerja obat, sebab keberhasilan pengobatan dengan ruqyah tergantung pada dua sisi: sisi pribadi orang yang sakit dan sisi kepribadian orang yang mengobati”.

F. Sejarah Ruqyah
“Ruqyah dalam pengertian bahasa sudah ada sebelum diutusnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Bahkan ada yang mengatakan keberadaan ruqyah seiring dengan keberadaan manusia itu sendiri. Maka dari itulah dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah Saw menyeleksi ruqyah-ruqyah yang dimiliki para sahabat, barang kali ada kalimat-kalimat ruqyah mereka yang tidak sesuai dengan aqidah Islamiyah.
Auf bin Malik al-Asyja’iy berkata: “kami pada zaman jahiliyah pernah melakukan ruqyah, apa pendapat anda wahai Rasulullah?” beliau bersabda:
“perdengarkanlah ruqyah kalian kepadaku, ruqyah itu tidak apa-apa selagi tidak bermuatan syirik ”. (HR. Muslim, no.2200)
Rasulullah Saw. Juga melakukan ruqyah bukan hanya sekali, dalam Sunan Abu Daud Ahmad dari Ummi Aban binti Wazi’ bin Zari bin ‘Amir Al-‘Abdi, dari ayahnya bahwa kakeknya yang bernama Zari’ menghadap Rasulullah Saw. Denga membawa seorang anaknya...mungkin anak dari saudara perempuanya...yang gila. Kakekku berkisah, “Ketika kami sampai dihadapan Rasulullah Saw, Aku berkata, kami datang bersama putra saya yang gila, saya berharap kiranya anda berkenan mendoakan kepada Allah untuk kesembuhanya. Nabi Saw. Lalu besabda, ‘bawalah putramu kesini’. Kemudian anak laki-laki yang masih berada diatas kereta kuda, aku bawa menghadap Nabi Saw. Pakaianya untuk perjalanan aku lepas dari badanya, lalu aku ganti dengan baju yang bagus. Aku membawanya sampai dihadapan Nabi Saw. Beliau bersabda, bawalah mendekat kesini, punggungnya disebelahku’. Beliau kemudian menyingsingkan baju beliau, lalu memukul punggung anakku...sampai aku melihat putih kulit kedua ketiak beliau...seraya bersabda, ‘keluar kamu, musuh Allah; keluar kamu, musuh Allah’. Tiba-tiba pandangan anakku kembali normal, tidak seperti pandangan sebelumnya yang kosong. Kemudian Rasulullah Saw mendudukanya dihadapan beliau, lalu beliau meminta diambilkanya air, lantas membasuh muka anak itu dan mendoakanya. Setelah didoakan Rasulullah Saw. Dikalangan utusan (jin) tidak ada seorangpun yang mengganggunya.”
Abdullah bin Abbas pernah bercerita bahwa salah seorang perempuan pernah datang kepada Rasulullah Saw sambil membawa anaknya, lalu berkata “Wahai Rasulullah, sesugguhnya anak ini mempunyai penyakit gila (kesurupan), dia akan terganggu ketika kami makan, hingga ia mengganggu makan kami. Maka Rasulullah Saw megusap dadanya dan mendoakanya, hingga dia memuntahkan dari mulutnya sesuatu seperti anak Anjing hitam, yang dapat berjalan”.

G. Macam-Macam Ruqyah
1) Ruqyah Syar’iyah
Para ulama sepakat bahwa ruqyah syar’iyah haruslah memenuhi tiga persyaratan:
a. Haruslah menggunakan firman-firman Allah dan dengan nama-nama serta sifat-sifatnya, atau dengan perkataan yang disyari’atkan Rasulullah Saw.
b. Dengan menggunakan Bahasa Arab atau bahasa lain yang dapat dipahami maknanya.
c. Keyakinan yang kuat, bahwa ruqyah pada hakikatnya tidaklah memberi pengaruh melainkan dengan izin dan kekuasaan Allah semata.
Jika sebuah ruqyah memenuhi ketiga persyaratan diatas, maka boleh untuk digunakan baik sebelum atau sesudah datangnya penyakit; baik diriwayatkan dari Rasulullah atau tidak dari beliau.
2) Ruqyah Syirik
Segala bentuk ruqyah atau doa-doa perlindungan yang didalamnya terdapat unsur kesyirikan dan keharaman atau menjurus kepada kesyirikan, maka hal tersebut dilarang dan diharamkan, seperti:
a. Ruqyah dengan kalimat-kalimat yang maknanya tidak dipahami
b. Ruqyah dengan nama-nama selain Allah, seperti nama seorang raja, orang shalih atau selainya.
c. Ruqyah dengan besi, garam dan benang.
d. Ruqyah dengan huruf-huruf terpotong.
e. Ruqyah dengan cic-cin.
f. Ruqyah dengan menggunakan ikatan benang, wadi’ah, azimat dan sebagainya, yang didalamnya ada unsur kesyirikan.
g. Al-Nusyrah
3) Ruqyah Yang Diperselisihkan Hukumnya
Para ‘ulama berbeda pendapat pada jenis-jenis ruqyah berikut ini:
a. Menuliskan atau menggantungkan sesuatu dari ayat-ayat al-Qur’an, nama-nama Allah ditangan seseorang sebagai jimat.
b. Menulis sesuata dari ayat-ayat al-Qur’an atau dari nama-nama Allah, lalu dicuci dan diminum.
c. Ruqyah Ahlul Kitab
Diantara mereka ada yang membolehkanya dan ada yang melarangnya, dan yang lebih mendekat kepada kebenaran adalah melarangnya karena belum ada petunjuk dari Nabi Saw. Sedangkan menggantungkan ayat-ayat atau doa-doa kepada orang sakit dilehernya atau ditangannya atau dibawah bantalnya dan lalin sebagainya adalah diharamkan berdasarkan pendapat yang lebih kuat, karena tidak ada keterangan yang pasti tentang hal ini.

H. Ruqyah Yang dilarang
Seperti dungkapkan dr. Sunardi. Dalam bukunya Pilih Resep Dokter atau Resep Nabi mengatakan, “Rasulullah Saw juga menolak para dukun dan para normal, pembual yang mengobati penyakit dengan menggantungkan jimat-jimat dan jampi-jampi jahiliyah yang sama sekali tidak mengandung nama-nama Allah dan dzikrullah. Perbuatan semacam ini dianggap sebagai praktek syirik dan pengaruh jahiliyah”.
Didalam bukunya Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdullah. Sehat jiwa raga cara islami (seni berjampi) menyebutkan, ada beberapa yang dilarang dalam melakukan ruqyah:
a. Ruqyah tidak boleh dilakukan dalam suatu keadaan yang haram atau bid’ah, misalnya melakukanya di kamar mandi, atau kuburan atau mengkhususkan waktu tertentu untuk meruqyah, atau melakukanya saat memandang kebintang-bintang, atau ketika peruqyah dalam keadaan junub, atau peruqyah mengharuskan orang yang diruqyah dalam keadaan junub.
b. Ruqyah tidak boleh dilakukan oleh tukang sihir, dukun dan peranormal.
c. Ruqyah tidak boleh mengandung ungkapan atau simbol-simbol haram, karena Allah tidak menyimpan obat dalam simbol yang haram.
d. Tidak boleh bagi orang yang terkena sihir berobat dengan tukang sihir. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan penyakit kecuali Allah telah menurunkan obatnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
e. Tidak diperbolehkan berobat dengan menyembelih binatanag untuk orang sakit dan memerintahkan mereka untuk menggunakan potongan perak dan atau potongan kain kecil atau tanah kuburan pada tangan orang sakit, baik menyembelih dengan nama Allah maupun tidak.
f. Haram mendatangi orang yang meminta tolong kepada selain Allah untuk pengobatan, walaupun ia dapat menyembuhkan orang sakit.
Wahid Abussalam Bali menambahkan, ada beberapa metode terlarang dalam mengeluarkan jin:
a. Metode penuh dosa. Yakni dengan mengadakan pesta terlarang yang diadakan dengan alasan kesembuhan bagi orang yang sakit dengan menghilangkan penyakit (kesurupan).
b. Metode meminta keridhaan jin. Yakni mengikuti semua keinginan dan permintaan jin.
c. Metode meminta tolong kepada jin. Metode ini hanya dilakukan oleh tukang sihir. Dia meminta tolong kepada jin yang melayaninya untuk mengeluarkan jin yang merasuki orang yang sakit .
d. Metode bersumpah. Dalam metode ini, seorang tukang sihir meminta kepada jin yang merasuki tubuh untuk bersumpah atas nama pemimpinya.
e. Metode memenjarakan jin pengganggu. Yakni melakukan pendekataan kepada pimpinan kabilah jin dengan menggunakan sarana-sarana tertentu yang penuh unsur kesyirikan, kemudian meminta untuk memenjarakan jin tersebut.

I. Dalil-Dalil Yang Membolehkan Ruqyah
Ruqyah yang sesuai syari'at memang tidak terlarang apalagi jika memang sangat diperlukan untuk dilakukan ruqyah, seperti ketika terkena pengaruh sihir/guna-guna, kesurupan, sakit, dll seperti dalam hadits–hadits berikut
a. Dari ‘Aisyah ra. Ia berkata, Rasulullah Saw meruqyah dirinya dengan doa-doa perlindungan pada saat beliau sakit diakhir-akhir kehidupan beliau, dan ketika beliau dalam keadaan yang sangat payah maka saya meniup beliau (meruqyah) denganya kemudian mengusap tubuh beliau dengan tangan beliau sendiri karena keberkahannya. (HR. Bukhari)
b. Dari ‘Abu Sa’id Alkhudri ra berkata: “Sekelompok sahabat Rasulullah Saw mendatangi sebuah perkampungan orang-orang arab dan mereka tidak diberi pelayanan, pada saat itu tiba-tiba pemimpin kaum tersebut tersengat kalajengking, merekapun bertanya kepada sahabat-sahabat Rasulullah SAW: “Apakah diantara kalian ada yang memiliki obat atau seorang peruqyah? para sahabat menjawab: ”Akan tetapi kalian tidak memberikan kami layanan, dan kami tidak akan mengobatinya kecuali kalian memberi kami imbalan. “Mereka kemudian memberi serombongan kambing, maka iapun membacakan surat al-Fatihah. Kemudian para sahabat berkata: “ Kita tidak boleh mengambilnya sedikitpun sebelum kita bertanya kepada Rasulullah Saw” maka merekapun bertanya kepada Rasulullah Saw, Rasulullahpun tertawa seraya berkata: “Siapa yang memberitahu kalian bahwa itu (al-Fatihah) adalah ruqyah? ambillah hadiah tersebut dan berilah aku bagian” (HR. Bukhari)

J. Anjuran Berobat Dengan Ruqyah Syar’iyah.
Ajakan untuk menggunakan ruqyah syar’iyah sebagai salah satu bentuk pengobatan, sebenaranya dilatar belakangi oleh beberapa alasan berikut ini:
a. Karena ruqyah itu sunnah Nabi.
Menggunakan ruqyah syar’iyah pada dasarnya dianjurkan untuk melakukan perlindungan dari berbagai macam penyakit rohani, mental dan jiwa, serta fisik sebelum penyakit terjadi dengan izin Allah dan oleh karena itu setiap muslim dianjurkan untuk melindungi dirinya dari penyakit-penyakit tersebut.
b. Karena sekarang dendam sudah merajalela. Sesuatu yang sangat menyedihkan bahwa dendam, dengki dan iri hati telah merasuki banyak orang, ketika mereka melihat orang lain mendapatkan karunia atau kenikmatan dari Allah. Hal ini disebabkan penyakit’ain (kekuatan sihir yang memancar dari sorotan mata).
c. Karena seringnya kita lalai dalam berzikir dan berwirid. Kecuali yang masih dirahmati Allah, orang-orang zaman ini sudah sangat lalai mengingat Allah, mengucapkan doa-doa dan wirid-wirid perlindungan.
d. Karena Ruqyah ini penting untuk mengobati orang-orang yang menderita berbagai macam penyakit.
e. Karena sekarang ada banyak peluang bagi jin untuk menguasai manusia.
f. Karena ruqyah dan dzikir merupakan pengobatan terbaik bagi semua bentuk penyakit kejiwaan yang sekarang diderita oleh orang banyak.
g. Karena hasil dari pengobatan ini lebih terjamin dengan izin Allh.

K. Syarat-Syarat Dan Langkah-Langkah Ruqyah.
Tidak mudah bagi seseorang untuk mengobati kesurupan. Setidaknya, dia harus memenuhi beberapa kriteria seperti berikut ini:
a. Hendaknya dia beraqidah Salafus Shalih yaitu aqidah yang murni, benar, bersih dan jernih dari unsur-unsur kesyirikan.
b. Hendaknya ia mengaplikasikan tauhid yang benar dan murni didalam perkataan maupun perbuatanya.
c. Hendaknya ia meyakini bahwa firman Allah Swt. Mempunyai pengaruh terhadap jin dan setan.
d. Hendaknya ia mengetahui keadaan jin dan setan.
e. Hendaknya ia mengetahui pintu-pintu masuknya setan kedalam tubuh manusia.
f. Dianjurkan sudah menikah.
g. Hendaknya ia menjauhi larangan-larangan Allah (dosa dan maksiat).
h. Hendaknya ia senantiasa melakukan amal ketaatan.
i. Hendaknya ia senantiasa komitmen dengan dzikir kepada Allah.
j. Hendaknya ia senatiasa mengikhlaskan niat, ketika melakukan pengobatan.
k. Seorang pelaku ruqyah harus bersikap baik, istiqomah, menjaga shalat, ibadah-ibadah lain, zikir, membaca al-Qur’an, banyak berbuat baik serta menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, bid’ah, kemungkaran, dosa-dosa besar, dll.
l. Pelaksana ruqyah perlu mengatahui keistimewaan ayat-ayat al-Qur’an untuk peyembuhan.
m. Orang sakit yang akan disembuhkan adalah orang beriman, berbuat baik, bertaqwa dan konsisten dalam beragama, serta menjauhkan diri dalam dari perbuatan haram, maksiat, dll.
n. Sisakit harus yakin bahwa Al-Qur’an adalah penyembuhan dan rahmat Allah yang mendatangkan manfaat.
Langkah langkah persiapan ruqyah:
a. Mengajak pasien bertobat atas segala dosa (syirik, bid’ah, khurafat dan dosa-dosa sehari-hari.
b. Meminta pasien untuk memusnahkan benda-benda yang selama ini diyakini mempunyai kekuatan ghoib yang menyebabkan kemusyrikan.
c. Berwudu dan menutup aurat.
d. Meminta pasien berbaring atau duduk.
e. Memegang ubun-ubun pasien dengan tangan kanan dan membacakan ayat-ayat ruqyah.
f. Berikan peringatan tegas kepada jin yang berada didalam tubuh pasien untuk keluar dan ingatkan bahwa tugas utamanya hanyalah mengabdi kepada Allah.
g. Membca ayat-ayat perlindungan.
h. Dengan keimanan kita kepada Allah, merupakan serangan yang dahsyat buat jin.
i. Tepuklah dada dan punggung pasien.
j. Pukul dengan keras bagian tubuh yang gemetar, linu, sakit, panas, karena disitu kemungkinan jin bersembunyi.
k. Merqyah dapat juga sambil menekan titik refleksinya dengan keras.
Selain yang disebutkan diatas. “Orang yang mengobati kesurupan harus kuat keimananya kepada Allah, bersandar penuh kepada-Nya, dan berkeyakinan penuh akan pengaruh dzikir dan Al-Qur’an.
Setiap kali keimanan dan kepasrahannya kepada Allah meningkat, maka pengruh darinya juga semakin kuat, dan begitu pula sebaliknya. Maka, boleh jadi suatu saat keimananya lebih kuat dari pada jin, sehingga dia mampu mengusirnya, dan boleh jadi suatu saat keimananya sedang menurun, sehingga dia tidak mampu mengusirnya. Bahkan, seorang pengusir jin yang keimananya lemah, kadang justru akan mendapatkan serangan balik dari jin yang akan ia usir. Oleh karena itu, seorang yang akan mengobati kesurupan harus memperbanyak doa, memohon pertolongan kepada Allah dan banyak-banyak membaca al-Qur’an, khususnya ayat kursi”.

L. Doa-Doa ruqyah
Dari Abdur Rahman bin Abu laila, dari bapaknya, dia berkata, “ketika saya sedang duduk-duduk bersama nabi Muhammad SAW, tiba-tiba seorang arab badui datang dan berkata, wahai Rasulullah saya mempunya saudara yang sedang menderita sakit beliau bertanya, apa penjyakit saudaramu? Dia berkata, dia seperti orang gila (kesurupan) beliau bersabda, jemputlah dia dan bawa kemari! Dia berkata, maka diapun pergi membawanya kepada Rasulullah SAWdan menyuruh ya duduk dihadapan beliau SAW. Saya mendengarkan bahwa beliau memiintakan perlindungan untuknya dengan membacakan surat al-Fatihah, empat ayat dari awal surat al-Baqorah, dua ayat dari pertengahan surat al-Baqarah (163-164), ayat kursi, tiga ayat dari akhir surat al-Baqarah, satu ayat dari surat ali-Imran (18) tiga ayat dari surat al-A’raf, ayat-ayat terakhir dari surat al-Mu’minun (116-118) satu ayat dari surat al-Jin (3), sepuluh ayat pertama dari surat ash-Shaffat, tiga ayat terakhir dari surat al-Hasyr, surat al-Ikhlas, surat al-Falaq dan surat An-nas. Lantas orang arab inipun berdiri dan telah sembuhtidak terasa sakitlagi

Ayat-ayat al-Qur’an diatas merupakan ayat-ayat ruqyah yang berpengaruh terhadap jin, baik mengusir dan mengeluarkanya, maupun dengan menarik dan mendatangkanya.

M. Dosa Syirik
Berdoa kepada selain Allah adalah kezhaliman yang paling besar.
Allah swt berfirman:
    
“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Lukman: 13)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Allah berfirman:
•                     
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar”. (An-Nisa: 48)
        •  •      
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (al-Maidah: 72)
    •   
“seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan”. (Al-An’am: 88)
Dan orang yang meminta petunjuk kepada peramal atau dukun, maka kesalahan itu menjadi sebuah dosa besar (syirik) kepada Allah:
Didalam shahih muslim dan Musnad Ahmad disebutkan sebuah hadits yang diriwayakan oleh sebagian istri nabi Saw. Bahwa beliau bersabda:
“barang siapa mendatangi paranormal, lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya selam 40 hari tidak akan diterima” (HR. Muslim)
Sedangkan membenarkan perkataan para peramal adalah sebuah kekufuran, sebagaimana keterangan hadits yang idsebutkan di dalam Muusnad Ahmad yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. Bersabda:
“barang siapa mendatangi seorang dukun atau peramal, lalu membenarkan kata-katanya, maka dia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan atas Muhammad”.
Umar Sulaiman Al-Asyqor, mengutip perkataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. menyebutkan, “Para dukun sesungguhnya adalah rasul utusan setan, karena orang-orang yang melakukan tindakan syirik biasanya mengadukan berbagai persoalan hidup dan memohon bantuan kepada para dukun”. Wallahu a’lam
















REFERENSI:
 Abdurrahman Khalid bin. “Pengobatan Alternatif Dalam Islam”. (Jakarta. Pustaka Azzam. Cet 1. 2000)
 bin Abdullah Al-FauzaDr. Shalih bin Fauzan. “Kitab Tauhi 3”. ( Jakarta. Yayasan Al-Sofwa. Cet 1. 2000)
 al-Haj Syehk al-Amin "Nasehat Bagi Peruqyah" (Jakarta. Mirqat Publishin. Cit 1 2007)
 Bali Wahid Abudussalam. “Ruqyah Cara Islami Mengatasi Kesurupan”. Judul asli. (Solo. Aqwam. Cet. 1. 2006)
 Al-Asyqar Umar Sulaiman. “Jin Dan Setan” (Solo. Era Inter Media. Cet. 1 2004)
 Nainggolan .M.A.Drs. Z. S. “Kehidupan Jin, Setan dan Iblis dijagat Raya Menuurut Konsep Islam”. (jakarta. Kalam Mulia. Cet 2. 1996)
 Amir Abdat Abdul Hakim Bin. "Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan Sunnah". (Jakarta. Darul Qolam Cet 2. 2004)
 TaimiyaH Ibnu. Abdul Azisz bin Abdullah bin Baz. Islam, Jin dan Santet. (Jakarta. Gema Insani Press. Cet 7. 2000)
 http ://www.almanhaj.or.id/content/811/slash/0
 Aziz bin Abdullah Abdullah bin Abdul. Sehat Jiwa Raga Cara Islami “Seni Berjampi”. (Jakrata. Robbani Press. Cet. 2 1998)
 Bisri, Lc Hasan. ”53 Penjelasan Lengkap Tentang Ruqyah”, terapi gangguan sihir dan jin sesuai syari’at Islam. (Jakarta. Ghoib Pustaka. Cet 4. 2005
 Sunardi. Dr. Pilih Resep Dokter atau Resep Nabi. (Solo. PT Aqwam Media Provetika. Cet. 1. 2008)
 http://www.mail-archve.com/assunnah@yahoogroups.com/msg09523.html
 Fadlan Abu Yasir. Lc. “VCD Bimbingan Praktis Ruqyah Syar’iyah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar