Jumat, 27 Februari 2009

serba serbi

Dai Neraka
Akan Muncul Ustadz Ustadz yang Menyeru ke Neraka Jahannam
Oleh
Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku”
Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam,-pent) ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”
Beliau berkata : “Ya”
Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?”
Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.
Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?”
Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”
Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?”
Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka”
Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?”
Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita”
Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini”
Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka”
Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?”
Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini memiliki banyak jalan, diantaranya :
[1]. Dari jalan Walid bin Muslim (dia berkata) : Menceritakan kepada kami Ibnu Jabir (dia berkata) : Menceritakan kepada kami Bisr bin Ubeidillah Al-Hadromy hanya dia pernah mendengar Abu Idris Al-Khaoulani dari Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu …….[HR Bukhari 6/615-616 dan 13/35 beserta Fathul Baari. Muslim 12/235-236 beserta Syarh Nawawi. Baghowi dalam Syarhus Sunnah 14/14. Dan Ibnu Majah 2979]

[2]. Dari jalan Waki’ dari Sufyan dari ‘Atho’ bin Saib dari Abi Al-Bukhari dia berkata : Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu berkata ….. [HR Ahmad dalam musnad 5/399]
[3]. Dari jalan Abi Mughiroh (dia berkata) menceritakan kepada kami Assafar bin Nusair Al-Azdi dan selainnya dari Hudzaifah bin Al-Yaman, beliau berkata : “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami dahulu dalam keburukan lalu Allah menghilangkannya dan mendatangkan kebaikan melalui anda. Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan?”. Beliau berkata : “Ya”. Hudzaifah bertanya lagi : “Apa kejelekan tersebut?” Beliau menjawab : “Akan muncul banyak fitnah seperti malam yang gelap gulita, sebagaimana mengikuti yang lainnya dan akan datang kepada kalian hal-hal yang samar-samar seperti wajah-wajah sapi yang kalian tak mengetahuinya” [HR Ahmad 5/391]

SYARH HADITS
[A]. Mengenal Jalan Orang-Orang Yang Tersesat Merupakan Kewajiban Dalam Syariat.
Ketahuilah -semoga Allah memberkahi anda- sesungguhnya metode Ar-Rabbani (Islam) yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menampilkan generasi pertama yaitu shabat dan para tabi’in (sesungguhnya bertujuan) untuk mejelaskan jalan kebenaran dan agar diikuti.
Allah berfirman.
“Artinya : Barangsiapa yang menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain orang-orang yang beriman maka kami palingkan dia kemana dia berpaling dan kami akan memasukkannya kedalam neraka jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” [An-Nisa : 116]
Akan tetapi (metode Islam ini) tidak cukup hanya mejelaskan jalan kebenaran saja bahkan menyingkap kebatilan dan mengungkap kepalsuannya agar jelas dan terang jalan orang-orang yang tersesat (lalu dijauhi dan ditinggalkan,-pent).
Allah ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an, supaya jelas jalan orang-orang yang benar dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang tersesat” [Al-An’am : 55]
Seorang penyair berkata.
“Aku mengenal keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi untuk menjauhinya”

“Dan barangsiapa yang tidak mengenal kebaikan dari keburukan dia akan terjerumus kedalam keburukan itu”.
[B]. Islam Terancam Dari Dalam
Sesungguhnya musuh-musuh Allah terus mengintai Islam hingga ketika mereka telah melihat penyakit whan (cinta dunia dan takut mati) telah menjalar dalam tubuh kaum muslimin dan penyakit-penyakit yang lain sudah menyebar mereka langsung menyerang dan menyumbat nafas kaum muslimin.
Sesungguhnya racun-racun berbisa yang membinasakan dan menghancurkan kekuatan kaum muslimin serta melemahkan gerak mereka bukanlah pedang-pedang orang-orang kafir yang berkumpul untuk membuat makar terhadap Islam. Akan tetapi kuman-kuman yang busuk yang menyelinap didalam tubuh kaum muslimin yang lambat tapi pasti (itulah yang menyebabkan kebinasaan). Itulah asap yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Hudzaifah diatas : “suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku dan memberikan petunjuk bukan dari petunjukku …..” Didalam ucapan beliau ini ada hal-hal penting diantaranya.
[1]. Sesungguhnya asap itu merupakan penyimpangan yang selalu membuat kabur ajaran Islam (Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang terang benderang malamnya bagaikan siangnya.
[2]. Yang nampak pada saat terjadinya hal ini adalah kebaikan akan tetapi dalamnya terdapat hal-hal yang membinasakan. Bukanlah dalam
riwayat Muslim Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Akan muncul manusia-manusia yang berhati setan”.
[3]. Asap ini terus tumbuh dan menguasai hingga kejelekan itu merajalela serta merupakan awal munculnya dai-dai penyesat dan kelompok-kelompok sempalan.
[4]. Sesungguhnya yang meniup asap tersebut adalah para dai-dai penyesat. Dan ini menunjukkan bahwa rencana busuk untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin telah mengakar kuat dalam sejarah Islam.
[5]. Sesungguhnya gembong-gembong kesesatan selain giat dalam menyesatkan. Akan tetapi (sebagian) pemegang kebenaran lalai dan tertidur hingga asap tersebut menguasai dan merajalela serta menutupi kebenaran. Dari sini kita ketahui bahwa asap yang menyelimuti kebenaran dan mengkotori kejernihannya adalah bid’ah-bid’ah yang ditebarkan oleh Mu’tazilah, Sufiyah, Jahmiyah, Khowarij, Asy’ariyah, Murji’ah dan Syi’ah Rofidhoh sejak berabad-abd lamanya.
Oleh karena inilah umat Islam mejadi terbelakang dan menjadi santapan bagi setiap musuh serta menyebarnya kebatilan. Dan dengan sebab inilah setiap munafik berbicara dengan mengatas namakan Islam. Dari sini kita mengetahui bahwa bahaya bid’ah lebih besar daripada musuh-musuh yang lainnya (orang-orang kafir), karena bid’ah merusak hati dan badan tapi musuh-musuh tersebut hanya merusak badan. Para salaf telah bersepakat akan kewajiban memerangi ahli bid’ah dan menghajr (memboikot) mereka. Imam Dzahabi mengatakan : “Para salaf sering mentahdzir ahli bid’ah, mereka mengatakan : Sesungguhnya hati-hati ini lemah sedangkan syubhat (dari ahli bid’ah itu) cepat mencengkram”.

[C]. Hati-Hati Antek-Antek Yahudi !!!
Sesungguhnya para gembong-gembong kekafiran telah memproduksi antek-anteknya dalam negeri kaum muslimin dua cara.
[1]. Pengiriman para pelajar ke negeri kafir (seperti di Cihicago Univerity,-pent) yang disanalah para pelajar kaum muslimin di cuci otak-otak mereka lalu jika mereka pulang mereka sebarkan racun-racun itu kepada kaum muslimin.
[2. Dengan menyelinapnya para orientalis dibawah simbol-simbol penelitian ilmiah. Sesunggunya para orientalis-orientalis itu merupakan antek-antek/tangan-tangan Yahudi dan Nashrani.
Di dalam hadits Hudzaifah ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ciri mereka, beliau bersabda :
“Akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam, barangsiapa yang menerima seruan mereka maka mereka akan menjerumuskannya ke dalam jahannam”. Hudzaifah bertanya : “Wahai Rasululah sebutkan cirri mereka ?” Rasulullah menjawab : “Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita”.
[a]. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam Fathul Baari 13/36 : “Yaitu dari kaum kita dan yang berbicara dengan bahasa kita serta dari agama kita. Didalamnya ada isyarat bahwa mereka itu dari Arab”.
[b]. Ad-Dawudi berkata : “Mereka itu dari keturunan Adam”.
[c]. Al-Qoobisy berkata : Maknanya, secara dhohir mereka itu dari agama kita tapi secara batin mereka menyelisihi (agama kita)”.


Mereka menampakkan kesungguhan dalam memberi solusi, dan maslahat bagi umat. Tapi mereka menipu umat dengan gaya bahasa mereka, dan hati-hati mereka menginginkan untuk menjalankan misi-misi tuan-tuan mereka dari kalangan Kristen dan Yahudi. Allah berfirman.
“Artinya : Tidak akan ridho orang-orang Yahudi dan Narani hingga kalian mengikuti agama mereka” [Al-Baqarah : 120]
Diantara mereka adalah Thoha Husein (dari Mesir, pent) yang dijuluki oleh tuan-tuannya sebagai pujangga Arab. Orang ini mengatakan bahwa syair orang-orang jahiliyah itu lebih baik kesasteraannya daripada Al-Qur’an. Inilah pemikiran Marjilius seorang orientalis Yahudi yang diadopsi oleh Thoha Husein dan dipropagandakannya. Contoh-contoh seperti ini banyak sekali, mereka turun temurun dari waktu ke waktu di setiap tempat.
[D]. Siapa Jama’ah Kaum Muslimin ?
Setelah melihat kenyataan yang pahit dan getir ini, mulailah sebagian kaum muslimin bangkit, setiap kelompok dari kaum muslimin melihat realita ini dari kaca mata tersendiri, kelompok yang lain juga demikian. Oleh karena itulah bisa dikatakan bahwa kelompok-kelompok yang ada sekarang ini yang katanya berjuang atau berdakwah, mereka itu saling berselisih dalam metode dan cara berdakwah. Dan perselisihan yang paling parah yang menghalangi persatuan mereka adalah dua hal :
[1]. Peselisihan mereka dalam pengambilan sumber ilmu dan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Sunnah.
[2]. Ketidakmengertian mereka tentang diri mereka sendiri, sehingga pada saat ini kita sering menyaksikan bahwa hizbiyyah dan fanatik

golongan ini masih menyumbat akal pikiran para dai-dai yang turun di medan dakwah. Mereka membanggakan diri mereka sendiri dan meremehkan yang lainnya. Sebagiannya menganggap bahwa kelompoknya itulah yang dinamakan jama’ah kaum muslimin dan pendirinya adalah imam kaum muslimin yang wajib di bai’at atau disumpah setia. Dan sebagiannya lagi mengkafirkan kaum muslimin. Sebenarnya mereka hanya jama’ah atau kelompok-kleompok kaum muslimin, karena kaum muslimin sekarang tidak memiliki jama’ah ataupun imam/pemimpin.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa jama’ah kaum muslimin adalah (Negara Islam) yang bersatu atau berkumpul didalamnya seluruh kaum muslimin. Mereka hanya punya satu imam/pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Allah dan wajib untuk di taati serta diba’iat.
[E] Tinggalkan Kelompok-Kelompok Sempalan Itu
Hadits Hudzaifah diatas memerintahkan kepada kita untuk meninggalkan semua kelompok-kelompok sesat ketika terjadi fitnah dan kejelekan serta disaat tidak ada jama’ah kaum musilimin dan imam mereka.
Kelompok-kelompok sempalan ini yang menyeru manusia kepada kesesatan, bersatu diatas kemungkaran dan diatas hawa nafsu atau berkumpul diatas pemikiran-pemikiran kufur seperti sosialisme, komunisme, kapitalisme, demokrasi atau bersatu berdasarkan fanatik golongan dan lain sebagainya.
Inilah kelompok-kelompok sesat yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Hudziafah untuk ditinggalkan dan dijauhi karena menjerumuskan manusia ke dalam neraka jahanam

dengan sebab ajaran mereka yang bukan dari Islam.
Adapun kelompok yang menyeru kepada Islam (yang benar), memerintahkan kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar maka inilah yang diperintahkan oleh Allah untuk diikuti dan ditolong. Allah ta’ala berfirman.
“Artinya : Hendaklah ada diantara kalian sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan dan menyeru kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali-Imran : 104]
[E]. Jalan Keluar Dari Problematika Umat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Hudzaifah untuk meninggalkan semua kelompok sempalan yang menyeru ke neraka jahannam meskipun sampai menggigit akar pohon hingga ajal menjemput. Adapun penjelasannya, maka sebagai berikut :
[1]. Ini adalah perintah untuk berpegan

g teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah serta pemahaman salafush shalih. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu.
“Artinya : Dan barangsiapa yang hidup diantara kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak sekali, maka berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama karena itu kesesatan. Dan barangsiapa diantara kalian yang mendapatkan hal ini maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa ‘ar-rasyidin, gigitlah erat-erat dengan gigi geraham kalian”. [HR Abu Dawud (4607). Tirmidzi (2676) dan Ibnu Majah (440) dan selain mereka]
Didalam hadits Hudzaifah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menggigit akar pohon ketika terjadi perpecahan sambil menjauhi semua kelompok sesat. Dan didalam hadits Al-Irbadh beliau memerintahkan untuk berpegang teguh dengan Sunnah sesuai


dengan pemahaman salafus shalih radhiyallahu anhum, ketika munculnya kelompok-kelomok sesat dan ketika tidak adanya jama’ah kaum muslimin serta imam mereka.
[2]. Sesungguhnya perintah untuk menggigit akar pohon dalam hadits Hudzaifah maknanya adalah istiqomah atau tetap dalam sabar dalam memegang kebenaran dan dalam meninggalkan semua kelompok sesat yang menyelisihi kebenaran. Atau maknanya bahwa pohon Islam akan diguncang dengan angin kencang hingga merontokkan semua ranting dan cabangnya, tidak ada yang tersisa melainkan akarnya yang masih tegar. Karena itulah wajib bagi setiap muslim untuk memegang erat akar tersebut dan mengorbankan semua yang berharga dalam dirinya karena akar tersebut akan tumbuh dan tegar kembali.
[3]. Ketika itu juga wajib bagi setiap muslim untuk menolong dan membantu kelompok (yang berpegang teguh dengan sunnah tersebut, -pent) dari setiap fitnah yang mengancam. Karena kelompok ini yang selalu tampak diatas kebenaran hingga akhirnya mereka membunuh Dajjal.
[Ringkasan darp kitab Al-Qaulul Mubin Fii Jama’atil Muslimin]
[Disalin dari majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi 13 Th. III Shafar 1426H/ April 2005M, hal. 22-26. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad. Jl. Sultan Iskandar Muda No. 45 Surabaya]
Posted by Bambang Widjanarko at 02:31 0 comments Links to this post
Renungkanlah
Malam Pertama

Satu hal sebagai bahan renungan kita…
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa
Justeru malam pertama ‘perkawinan’ kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu…mempelai sangat dimanjakan
Mandipun…harus dimandikan
Seluruh badan kita terbuka….
Tak ada sehelai benangpun menutupinya..
Tak ada sedikitpun rasa malu…
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang ? lubang itupun ditutupi kapas putih…
Itulah sosok kita….
Itulah jasad kita waktu itu
Setelah dimandikan…,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu …jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal, yaitu Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju kita…
Bagian kepala..,badan…, dan kaki diikatkan
Tataplah….tataplah…itulah wajah kita
Keranda pelaminan… langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian…
Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita
Diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus
Akad nikahnya bacaan talkin…
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan..yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan
dan akhirnya…..
Tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian…
Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama ‘kekasih’..
Ditemani rayap - rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi….
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat…
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur…
Ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur…..
Kita tak tahu…dan tak seorangpun yang tahu….
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan….
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata…
Seolah barang berharga yang sangat mahal…
Inilah masa menunggu sebelum tibanya hari akhir dari segala-galanya..
Akankah sejak malam ini kita menunggu untuk ke surga atau ke neraka..
Mungkin tak pantas kita rasanya menjadi ahli syurga…
Tapi….tapi ….sanggupkah kita menjadi ahli neraka…
Wahai Sahabat…mohon maaf…jika malam itu aku tak menemanimu
Bukan aku tak setia…
Bukan aku berkhianat….
Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga
Aku berdo’a…semoga kita bisa khusnul khotimah sehingga jadi ahli
syurga.
Amien….




Mengenal Al-Ikhwan Al-Muslimun

I. Siapakah Al-Ikhwan Al-Muslimun?
Al-Ikhwanul al-muslimun adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), prilaku dan politik. Mereka berda’wah kepada Allah. Komitmen dengan firman Allah SWT: “Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik” (QS. An-Nahl : 125). Dialog yang konstruktif, sebagai jalan menuju kepuasan dan memberikan kepuasan bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq (logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil).
Kebebasan adalah keniscayaan, hak mendasar yang telah Allah anugerahkan kepada setiap hamba-Nya, meski kulit, bahasa dan akidah mereka berbeda; Kebebasan berkeyakinan, beribadah, mengungkapkan pendapat, berpartisipasi dalam membuat keputusan, dan hak untuk memilih dari beberapa pilihan secara bebas dan bersih, sehingga tidak boleh ada pengekangan hak untuk mendapatkan kebabasan, hak mendapatkan ketenangan, sebagaimana seseorang tidak boleh berdiam diri dan pasrah pada setiap permusuhan atau pengekangan terhadap kebebasannya.
Ilmu merupakan salah satu pondasi tegaknya daulah Islamiyah, berprestasi tinggi bagian dari kewajiban setiap umat agar dapat beramal menuju pengokohan iman dan sarana kemajuan umat, mendapatkan ketenangan, merasakan kebebasan, menghadang permusuhan, menunaikan risalah alamiyah (da’wah) seperti yang telah Allah gariskan, memantapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran perdamaian, menghadang kediktatoran, imperialisme, kedzaliman, dan perampasan kekayaan bangsa.
Dasar dari pendidikan, konsep, akhlak, fadhail, undang-undang, sistem, jaminan, nilai-nilai, dan perbaikan adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang jika keduanya dipegang oleh umat maka tidak akan sesat selamanya.
Islam menurut pemahaman Al-Ikhwanul Muslimun adalah sistem yang mengatur segala urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup manusia sepanjang masa, waktu dan tempat. Islam lebih sempurna dan lebih mulia dibanding perhiasan kehidupan dunia, khususnya pada masalah duniawi, karena Islam meletakkan kaidah-kaidah secara sempurna pada setiap bagiannya, memberikan petunjuk kejalan yang lurus dijadikan sebagai manhajul hayat (life style), dipraktekkan dan selalu berada diatas relnya.
Jika shalat merupakan tiang agama, maka al-jihad adalah puncak kemuliaannya, Allah adalah tujuan, Rasul adalah tauladan, pemimpin dan panutan, sedangkan mati di jalan Allah adalah cita-cita yang paling mulia.
Jika keadilan menurut Al-Ikhwan adalah salah satu tonggak setiap negara, maka persamaan merupakan bagian dari karakteristiknya, dan undang-undang yang bersumber dari syariat Allah; agar dapat merealisasikan keadilan yang mempertegas adanya persamaan.
Hubungan antara bangsa, negara, dan umat manusia adalah hubungan gotong royong, saling membantu, dan bertukar pikiran, sebagai jalan dan sarana kemajuan berdasarkan persaudaraan, tidak ada intervensi, tidak ada pemaksaan kehendak, kekuasaan dan kediktatoran atau pengkerdilan hak orang lain.
Al-Ikhwanul Muslimun adalah jamaah yang memiliki cita-cita, mencintai kebaikan, bangsa yang tertindas, dan umat Islam yang terampas hak-haknya.
Da’wah mereka adalah salafiah, karena mereka selalu mengajak umat untuk kembali kepada Islam, kepada penuntunnya yang suci, kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana Al-Ikhwan adalah thariqoh sunniyah (beraliran sunni), karena membawa jiwa mereka pada perbuatan dan dalam segala urusan sesuai dengan sunnah yang suci khususnya pada masalah akidah dan ibadah.
Al-Ikhwan adalah jamaah sufiah, mereka memahami bahwa dasar kebaikan adalah kesucian jiwa, kebersihan hati, kelapangan dada, kewajiban beramal, jauh dari akhlak tercela, cinta kerena Allah dan ukhuwah karena Allah.
Al-Ikhwan juga merupakan jamaah yang bergerak dalam bidang politik, yang menuntut ditegakkannya reformasi dalam pemerintahan, merevisi hubungan negara dengan yang lainnya, dan membina umat pada kemuliaan dan kehormatan diri.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki vitalitas tinggi, memperhatikan kesehatan, menyadari bahwa mu’min yang kuat lebih baik dari mu’min yang lemah, dan berkomitmen dengan sabda nabi saw, “Sesungguhnya badanmu memiliki hak atas dirimu”, dan menyadari bahwa kewajiban-kewajiban dalam Islam tidak akan terlaksana kecuali dengan fisik yang kuat, hati yang penuh dengan iman, akal yang diisi dengan pemahaman yang benar.
Al-Ikhwan adalah jamaah persatuan keilmuan dan tsaqofah, karena ilmu dalam Islam merupakan kewajiban yang harus dikuasai, dicari walau hingga ke negeri cina, negara akan bangkit karena iman dan ilmu.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki ideologi kemasyarakatan, memperhatikan penyakit-penyakit yang menjangkit masyarakat dan berusaha mengobati dan mencari solusinya serta menyembuhkannya.
Al-Ikhwan adalah jamaah yang memiliki kebersamaan ekonomi, karena Islam adalah agama yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan harta dan cara memperolehnya, nabi saw bersabda: “Sebaik-baik harta adalah milik orang yang salih. Barangsiapa yang pada sore harinya mencari nafkah dengan tangannya sendiri maka ampunan Allah baginya.”
Pemahaman ini menegaskan kesempurnaan makna Islam, keuniversalan dalam segala kondisi dan sisi kehidupan, pada segala urusan dunia dan akhirat.
II. Prinsip-Prinsip Al-Ikhwanul Muslimun
Sejak 1400 tahun lalu, nabi Muhammad bin Abdullah menyeru masyarakat di kota Makkah, di atas bukit Safa:
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tiada tuhan selain Dia, Yang dapat Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-nya yang ummi, yang beriman kepada Allah dan ayat-ayat-Nya dan ikutilah dia agar kalian mendapatkan petunjuk”. (QS. Al-A’raf (7): 158).
Da’wah menjadi pemisah dalam kehidupan secara menyeluruh, antara kehidupan masa lalu yang penuh dengan kedzaliman, masa depan yang cemerlang dan gemerlap, dan masa kini yang penuh dengan kesenangan, pemberitahuan yang gamblang dan transparan akan sistem yang baru. Pembuat syariatnya adalah Allah, Yang Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Penyampai risalahnya adalah nabi Muhammad saw, pembawa kabar gembira dan peringatan. Kitab dan undang-undangnya adalah Al-Quran yang jelas dan terang. Tentaranya adalah para salafush shalih, generasi pendahulu dari golongan muhajirin dan anshor serta mereka yang datang dengan kebaikan. Itulah shibghah Allah… Dan manakah shibghah yang terbaik selain shibghoh Allah?!
“Padahal sebelumnya kamu tidak tahu mana al-kitab dan mana iman yang benar, namun Kami jadikan kepadanya cahaya yang memberikan petunjuk kepada siapa yang Kami Kehendaki dari hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu akan memberikan petunjuk ke jalan yang lurus. Jalan Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, ketahuilah hanya kepada Allah kembali segala urusan”. (QS. As-syura: 52-53)
Al-Quran adalah kumpulan dasar-dasar kebaikan pada seluruh sisi kehidupan, kumpulan berbagai prinsip yang memisahkan masyarakat pada jalannya menuju ketenangan, keamanan, kemajuan dan kepemimpinan. Allah telah memberikan dalam Al-Quran kepada umat penjelasan terhadap segala sesuatu, dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang menjadi sumber kekuatan dan potensi.
Beberapa prinsip yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya saw yang harus dipegang teguh oleh insan muslim, rumah tangga Islami, masyarakat Islami, negara dan umat Islam adalah:
* Robbaniyah; segala orientasi individu, sosial atau negara, segala pebuatan, perilaku, pandangan dan politik harus berkomitmen dengan apa yang diridhoi Allah, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
* Menjaga jati diri manusia dari hal-hal yang dapat membuat Allah murka, mulia dari segala yang rendah, dan berusaha menggapai tingkat kesucian diri (ikhlash).
* Beriman pada hari berbangkit, hisab, pembalasan dan siksa.
* Bangga dengan ikatan ukhuwah sesama manusia dan melaksanakan hak-haknya.
* Perhatian dengan peran wanita dan laki-laki sebagai sekutu yang tidak dapat dipisahkan dalam membangun masyarakat, komitmen dengan kesempurnaan, persamaan, dan menegaskan akan pentingnya peran keduanya dalam pembangunan dan kemajuan masyarakat.
* Kemerdekaan, kepemilikan dan musyarakah, hak untuk hidup, bekerja, dan mendapatkan ketenangan adalah hak mendasar setiap warga, di bawah naungan keadilan, persamaan dan undang-undang secara adil.
* Nilai-nilai dan akhlak merupakan jaminan ketenangan dan tegas dalam memerangi kemungkaran, kerusakan dan pengrusakan.
* Kesatuan umat merupakan hakikat yang harus diwujudkan dan direalisasikan.
* Jihad merupakan jalan satu-satunya bagi umat.
* Umat yang berambisi mengapai ridho ilahi dalam perilaku dan perbuatan, politik dan orientasi, setiap individu bangga dengan ikatan ukhuwah yang dapat menyatukan dan menyambung tali persaudaraan di antara mereka, berusaha untuk hidup dengan bebas tidak pengkebirian dan penindasan, pemahaman yang utuh, kesadaran dan keseriusan dalam merealisasikan prinsip-prinsip, melebihi pemahaman dan perbuatan:
1. Ummat sebagai sumber kekuasaan
2. Keadilan sebagai tujuan hukum dalam berbagai tingkatannya bahkan pada tingkat dunia
3. Syura sebagai asas dalam mengambil berbagai keputusan, tidak ada kediktatoran, individualisme dalam kekuasaan, bangga dengan kebebasan dan berusaha mempertahankannya dan menjadikannya sebagai hak setiap umat manusia sebagai anugerah dan karunia dari Allah untuknya.
Sebagaimana beberapa prinsip yang menjamin keabsahan dibidang ekonomi:
* Tidak boleh menjadi perpanjangan tangan orang-orang kaya dan mengindahkan fakir miskin
* Diharamkannya riba
* Diharamkannya menimbun harta
* Diharamkannya monopoli
* Memberikan penghargaan terhadap kepemilikan pribadi yang dipergunakan untuk jamaah dan sesuai dengan syariat Allah
III. Misi dan tujuan Al-Ikhwan Al-Muslimun
Imam Al-Banna menyampaikan misi dan tujuan yang ingin dicapai jamaah, beliau berkata:
“Kami menginginkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam.”
Sebagaimana beliau juga memfokuskan dua target utama:
“Saya ingatkan untuk kalian dua tujuan utama:
1. Membebaskan negeri Islam dari kekuasaan asing, karena merupakan hak alami setiap manusia yang tidak boleh dipungkiri kecuali orang yang dzalim, jahat atau biadab.
2. Mendirikan negara Islam, yang bebas dalam menerapkan hukum Islam dan sistem yang Islami, memproklamirkan prinsip-prnsip yang mulia, menyampaikan dakwah dengan bijak kepada umat manusia. Jika hal ini tidak terwujudkan maka seluruh kaum muslimin berdosa, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung karena keengganan mendirikan daulah Islam dan hanya berdiam diri.”
Imam Syahid juga menyampaikan tujuan priodik yang harus dicapai oleh kaum muslimin, atau kaum muslimin dapat meraih dua tujuan besar dengan teliti dan jelas:
1. Membentuk sosok muslim yang berbadan kuat, berakhlak sejati, berpikiran luas, mampu bekerja dan mencari nafkah, berakidah suci, beribadah yang benar, berjiwa sungguh-sungguh, pandai mengatur waktu, disiplin dalam segala urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain, masyarakat dan negaranya.
2. Membentuk rumah tangga Islami; memelihara adab-adab dan akhlak-akhlak Islami dalam segala aspek kehidupan rumah tangga dan masyarakat. Jika sosok muslim itu baik secara akidah, tarbiyah dan tsaqofah, maka akan baik pula dalam memilih pasangan, mampu menunaikan hak dan kewajibannya, dan berperan serta dalam pembinaan anak-anak dan bergaul dengan orang lain, serta berpartisipasi dalam kebaikan di tengah masyarakat dan umat.
Jika terbentuk rumah tangga Islami, maka akan terwujud pula masyarakat muslim yang menyebar kesegala penjuru dan aspek dakwah yang mengajak pada kebaikan dan memerangi keburukan dan kemungkaran, memotivasi perbuatan baik dan produktif, memiliki sifat amanah, memberi dan itsar.
Mencapai pada masyarakat Islami hingga pada tahap pemilihan pemerintahan yang Islami, komitmen dengan syariat Allah, menjaga hak-hak Allah dalam berbangsa dan bernegara, menjaga dan memelihara hak-hak-Nya, komitmen dengan undang-undang kebebasan, keamanan, amal dan perubahan, mengungkapkan pendapat dan mengikutsertakannya dalam musyarakah dan mengambil keputusan.
Pemerintahan Islam yang didukung oleh masyarakat muslim, menunaikan perannya sebagai khadimul ummah, digaji dengannya, bergerak demi kebaikannya, pemerintahan ini membentuk anggotanya komitmen dengan Islam dan ajarannya, menunaikan kewajibannya, membantu non muslim dari berbagai golongan masyarakat; demi merealisasikan eksistensi umat dan persatuannya.
Berdirinya pemerintahan Islam yang dipilih oleh masyarakat muslim secara bebas, pemerintahan yang komitmen dengan syariat Allah Azza wa Jalla sehingga melahirkan negara Islam yang diidamkan, negara yang memimpin negara-negara Islam lainnya, menyatukan perpecahan, mengembalikan kemuliaan dan harga dan mengembalikan negara mereka yang telah terampas.
Kepemimpinan negara Islam terhadap negara yang dipimpin harus memiliki karakteristik, kemampuan dan pondasi kepemimpinan, bukan hanya sekedar tuntutan namun sebagai realisasi dengan baik dan memiliki pertanggungjawaban yang besar. Membentuk persatuan umat Islam adalah suatu keniscayaan bukan kemustahilan, khususnya dalam bidang politik, ekonomi, dan militer - guna dapat mewujudkan kesejahteraan kepada kaum muslimin bahkan alam secara keseluruhan- yang tidak ternilai.
Berdirinya daulah Islamiyah yang bersatu atau kesatuan negara-negara Islam, mengembalikan eksistensi negara kepada umat, mengokohkan perannya dalam peradaban dan perdamaian serta ketentraman di seluruh dunia, tanpa menggunakan kekuasaan dari kekuatan lainnya.
Imam syahid berkata: “Sesungguhnya seluruh kaum muslimin akan berdosa dan bertanggung jawab di hadapan Allah yang Maha Tinggi dan Bijaksana karena keculasan mereka dalam menegakkan daulah Islamiyah dan berdiam diri tidak mau mewujudkan negara Islam dan berpangku tangan dari kedzaliman dan kejahatan sekelompok manusia di dunia saat ini, berdiri dengan angkuh di hadapan negeri-negeri dan dunia Islam, menyerukan prinsip-prinsip kedzaliman, meneriakkan suara kekejian, dan merampas hak-hak asasi manusia, sehingga tidak ada yang mau berkorban untuk membebaskan umat dan melakukan perlawanan demi berdirinya negara yang penuh dengan kebenaran, keadilan, perdamaian, ketentraman dan kebebasan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai negara Islam bersatu adalah tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia dan dakwah yang memiliki nilai-nilai, akhlak dan adab, mengokohkan nilai-nilai kebebasan, keadilan dan persamaan, ikhlash menghadap Allah Azza wa Jalla… begitu berat beban dan begitu agung peran yang dipandang orang sebagai khayalan… padahal menurut kaum muslimin adalah merupakan kenyataan; karena umat Islam tidak mengenal putus asa… tidak berhenti dalam berjalan, bekerja, dan memberi untuk mencapai tujuan; demi mengharap keridhaan Allah SWT.
Kami berada pada prinsip:
* Bahwa kami adalah umat yang tidak memiliki kemuliaan dan izzah kecuali dengan Islam baik akidah, ideologi dan perbuatan.
* Bahwa Islam adalah solusi dari segala permasalahan umat; politik, ekonomi masyarakat; internal dan external.
* Bahwa dengan Islam akan menjadikan setiap orang bekerja, setiap pelajar membutuhkan uang, setiap petani membutuhkan tanah, setiap warga membutuhkan tempat tinggal dan pasangan, kemapanan untuk hidup layak dari setiap manusia.
* Bahwa penjajahan dan perampasan suatu negeri tidak akan selesai kecuali dengan mengangkat bendera Islam dan mengikrarkan jihad.
* Bahwa persatuan negara Arab tidak terwujud kecuali dengan Islam. Begitupun tauhid dan persatuan kaum muslimin tidak akan sempurna kecuali dengan Islam. Dan perubahan neraca demi kebaikan kaum muslimin bukan perkara mustahil jika ada komitmen dengan Islam.
* Bahwa usaha untuk mendirikan pemerintahan Islami adalah kewajiban. Persatuan berdasarkan asas Islam adalah kewajiban. Dan setiap persatuan yang mengarah pada diskriminasi tidak dibolehkan, karena itu harus ditolak dalam pemahaman dan ideologi insan muslim.
* Bahwa mendirikan negara Islam merupakan keniscayaan dibanding yang lainnya. Jika para pelaku kejahatan, para penyembah berhala / benda mati, manusia atau hewan berusaha mengubah segala sesuatu - padahal mereka adalah batil - maka bagaimana mungkin seorang muslim menghindar dari mendirikan daulah Islam dibumi Islam?
* Islam memberikan pada setiap warganya - yang memiliki sifat kebangsaan terhadap bumi Islam - haknya dalam beribadah, merdeka, keamanan, dan beraktivitas serta bebas dalam mengungkapkan pendapat dan argumentasi.
* Bahwa hanya dengan penerapan Islam menjadikan persatuan umat memiliki derajat kekuatan yang tinggi dalam bidang materi dan inmateri, produksi dan kontribusi, dan distribusi secara merata terhadap kekayaan dan memiliki tingkat kelembutan yang tinggi.
IV. Sarana Al-Ikhwan Al-Muslimun
Berbicara tentang tujuan menurut Al-Ikhwan Al-Muslimun erat hubungannya dengan sarana yang membantu dan membuka jalan agar tercapai tujuan yang diharapkan.
Insan Muslim
Jika pembentukan insan muslim memiliki peran yang sangat penting/mendasar dari beberapa misi dan tujuan menurut Al-Ikhwan Al-Muslimun - maksud dari manusia disini adalah sosok laki-laki dan perempuan, anak kecil laki-laki dan perempuan, pemuda dan pemudi - maka sarana untuk membentuk manusia yang memiliki karakter sejati dalam akidah, keimanan, pemahaman, amal dan kontribusinya adalah terangkum pada beberapa hal berikut:
* Murabbi yang bergerak dalam pembinaan dan pembentukan.
* Metode yang tersusun dan manhaji.
* Lingkungan yang memiliki ideologi dan kemampuan memadai.
Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun memiliki perhatian yang sangat besar terhadap tarbiyah; karena hal itu merupakan jalan menuju orisinalitas pemahaman, pembenaran dan pendisiplinan gerak dan perbuatan, menjelaskan yang halal dan yang haram, yang wajib dan urgensi kebangkitan dengannya; guna meraih ganjaran dan pahala dari sisi Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana hal tersebut untuk mengokohkan dan memurnikan nilai-nilai dan karakter ukhuwah, tsiqoh dan ribat (hubungan erat); karena penopangnya adalah Al-Quran dan Sunnah. Jika ada kesalahan pada salah satu dari tiga hakikat tersebut diatas maka akan merusak semuanya, karena tidak ada keraguan dalam menelurkan pribadi muslim dan wajihah yang memiliki konsen dalam memberi dan memantau (mutabaah) terhadap tarbiyah kecuali dengan pemahaman yang benar dan utuh, mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk menerapkan pemahamannya tersebut.
Ukuran dan tegaknya tarbiyah yang benar dan muntijah yang sesuai dengan kapasitas akal manusia dan hatinya pada ilmu, dzikir, amal dan kontribusi. Karena semua itu merupakan neraca kecemerlangan yang seyogyanya menjadi bagian dari kesetiaan dan loyalitasnya dalam wirid harian, i’tikaf tahunan, qiyamullail, dan kesungguhannya terhadap akhlak yang mulia, tajarrud (ikhlas) dalam melakukan aktivitas kemaslahatan umum dan menghindar dari kemaslahatan pribadi, memiliki prestasi yang baik dalam ilmu dan pengetahuan, dan kesungguhannya dalam menunaikan perannya di tengah keluarga dan masyarakatnya, di rumah dan tempat kerjanya.
Tentunya juga perhatian dan kesemangatan terhadap hafalan Al-Quran dan Hadits, mensinkronkan antara hafalan dan pengamalan serta keagamaan yang meiliki perhatian yang sangat besar oleh Al-Ikhwan Al-Muslimun, komitmen dengan manhaj yang bersumber dari Al-Quran dan sunnah, perhatian dalam membangun dan mendidik para pemuda, orang tua dan anak-anak terhadap tandzim dan tartib (sistem dan keteraturan), yang diiringi oleh amal tarbawi; semangat dalam meraih target yang diinginkan dan ditentukan.
Rumah Tangga Muslim
Jika rumah tangga muslim sebagai tujuan kedua dari beberapa tujuan yang diinginkan oleh jamaah, maka sarana yang dapat direalisasikan kepada pengaplikasian dan perwujudannya di muka bumi ini yang menjadi perhatian jamaah adalah merealisasikan hal-hal yang dapat menuju pada tujuan tersebut, di antaranya:
1. Memberikan kepada setiap muslim perhatian yang diinginkan terhadap rumah tangganya baik terhadap suami atau istri atau anaknya.
2. Memberikan aktivitas kewanitaan haknya dalam membaca, menulis, liqo dan halaqoh kewanitaan, dan kegiatan yang dibutuhkan oleh kaum wanita.
3. Memilih pasangan wanita yang shalihah dan pasangan lelaki yang salih.
4. Mengikutsertakan anak pada kegiatan dan aktivits yang bermanfaat.
5. Membuat dan membentuk perangkat yang dapat memlihara agenda keluarga dari berbagai tingkatannya, merinci peranan wanita muslimah dalam berbagai kegiatan, aktivitas dan pembinaan.
6. Membersihkan suasana rumah tangga muslim dari pelanggaran-pelanggaran, dalam bingkai pemberian pengetahuan yang benar terhadap norma-norma dan pesan yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah.
7. Membuat dalam kelompok dan halaqoh kewanitaan perpustakaan khusus wanita.
8. Berusaha menyingkirkan penghalang yang dapat merubah rumah tangga muslim, materi dan non materi.
Masyarakat atau Bangsa yang Islami
Adalah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan atau dihadirkan penerapan ajaran Islam ketingkat hukum dan pemerintahan, kecuali melalui rakyat yang digerakkan oleh iman, memahami tujuan dan misinya melalui Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya dan mengamalkan keduanya. Pemerintahan yang Islami tidak akan berdiri dengan sendirinya namun harus bersandarkan pada keimanan, dan pondasi dari pemahaman yang benar akan mengiksitensikan aktivitas, perjuangan dan usaha; mengharap ganjaran dan balasan yang besar dari Dzat yang telah menurunkan Islam kepada Rasul-Nya SAW, untuk disampaikan kepada manusia sehingga merasuk kedalam jiwa mereka keimanan yang murni, kedalam akal dan fikirannya pemahaman yang utuh, serta ke dalam al-jawarih dalam setiap perbuatan, prilaku, dan politik baik perbuatan dan praktek.
Banyak tujuan utama yang diajukan oleh imam Al-Banna, menguatkan pandangannya terhadap permasalahan dari berbagai segi dan tingkatan, sebagaimana beliau mangungkapkan: “Harus ada fatrah (masa) dalam rangka mensosialisasikan prinsip-prinsip yang dipelajari dan diamalkan oleh bangsa, sehingga dapat memberikan pengaruh dalam kebaikan secara umum dan tujuan yang agung terhadap kebaikan individu dan tujuan yang minimal.”
Beliau juga berkata: “Sarananya bukanlah dengan kekuatan, karena dakwah yang benar adalah menyampaikan dakwah kedalam ruh/jiwa sehingga masuk kedalam sanubari, mengetuk pintu hatinya yang menutupi jiwanya. Mustahil jika menggunakan tongkat atau menggapai tujuan dengan menggunakn panah yang tajam, namun sarana yang utama berada dalam hati dan pemahaman, agar menjadi nyata dan gamblang.
Eksistensi masyarakat muslim atau bangsa muslim adalah melalui pengenalan dan pembentukan. Rasulullah saw pernah menfokuskan dakwahnya pada setiap jiwa para sahabat, saat beliau mengajaknya untuk beriman dan beramal, menyatukan hati mereka dalam cinta dan persaudaraan, hingga bersatu kekuatan akidah menjadi kekuatan persatuan, demikian pula seharusnya yang dilakakukan para duat yang mengikuti jejak nabi saw, mereka menyeru dengan ideologi dan menjelaskannya, mengajak mereka kepada da’wah; agar beriman dan menerapkannya, bersatu dalam akidah sehingga wawasan mereka terus bersinar dan menyebar ke segala penjuru, ini semua merupakan sunnatullah dan tidak ditemukan dari sunnah Allah perubahan.”
Jadi cara untuk mengeksistensikan bangsa muslim adalah pengenalan terhadap Islam dan jamaah, membentuk akhlak dan nilai-nilai Islam, etika dan prilaku, melalui halaqoh, sarana komunikasi, melalui kitab, risalah, dialog dan dakwah fardiyah… urgensi fokus tarbiyah berdasar orisinalitas dan ta’sis (pengokohan) nilai-nilai pengorbanan dan kontribusi.
Pemerintahan Islami
Cara mencapai pemerintahan Islami:
Al-Ikhwan mengangkat syiar dan komitmen dengannya melalui pemahaman mereka terhadap Islam, pengaplikasian dan komitmen dengan nilai-nilainya. Hal ini seperti yang telah digariskan oleh imam Syahid dalam ungkapannya: “Al-Ikhwan Al-Muslimun tidak menuntut diterapakannya hukum Islam untuk diri mereka sendiri, jika ada dari segologan umat yang siap mengemban amanah yang berat ini dan mampu menunaikan amanah dan hukum dengan manhaj Islam dan Al-Quran, maka mereka adalah prajurit dan tentara penolongnya. Al-Ikhwan bukan para pencari hukum atau dunia, hukum menurut mereka bukan tujuan utama, namun sebagai wasilah dan amanah, tanggung jawab dan beban yang berat.” Beliau menambahkan: “Al-Ikhwan sangat piawai dan cerdas dari mendahulukan terhadap hukum dan umat, maka harus diberikan masa/waktu untuk bisa menyebarkan prinsip-prinsip yang dapat diketahui oleh bangsa; bagaimana bisa memberikan pengaruh terhadap mashlahat umum, bagaimana bisa bangkit dengan perannya.” Maknanya adalah bahwa bangsa yang Islami adalah sarana menuju pemerintahan Islami, dan bangsa yang Islami memiliki hak dalam memilih pemerintahannya, dan memberikannya kepada siapa saja yang diinginkan.
Negara Islam
Tujuan kelima dan berpengaruh adalah daulah Islam yang membimbing negeri-negeri Islam kepada persatuan, menyatukan perpecahan umat Islam, mengembalikan negeri mereka yang terampas, sarana untuk mendirikannya harus melalui agenda yang tersusun rapi. Karena itu dakwah yang satu, tandzim yang satu, konsep yang terpadu dan tarbiyah yang satu yang bersumber dari kitabullah dan sunnah nabi-Nya; tauhid, tandzim, tertata dalam barisan, tersusun secara rapi, bersatu dalam tujuan dan misi… berpedoman pada sarana yang kokoh guna mencapai kepada negara yang diidamkan.
Negara Islam yang satu
Tujuan keenam adalah mendirikan negara Islam yang bersatu, atau perserikatan negara-negara Islam, yang tergabung dalam negara mayoritas muslim. Negara yang satu di bawah pemimpin tunggal, yang berperan dalam pengokohan komitmen terhadap syariat Allah dan penerapannya, memuliakan risalah-Nya, bangga dengan eksistensi Islam dikancah dunia. Adapun sarananya adalah melalui pendahuluan yang benar, berdasar pada kaidah-kaidah yang bersih dan baik, sehingga menjadi bagian dari kemunculan wacana Islam disetiap negeri hingga pada akhirnya dapat merealisasikan agenda terbesar.
Negara Islam Internasional
Adapun tujuan ketujuh adalah usaha menegakkan daulah Islamiyah secara internasional, sehingga dapat mengokohkan hak setiap insan dimana mereka berada - baik kebebasan, keamanan, mengeluarkan pendapat dan ibadah, hingga mencapai pada berdirinya negara Islam bersatu - menunjukkan sarana penjamin teralisasinya agenda utama. Hal tersebut bukanlah mimpi namun kenyataan yang telah diberitakan oleh Rasulullah saw.
Jika daulah Islam dibangun atas dasar keimanan dan bangkit berdasarkan keimanan, sebagaimana potensi yang membentang dengan kekuatan dan kemampuan menuju jalan dan tujuan, berpedoman pada ilmu sebagai dasar dan sarana mengapai kemajuan, filter dan kesejahteraan umat. Kemajuan ilmu dan teknologi yang dibanggakan oleh Amerika secara khusus dan dunia arab dan kaum muslimin menjelaskan akan urgensi / pentingnya ilmu dalam melengkapi persenjataan modern, guna menjaga dan melindungi diri dari musuh, menghadapi rekayasa dan politik kekuasaan, dan mengungkap kekerdilan pemerintahan negara arab dan umat Islam, ketika tunduk pada blokade, saat mereka berkomitmen dengan perjanjian padahal musuh-musuhnya tidak pernah komitmen denganya sehingga kekuatan berada pada mereka dibanding negara arab dan umat Islam.
Islam menjadikan ilmu sebagai kewajiban, memotivasi umat untuk menuntutnya dan menguasainya sekalipun tidak berada di negerinya sendiri. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Dan sebagaimana disabdakan: “Tuntutlah ilmu walau sampai kenegeri China.”
Imam Ibnu Taimiyah berkata, dan beliau memiliki sanad yang shahih dari syariat Allah yang menjadikan ilmu adalah wajib, memotivasi untuk menuntutnya dan menguasainya: “Jika non muslim maju dalam keilmuan dan seni… maka semua umat Islam berdosa.”
V. Manhaj Al-Ikhwan Al-Muslimun
Manhaj Al-Ikhwan Al-Muslimun sejalan dengan tabiat dakwah. Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah salah satu jamaah dari kaum muslimin yang semenjak berdirinya berusaha untuk memperbaharui Islam dan merealisasikan misinya pada tingkat regional dan internasional, dengan memperhatikan kondisi zaman menuju pemahaman tsaqofah dan wawasan kekinian, memelihara orisinalitas dan obsesi.
Misi dan tujuan jamaah mencakup pada tsaqofah yang dapat merealisasikan misi dan tujuan tersebut. Islam modern dan orisinalitas yang memadai demi terealisasinya tujuan merupakan dua rukun utama dari berbagai manhaj lain. Matangnya syakhsiah Islamiyah merupakan sarana yang tidak bisa terwujud tanpa memiliki wawasan Islam yang sempurna berpedoman pada konsep dasar dan tsawabut, mengenal kondisi zaman, bersungguh-sungguh dalam mengokohkan obsesi.
Manhaj Al-Ikhwan memiliki keistimewaan, memiliki kesungguhan dalam memberikan filter kepada insan muslim terhadap sesuatu yang dapat menjauhkan dirinya dari goncangan jiwa dan fitnah, atau tipuan dan terpedaya dengan ideologi yang tidak seimbang. Karena itu adalah penting jika Ikhwan menegaskan bahwa bahwa Al-Quran dan sunnah adalah sumber manhaj mereka; berusaha membentuk azimah yang kuat yang dimiliki oleh insan muslim, pelaksanaan yang mantap bukan sekedar wacana dan tipuan, pengorbanan yang tidak mengubah kepada seliannya ketamakan dan kikir, mamahami prinsip-prinsip yang membedakan antara asholah (orisinalitas) dan kepalsuan, kebenaran dan kepalsuan, semua itu harus berdasar pada keimanan yang dapat melindunginya dari kesalahan, menjauhkannya dari ketergelinciran, memberikan kepadanya keikhlasan dan zuhud, melahirkan sifat memberi dan berkorban.
Pada bidang inilah tampak peranan pengajaran dan lembaga-lembaganya, peranan tsaqofah dengan berbagai sumber dan yayasan-yayasannya, peranan informasi dengan berbagai sarananya.
Sebagaimana jamaah juga memperhatikan manhajnya dalam meletakkan keseimbangan kepada setiap muslim dalam berbagai aktivitasnya, pada setiap kejadian dan benturan yang menghadangnya, dalam sikap kekuatan yang berbeda dan berseberangan, memberikan kepada muslim wawasan keislaman yang optimis terhadap segala sesuatu dan urusan. Al-Quran dan sunnah adalah bashirah yang memberikan keterbukaan hati setiap muslim, membuka matanya sehingga keseimbangan dan kebijaksanaannya lebih teliti dan detail terhadap setiap permasalahan dan problema, demikian pula sebuah negara dan bagian-bagiannya yang dibangun atas dasar Islam, komitmen dengan syariat Allah dan berusaha merealisasikan misi-misinya.
Opini umum terhadap ilmu-ilmu Islam harus mengacu pada manhaj-manhaj ini, karena ada sebagian ilmu yang merupakan kewajiban individu (fardhu ‘ain), ada tsawabit, ada spesialisasi, ada pembaharuan, ada juga ilmu-ilmu yang diharamkan dan makruh (dibenci).
Merupakan hak setiap muslim mendapatkan ilmu-ilmu yang diwajibkan dan mengetahui kaidah-kaidahnya, sebagaimana ilmu spesialisasi yang menjadi suatu kewajiban bagi para spesialis.
Pada setiap fase dari kehidupan manusia memiliki manhaj yang sesuai dengan kehidupannya, sebagaimana pada setiap fase ada gerak dan aktivitas yang memiliki manhaj sesuai dengan kebutuhannya dan memberikan wawasan yang bersih.
Sebagaimana keistemewaan manhaj yang para ikhwan komitmen dalam bidang adalah dengan selalu mengedepankan dan memadukan pemahaman, mempersatukannya dalam satu wawasan; sehingga Islam tidak menjadi gambar/bentuk yang masuk ke dalam jiwa manusia sebagai hasil dari hilangnya manhaj yang benar, karena itu selalu disosialisasikan manhaj Islam secara ilmiyah dan amaliyah sebagai aktivitas dakwah ikhwan. Merubah manusia dari tidak Islami menjadi Islami; dari tidak komitmen dengan Islam menjadi sadar, paham, dan komitmen dengan Islam, sebagai aktivitas yang menyeluruh dan urgen; karena itu harus komitmen dengan manhaj yang memadai dan mewujudkan perubahan yang diidamkan.
Manhaj Islami juga tidak meninggalkan lubang yang dapat dimasuki kesesatan atau kerancuan akal pikiran atau hati setiap muslim, karena dia manhaj yang berambisi menutup segala lubang dan tempat masuknya fitnah dan keraguan. Dan pada waktu yang bersamaan menggerakkan muslim untuk siap mengahadapi serangan, berinteraksi dengannya didukung dengan pemahaman yang benar dan kesadaran yang matang.
Komitmen dengan manhaj Islam menghasilkan karakter tersendiri yang dimiliki seorang muslim dan jamaah muslimah. Pada tiap fase yang dimiliki mempunyai karakter dan syiar. Sebagaimana pada setiap jamaah memiliki syiar yang menjadikan pada setiap marhalah dan fase berjalan sesuai dengan manhajnya, berlalu sesuai dengan perjalananan jamaah melalui jalan, sarana, misi dan tujuan-tujuanya, seperti syiar yang hingga kini masih dikumandangkan dan diulang serta selalu diserukan; Allah adalah tujuan, Rasulullah adalah pemimpin dan imam dan jihad adalah jalan satu-satunya.
Manhaj yang dimiliki oleh jamaah menegaskan akan nidzam dan ketertiban, komitmen dengan jalannya, semangat dalam memberikan kritik yang konstruktif, menghargai pendapat orang lain, siap melakukan perubahan dan pembaharuan, mengakui hukum tadarruj (hukum berjenjang) dan tidak berlebih-lebihan.
Manhaj Al-Ikhwan dalam melakukan perbaikan masyarakat dan tarbiyah tampak pada karakter tujuan asasi yang menjadi fokus dan perhatian jamaah, di antaranya adalah:
1. Rabbaniyah
2. Bersentuhan dengan jiwa kemanusiaan
3. Meyakini adanya ganjaran dan balasan
4. Memproklamirkan persaudaraan insani
5. Laki-laki dan wanita bersatu dalam berkontribusi membangun masyarakat, memiliki porsi masing-masing agar lebih fokus dan kuat terhadap misinya masing-masing.
6. Tawazun (seimbang) dalam memenuhi hajat ruh dan jasad.
7. Memberikan jaminan kepada masyarakat hak untuk hdup, mendapatkan keamanan, kebebasan, pemilikan, aktivitas, kesehatan dan mengeluarkan pendapat.
8. Menegaskan pentingnya persatuan, dan tercelanya perpecahan, berusaha menghilangkan perkhilafan dan perdebatan.
Manhaj ini mengajak untuk bersikap optimis seperti yang difirmankan Allah SWT: “Jangan merasa hina dan sedih” (QS. Ali Imron: 139), memotivasi dalam menjalankan kehidupan, kekuatan, bekerja dan produktif serta menegaskan akan jatidiri, jatidiri seorang muslim yang bersumber pada kemuliaan Tuhannya: “Dan kemuliaan hanyalah Milik Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman.” ( QS. Al-Munafiqun: 8 )
Sebagaimana menegaskan akan kepemimpinan dan kebaikan: “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.” (QS. Ali Imron: 110), mengajak untuk memiliki sifat malu seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan menjadikannya bagian dari iman.
Adapun motivasinya dalam kekuatan ditegaskan dalam ayat Allah SWT: “Dan persiapkanlah semampu kalian dari kekuatan” (QS. Al-Anfal: 60), “Maka berperanglah di jalan Allah orang-orang yang menjual hidup mereka dengan akhirat.” (QS. An-Nisa: 74).


Nasehat Imam Al-Ghozali

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,”Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman,
dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “Mati”. Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “Nafsu” (Al A’Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”.Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”.Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang… Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”. Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Posted by Bambang Widjanarko at 02:28 0 comments Links to this post
Wednesday, 11 April 2007
Pesan
Pesan Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin
kepada para Thalibul ilm (penuntut ilmu)

Mulailah belajar dengan menghafal matan-matan dari setiap disiplin ilmu. Dan mintalah penjelasanya kepada ulama’ yang menguasai disiplin ilmu tersebut. Jangan langsung sibuk dengan mengkaji kitab-kitab yang besar, sebelum memahami matan kitab atau dasar dari setiap ilmu tersebut. Tulislah semua faidah dan hikmah yang didengar dan dibaca. Sya'banbi berkata,”Apabila mendengar sesuatu maka tulislah walaupun harus di tembok”.

Kuatkanlah keinginan untuk belajar, jangan setengah-setengah. Perbanyaklah bergaul dan bertanya kepada para ulama, dengan cara yang sopan dan pertanyaan yang benar. Dengarlah setiap pelajaran dan penjelasan dengan baik, kalau tidak mengerti jangan malu untuk bertanya. Biasakanlah diri menghafal setiap pelajaran terutama al-Qur’an. Jangan banyak berdebat, apalagi untuk menjatuhkan wibawa para ulama atau mencari nama dari orang banyak, hal ini termasuk yang diharamkan. Adapun berdebat untuk mencari dan membela kebenaran maka hal ini terpuji dan dianjurkan.

Jagalah adab sebagai penuntut ilmu sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Sirin:
كانوا يتعلمون الهدي كما يتعلمون العلم (الحلية) وقيل الأدب قبل الطلب
“Mereka mempelajari adab sebagaimana mengkaji ilmu. Juga dikatakan Adab sebelum ilmu”.
Jagalah keikhlasanmu dalam belajar. Sufyan al-Tsauri berkata, Tidak ada yang lebih aku jaga melebihi niatku’.

العلم ثلاثة أشبار من دخل في الشبر الأول تكبر،والثاني تواضع الثالث علم أنه ما يعلم (تذكرة السامع والمتكلم صـ65)

Ilmu itu ada tiga langkah, barangsiapa yang baru masuk pada langkah pertama ia sombong, langkah kedua akan tawadhu’ dan langkah ketiga akan mengetahui dirinya tidak mengetahui (tadzkirah sami’ hal.65).

Seringlah mengulang pelajaranmu, baik dilakukan sendiri dengan memikir kembali semua pelajaran yang pernah didapati. Atau dengan mengajak kawan dan berdiskusi dengannya. Jangan sekali-kali membanggakan diri dan bersikap sombong di hadapan orang lain. Hendaknya semakin berilmu semakin tawaddhu’ baik kepada sesama manusia apalagi kepada Allah Ta'ala. Hendaknya menzakati ilmu dengan mengajarkannya kepada orang lain, ini akan lebih banyak manfaatnya dan lebih sedikit biayanya. Juga dengan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari, atau dipakai untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Berdo’a dan berusahalah supaya diberikan oleh Allah Ta'ala barakah ilmu. Karena sebagian orang ada yang diberikan ilmu yang tinggi, tetapi ia sama saja dengan orang yang bodoh. Tidak ada tanda dan pengaruh ilmunya pada ibadah, akhlak, dan pergaulannya dengan orang lain. Bahkan sebaliknya ia sombong dan meremehkan orang lain. Ada juga orang yang berilmu, namun orang lain tidak bisa mendapatkan manfaat dengan ilmunya, baik lewat pelajarannya, ceramahnya, tulisannya, tetapi ilmunya hanya untuk dirinya sendiri. semua ini termasuk ilmu yang tidak barakah.

Ilmu yang barakah adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan. Ketika mengajarkan ilmu, berarti mendakwahkan ajaran Allah Ta'ala. Para pejuang membuka daerah dengan peperangan untuk menyiarkan agama Allah Ta'ala , maka para ulama’ membuka dada manusia untuk mengajarkan agama Allah Ta'ala pula. Dengan mengajarkan ilmu syariah Allah Ta'ala akan tegak dan terjaga. Dan dengan mengajarkan ilmu, Allah Ta'ala akan menambahkan illmunya dan mengajarkannya ilmu yang beluml diketahuinya. Dan merekalah yang disebut dengan “Alim Rabbany” yaitu mereka yang mengajarkan orang lain dengan ilmu yang kecil sebelum yang besar, menyesuaikannya dengan kemampuan daya tangkap murid, karena tidak ada orang yang mengajarkan sesuatu yang tidak bisa dipahami, kecuali akan menimbulkan fitnah bagi sebagian yang lain, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud. Semoga Allah Ta'ala memberikan kita ilmu yang barakah dan bermanfaat.

SHOLAT sesuai QUR'AN & SUNNAH

A. WUDLU

QS 5:6
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur

BM 278 Dari Abu Hurairah, bahwasannya Nabi saw telah bersabda: Apabila engkau akan beridiri kepada sholat, maka sempurnakanlah wudlu, … (Dikeluarkan oleh “Tujuh”, tetapi lafazh itu bagi Bukhari)

BM 37 Dari Humran, bahwasanya ‘Ustman minta air wudlu, lalu ia cuci tangannya 3 (tiga) kali
- kemudian ia berkumur-kumur dan menaikkannya air ke hidung dan menghembuskannya,
- kemudian ia cuci mukanya 3 (tiga) kali,
- kemudian ia cuci tangan yang kanan sampai siku 3 (tiga) kali, kemudian yang kiri seperti demikian,
- kemudian ia usap kepalanya,
- kemudian ia cuci kakinya yang kanan sampai mata kaki 3(tiga) kali, kemudian yang kiri seperti demikian, kemudian ia berkata : Saya pernah melihat Rasulullah saw. Berwudlu’ seperti wudlu’ saya ini (Muttafaq’alaih )

BM 41 Dari ‘Abdullah bin Amr, tentang sifat wudlu. Ia berkata : … kemudian ia(Rasulullah) usap kepalanya dan ia masukkan dua jari telunjuknya di dua telinganya dan ia usap dua telinganya di sebelah luar dengan dua ibu jarinya.
(Dikeluarkan-dia oleh Abu Daud dan Nasa-I, dan dishahkan-dia oleh Ibnu Khuzaimah)

B. BERDIRI
QS Al Baqarah 2 : 238



Peliharalah semua sholat, dan sholat wusthaa. Berdirilah untuk Allah dengan khusyu'.

BM 347 Dari Imran bin Hushain bahwasannya Nabi saw telah bersabda: Sholatlah dengan berdiri, jika engkau tidak bisa, maka dengan duduk; jika engkau tidak bisa, maka dengan berbaring; jika engkau tidak bisa maka berisyaratlah,

Shahih Bhukari (SB) 402, 404 … Dan luruskan shaf (barisan) dalam sholat, sesungguhnya meluruskan shaf itu sebaik-baik sholat.
Dari Anas ra. Dari Nabi saw, sabdanya: “Luruskan shaf! Aku dapat melihatmu dibelakangku. Diantara kami bertemu bahu demi bahu kawannya, dan tumit dengan tumit.

C. NIAT
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta'ala semata, serta menguatkannya dalam hati.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya." (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa', hadits no. 22).

Niat tidak dilafadzkan
Dan tidaklah disebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak pula dari salah seorang sahabatnya bahwa niat itu dilafadzkan.

Abu Dawud bertanya kepada Imam Ahmad. Dia berkata, "Apakah orang sholat mengatakan sesuatu sebelum dia takbir?" Imam Ahmad menjawab, "Tidak." (Masaail al Imam Ahmad hal 31 dan Majmuu' al Fataawaa XXII/28).
AsSuyuthi berkata, "Yang termasuk perbuatan bid'ah adalah was-was (selalu ragu) sewaktu berniat sholat. Hal itu tidak pernah diperbuat oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maupun para shahabat beliau. Mereka dulu tidak pernah melafadzkan niat sholat sedikitpun selain hanya lafadz takbir."


D. TAKBIRATUL IHROM

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selalu memulai sholatnya dilakukan hanya sekali ketika hendak memulai suatu sholat) dengan takbiratul ihrom yakni mengucapkan Allahu Akbar ( ) di awal sholat dan beliau pun pernah memerintahkan seperti itu kepada orang yang sholatnya salah.

BM 278 Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi saw. Telah bersabda: "Apabila engkau (akan) berdiri mengerjakan sholat, maka sempurnakanlah wudhu'mu terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom(takbir, …." (Dikeluarkan-dia oleh “Tujuh”, tetapi lafash itu bagi Bhukari; dan bagi Ibnu Majah dengan isnad Muslim): … tetap engkau berdiri.

Takbirotul ihrom diucapkan dengan lisan
Takbirotul ihrom tersebut harus diucapkan dengan lisan (bukan diucapkan di dalam hati). Muhammad Ibnu Rusyd berkata, "Adapun seseorang yang membaca dalam hati, tanpa menggerakkan lidahnya, maka hal itu tidak disebut dengan membaca. Karena yang disebut dengan membaca adalah dengan melafadzkannya di mulut."

An Nawawi berkata, "…adapun selain imam, maka disunnahkan baginya untuk tidak mengeraskan suara ketika membaca lafadz tabir, baik apakah dia sedang menjadi makmum atau ketika sholat sendiri. Batas minimal suara yang pelan adalah bisa didengar oleh dirinya sendiri jika pendengarannya normal.

MENGANGKAT KEDUA TANGAN
Disunnahkan mengangkat kedua tangannya setentang bahu (lihat gambar) ketika bertakbir dengan merapatkan jari-jemari tangannya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak
- memulai sholat,
- setiap kali bertakbir untuk ruku' dan
- setiap kali bangkit dari ruku'nya."(Muttafaqun 'alaihi).

SM 342 Dari Salim ra. Dari bapaknya katanya: “Aku melihat Rasulullah saw ketika beliau memulai sholat; diangkatnya kedua tangannya hingga setentang dengan bahunya. Begitu pula sebelum ruku’ dan bangkit dari ruku’. Tetapi beliau tidak mengangkatnya ketika duduk diantara dua sujud

SM 343 Dari Salim bin Abdullah bin Umar ra. Katanya: Apabila Rasulullah saw. Berdiri hendak sholat, maka diangkatnya kedua tangannya hingga setentang dengan kedua bahunya sambil membaca takbir. Apabila beliau hendak ruku’, dilakukannya pula seperti itu, begitu pula ketika bangkit dari ruku’. Tetapi beliau tidak melakukannya ketika mengangkat kepala dari sujud.”

Atau mengangkat kedua tangannya setentang telinga, berdasarkan :

SM 344 Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyyallahu anhu, ia berkata: "Bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam takbir (untuk sholat), beliau mengangkat kedua tangannya hingga setentang dengan kedua telinganya. Dan bila beliau hendak ruku’ diangkatnya pula kedua telinganya setentang dengan kedua telinganya. Dan apabila beliau mengangkat kepala dari ruku, beliau membaca “sami’allahu liman hamidah” sambil mengangkat tangan seperti itu pula.”

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Tamam dan Hakim disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dengan membuka jari-jarinya lurus ke atas (tidak merenggang-kannya dan tidak pula menggengamnya). (Shifat Sholat Nabi).

BERSEDEKAP
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya (bersedekap).

SM 357 Dari Wa’il bin Hujr ra katanya dia melihat Nabi saw mengangkat kedua tangan pada permulaan sholat setentang dengan kedua telinganya sambil membaca takbir. Kemudian dilipatkan bajunya lalu diletakkannya bagian kanan diatas yang kiri. Ketika beliau hendak ruku’ dikeluarkannya kedua tangannya dari lipatan bajunya, kemudian diangkatnya sambil membaca takbir lalu beliau ruku’, kemudian beliau membaca “samiallahu liman hamidah” diangkatnya pula kedua tangannya. Ketika sujud beliau sujud atas kedua telapak tangannya

BM 293 Dari Wa’il bin Hujr,Ia berkata: saya pernah bersholat beserta Nabi saw, ia meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya didadanya (Dikeluarkan-dia oleh Ibnu Khuzaimah)

MEMANDANG TEMPAT SUJUD
Pada saat mengerjakan sholat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu 'anha:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya dari tempat sujud (di dalam sholat)." (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Larangan menengadah ke langit
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang keras menengadah ke langit (ketika sholat).

BM 259 Dari Jabir bin Samurah. Ia bekata: telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Hendaklah sekelompok orang berhenti daripada mendongakkan pandangan mereka ke langit dalam shiolat atau tidak akan kembali (pandangan) itu kepada mereka." (Diriwayatkan-dia oleh Muslim).

SB 417 Anas bin Malik bercerita, bahwa Rasulullah saw bersabda: “ Apakah gerangan yang terpikir oleh sementara orang yang melihat ke langit dalam sholatnya?” Sangat keras ucapan beliau ketika mengucapkan kata-katanya itu. Sehingga akhirnya beliau bersabda: “Hentikanlah perbuatan seperti itu! Ataukah mereka ingin pandangan mereka dicabut

E. MEMBACA DO'A IFTITAH

Dalam doa iftiftah tersebut beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan pujian, sanjungan dan kalimat keagungan untuk Allah.

DOA IFTITAH UNTUK SHOLAT FARDLU & SUNNAH :

SM 554 & SB 412
Dari Abu Huraiarah ra. Katanya: “Biasanya Rasulullah saw. Diam seketika sesudah takbir, sebelum membaca Fatihah. Lalu kutanyakan kepada beliau, “Ya, Rasulullah! Apakah yang anda baca ketika anda diam seketika antara takbir dan membaca Fatihah?” Jawab beliau, “ Aku membaca:



BM 286 Dari Abu Hurairah. Ia berkata : Adalah Rasulullah saw. Apabila bertakbir (takbiratul ihram) buat sholat, ia berhenti sebentar sebelum membaca (Al-Fatihah), maka saya bertanya kepadanya. Sabdanya: Aku mengucap:


"ALLAHUUMMA BA'ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA'ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIBI, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLAAHUMMAGHSILNII BIL MAA'I WATS TSALJI WAL BARADI"

artinya:
"Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya, Allah, bersihkanlah kau dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun." (Muttafaq’alaih).

DOA IFTITAH UNTUK SHOLAT MALAM (
Qilamul Lail/Tahajjud/Tattawu’/Tarawih)

BM 285 Dari ‘Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah saw bahwasanya ia apabila berdiri kepada sholat (sesudah takbiratul ihram) ia membaca:

"WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAN [MUSLIMAN] WA MAA ANA MINAL MUSYRIKIIN. INNA SHOLATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAHI RABBIL 'ALAMIIN. LAA SYARIIKALAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA AWWALUL MUSLIMIIN. ALLAHUMMA ANTAL MALIKU, LAA ILAAHA ILLA ANTA [SUBHAANAKA WA BIHAMDIKA] ANTA RABBII WA ANA 'ABDUKA, DHALAMTU NAFSII, WA'TARAFTU BIDZAMBI, FAGHFIRLII DZAMBI JAMII'AN, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA. WAHDINII LI AHSANIL AKHLAAQI LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLA ANTA, WASHRIF 'ANNII SAYYI-AHAA LAA YASHRIFU 'ANNII SAYYI-AHAA ILLA ANTA LABBAIKA WA SA'DAIKA, WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIKA.
WASY SYARRULAISA ILAIKA. [WAL MAHDIYYU MAN HADAITA]. ANA BIKA WA ILAIKA [LAA MANJAA WALAA MALJA-A MINKA ILLA ILAIKA. TABAARAKTA WA TA'AALAITA ASTAGHFIRUKA WAATUUBU ILAIKA"
yang artinya:
"Aku hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya. Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Ilah selain Engkau semata-mata. [Engkau Mahasuci dan Mahaterpuji], Engkaulah Rabbku dan aku hamba-Mu, aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa. Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya Engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan jauhkanlah diriku dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala keburukan tidak datang dari-Mu. [Orang yang terpimpin adalah orang yang Engkau beri petunjuk]. Aku berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali kepada-Mu, [tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari siksa-Mu kecuali hanya Engkau semata]. Engkau Mahamulia dan Mahatinggi, aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu." (Diriwayatkan-dia oleh Muslim dan di satu riwayat baginya: bahwasanya yang demikian itu di SHOLAT MALAM)

SM 741-743 Bab Sholat dan do’a Nabi saw. tengah malam.
SM 556 Dari Anas ra. Katanya: “ Seorang laki-laki* datang dengan tergesa-gesa, lalu dia masuk ke dalam shaf. Sesudah itu dia membaca “ Alhamdulillahi hamdan kastiran thayyiban mubarakan fihi” …

SM 557 Dari Ibnu Umar ra. Katanya “Ketika kami sedang sholat bersama-sama Rasulullah saw., tiba-tiba ada seorang laki-laki* dalam jamaah membaca : “Allahu Akbar, Kabiran wal hamdulillahi kastiran wa subhanallahi bukratan wa ashila.” …

* Dalam hadist tersebut, terdapat “seorang laki-laki” yang tidak diketahui namanya=Anonim, bukan yang sunnah/ketentuan dilakukan Rasulullah

F. MEMBACA TA’AWWUDZ

Membaca doa ta'awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka'at, sebagaimana firman Allah ta'ala:

"Apabila kamu membaca al Qur-an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (An Nahl : 98).

Nabi biasa membaca ta'awwudz yang berbunyi:

"A'UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM "
artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk,).
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi).

BACAAN TA’AWWUDZ DALAM SHOLAT

BM 288 Dan seperti itu juga dari Abi Sa’id al-Kudri, dengan marfu’ disisi Lima” dan dari situ: Dan adalah ia berkata sesudah takbir:


"A'UUZUBILLAHIS SAMII'IL ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMAZIHI WA NAFKHIHI WANAFTSIHI "
artinya: "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk dari permainannya dan gangguannya dan ludahannya"

Keterangan : Hadist ini mempunyai beberapa jalan sehingga menjadi kuat dan dapt dipakai. (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad hasan).


G. BASMALLAH
BM 297-300 Dari Anas, bahwasannya Nabi saw dan Abubakar dan Umar adalah memulai sholat dengan Alhamdulillahirabbil’alamin (Muttafaq’alaih)
Muslim tambah: Mereka tidak membaca Bismillahirrahmanir-rahim di permulaan bacaan (Al Fatihah) dan tidak diakhirnya.
Dan disatu riwayat bagi Ahmad dan Nasa-I dan Ibnu Khuzaimah: Mereka tidak menyaringkan Bismillahirrahmannirahim
Dan pada (satu riwayat) yang lain oleh Ibnu Khuzaimah: Adalah mereka membaca dengan perlahan

SB 411 Berita dari Anas ra. Mengatkaan bahwa Nabi saw, Abu Bakar dan Umar ra., ketiga-tiganya memulai sholat mereka dengan membaca Alhamdulillahirabbil ‘ alamin (surat Al-Fatihah)

SM 354-355 Dari Anas r.a katanya: “Aku biasa sholat bersama-sama dengan Rasulullah saw. Dengan Abu Bakar, dengan ‘Umar dan dengan ‘Usman , tetapi aku tidak pernah mendengar mereka membaca “Bismillahirrahmanirrahim”

Dari Anas bin Malik ra., katanya: “Aku biasa sholat di belakang Nabi saw., di belakang Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Usman. Mereka hanya memulai bacaan dengan “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin dan tidak pernah kudengar mereka membaca “Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan (Al-Fatihah) dan tidak pula penghabisannya

H. MEMBACA AL FATIHAH

Hukum Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat, jadi kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya berdasarkan perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya):
"Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah" (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Jama'ah: yakni Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah).
"Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak sempurna"(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).

Kapan Kita Wajib Membaca Surat Al-Fatihah
Tentang ini Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa pernah Rasulullah melarang makmum membaca surat dibelakang imam kecuali surat Al-Fatihah:
"Betulkah kalian tadi membaca (surat) dibelakang imam kalian?" Kami menjawab: "Ya, tapi dengan cepat wahai Rasulallah." Berkata Rasul: "Kalian tidak boleh melakukannya lagi kecuali membaca Al-Fatihah, karena tidak ada sholat bagi yang tidak membacanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhori, Abu Dawud, dan Ahmad, dihasankan oleh At-Tirmidzi dan Ad-Daraquthni)

SB 420 Diberitakan oleh ‘Ubbadah bin Shammit ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Tidak (sah) sholat orang yang tidak membaca Surah Al Fatihah.”

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sesudah mendirikan sholat yang beliau keraskan bacaanya dalam sholat itu, beliau bertanya: "Apakah ada seseorang diantara kamu yang membaca bersamaku tadi?" Maka seorang laki-laki menjawab, "Ya ada, wahai Rasulullah." Kemudian beliau berkata, "Sungguh aku katakan: Mengapakah (bacaan)ku ditentang dengan Al-Qur-an (juga)." Berkata Abu Hurairah, kemudian berhentilah orang-orang dari membaca bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada sholat-sholat yang Rasulullah keraskan bacaannya, ketika mereka sudah mendengar (larangan) yang demikian itu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa-i dan Malik. Abu Hatim Ar Razi menshahihkannya, Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan).

Hadits-hadits tersebut merupakan dalil yang tegas dan kuat tentang wajib diamnya makmum apabila mendengar bacaan (surat) imam, kecuali membaca Al-Fatihah, karena tidak ada sholat bagi yang tidak membacanya(Al Fatihah).

Selain itu juga berdasarkan firman Allah Ta'ala (yang artinya):

"Dan apabila dibacakan Al-Qur-an hendaklah kamu dengarkan ia dan diamlah sambil memperhatikan (bacaannya), agar kamu diberi rahmat." (Al-A'raaf : 204).

Ayat ini asbabul nuzulnya/sebab turunnya berkenaan tentang sholat. Tetapi keumuman ayat ini telah menjadi khusus dan tertentu (wajibnya) hanya dalam sholat, sebagaimana telah diterangkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id bin Jubair, Adh Dhohak, Qotadah, Ibarahim An Nakha-i, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan lain-lain. Lihat Tafsir Ibnu Katsir II/280-281.

Cara Membaca Al Fatihah
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat Al-Fatihah pada setiap roka'at. Membacanya dengan berhenti pada setiap akhir ayat (waqof), tidak menyambung satu ayat dengan ayat berikutnya (washol) berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud, Sahmi dan 'Amr Ad Dani, dishahihkan oleh Hakim, disetujui Adz-Dzahabi.

SM 349 Dari Abu Hurairah ra., katanya Nabi saw bersabda: “Siapa yang tidak membaca Ummul Qur’an (Fatihah) dalam sholat, maka sholatnya tidak sempurna (nabi mengulangnya sampai tiga kali). Lalu ditanyakan orang kepada Abu Hurairah, “Bagaimana kalau kami sholat mengikut Imam?” jawabnya, “Bacalah perlahan-lahan! Karena aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman: ‘Sholat itu Kubagi dua antara-Ku dan hamba-Ku. Untuk hambaKu ialah apa yang dimintanya. Apabila dia mengucapkan :
Alhamdulillahirabbil ‘alamin’, maka Allah Ta’ala menjawab, Hamadani ‘abdi” (HambaKu memuji-Ku) Apabila dia mengucap Arrahmanirrahim, maka Allah menjawab, ‘Atsna ‘alayya ‘abdi (hamba-Ku menyanjung-Ku) Apabila dia mengucapkan ‘Maliki yawmiddin, maka Allah Ta’ala menjawab ‘Majjadani ‘abdi’ (Hamba-Ku mengagungkan-Ku), atau Fawwadha ilayya ‘abdi (Hamba-Ku berserah diri kepada-Ku) Apabila dia mengucapkan ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’, maka Allah ta’ala menjawab ‘Hadza bayni wa bayna ‘abdi, wa li abdi ma saala’ (Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, untuk hamba-Ku apa yang dimintanya)
Apabila dia mengucapkan ‘Ihdinash shiratal muataqim, shiratal ladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim waladhdhaallin’, maka jawan Allah ta’ala, ‘Hadza li ‘abdi, wa li ‘abdi ma saala’ (inilah bagian hamba-Ku, untuknya apa yang dimintanya)

Jadi cara membacanya :

kemudian berhenti,

kemudian berhenti,

Begitulah seterusnya sampai selesai ayat yang terakhir.
Terkadang beliau membaca: ( MAALIKI YAUMIDDIIN )
Atau dengan memendekkan bacaan 'maa' menjadi: ( MALIKI YAUMIDDIIN), Berdasarkan riwayat yang mutawatir dikeluarkan oleh Tamam Ar Razi, Ibnu Abi Dawud, Abu Nu'aim, dan Al Hakim. Hakim menshahihkannya, dan disetujui oleh Adz-Dzahabi.

MEMBACA AMIN

Hukum Bagi Imam:
BM 303 Dan daripadanya. Ia berkata : adalah Rasulullah saw. Apabila selesai membaca al-Fatihah, ia nyaringkan suaranya dan berkata: Aamin. (Diriwayatkan-dia oleh Daruquthni, dan ia hasankan-dia dan oleh Hakim dan is shahkan-dia)

BM 304 Dan bagi Abi Dawud dan Tirmidzi dar Hadist Wa-il bin Hujr seperti itu (juga)

SM 362 Dari Abu Hurairah ra. Katanya Rasulullah saw bersabda: “Apabila imam telah membaca ‘Amin’, maka baca pulalah olehmu. Siapa yang bacaan ‘Aminnya bersamaan dengan ‘Amin malaikat, diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.


SB 429-430 Diberitakan oleh Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: “ Apabila imim membaca Amin, maka ucapkanlah pula Amin! Karena barang siapa bersamaannya Amin’nya dengan Amin malaikat, diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu.
Diberitakan oleh Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda: “apabila imim membaca Ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhallin, maka ucapkannya Amin! Barangsiapa bersamaan ucapan Amin-Nya dengan ucapan malaikat, diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu

QS 4:31 Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia .
“Yang dimaksud diampuni dosa-dosanya yang telah lalu adalah dosa-dosa kecil karena dosa besar hanya bias diampuniNya dengan cara bertaubat”

Dari Abu hurairah, dia berkata: "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jika selesai membaca surat Ummul Kitab (Al-Fatihah) mengeraskan suaranya dan membaca amin."
(Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni dan Ibnu Majah, oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Shahihah dikatakan sebagai hadits yang berkualitas shahih)
"Bila Nabi selesai membaca Al-Fatihah (dalam sholat), beliau mengucapkan amiin dengan suara keras dan panjang." (Hadits shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Abu Dawud)

Hadits tersebut mensyari'atkan para imam untuk mengeraskan bacaan amin, demikian yang menjadi pendapat Al-Imam Al-Bukhari, As-Syafi'i, Ahmad, Ishaq dan para imam fikih lainnya. Dalam shahihnya Al-Bukhari membuat suatu bab dengan judul 'baab jahr al-imaan bi al-ta-miin' (artinya: bab tentang imam mengeraskan suara ketika membaca amin). Didalamnya dinukil perkataan (atsar) bahwa Ibnu Al-Zubair membaca amin bersama para makmum sampai seakan-akan ada gaung dalam masjidnya.


Hukum Bagi Makmum:
Dalam hal ini ada beberapa petunjuk dari Nabi (Hadits),
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Jika imam membaca amiin maka hendaklah kalian juga membaca amiin."

Hal ini mengisyaratkan bahwa membaca amiin itu hukumnya wajib tetapi tidak mutlak harus dilakukan oleh makmum. Mereka baru diwajibkan membaca amiin ketika imam juga membacanya. Adapun bagi imam dan orang yang sholat sendiri, maka hukumnya hanya sunnah. (lihat Nailul Authaar, II/262).

I. BACAAN SURAT SETELAH AL FATIHAH
QS 73:20

Artinya : Sesungguhnya Allahmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Panjang pendeknya surat yang dibaca
Membaca surat Al-Qur-an ini dilakukan pada dua roka'at pertama.

SB 427 Diceritakan oleh Atha’ ra. Bahwasanya dia mendengar Abu Hurairah berkata: “ Qur’an dibaca di setiap sholat. Bacaan yang dinyaringkan oleh Nabi saw., kami nyaringkan pula untukmu, Dan bacaan yang dibaca dengan perlahan-lahan untukmu. Jika tidak kamu tambah surat Al-Fatihah, itu sudah cukup untukmu, tetapi jika kamu tambah (dengan surat-surat yang lain) maka itu akan lebih baik.
SM 421 Dari Abu Mas’ud Al Anshari ra. … Lalu beliau bersabda, “Hai, manusia! Diantara kamu sekalian ada yang bertindak menjadi imam menyebabkan orang benci kepada agama ini. Karena itu, siapa saja diantara kamu yang menjadi imam, hendaklah dia memendekkan bacaan sholat, karena dibelakangnya ada orang tua, ada yang lemah, dan ada pula yang sedang mempunyai keperluan.”
SM 422 Dari Abu Hurairah ra., katanya Nabi saw. Bersabda: “Apabila kamu mengimami sholat orang banyak, hendaklah kamu pendekkan (bacaan), karena diantara makmum terdapat pula anak-anak, orang tua, orang yang lemah, dan orang sakit. Apabila kamu sholat sendiri, sholatlah berapa lama kamu suka.
SM 423 Apabila kamu mengimami sholat orang banyak, hendaklah dia memendekkan (bacaan) sholatnya, karena diantara para makmum terdapat orang-orang tua dan orang yagn lemah. Apabila dia sholat sendiri, panjangkanlah (bacaan) sholatnya berapa dia suka

QS 17:110

Artinya : Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".

SM 401 Ibnu Abbas ra. Berkata tentang turunnya ayat 110 surat Isra …, … Janganlah kamu mengeraskan suara ketika sedang membaca ayat dalam sholat sehingga terdengar oleh orang-orang musyrik itu, dan jangan pula terlalu rendah ketika membacanya di hadapan para sahabatmu sehinggatidak kedengaran oleh mereka, tetapi perdengarkanlah kepada mereka dengan suara sedang, sekedar terdengar oleh para sahabatmu itu

Pada sholat munfarid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat-surat yang panjang kecuali dalam kondisi sakit atau sibuk, sedangkan kalau sebagai imam disesuaikan dengan kondisi makmumnya (misalnya ada bayi yang menangis, atau sudah tua maka bacaan diperpendek).

SM 425 Dari Anas bin Malik ra. Katanya Rasulullah bersabda: "Suatu waktu Aku baru mulai sholat dan aku ingin memperpanjang bacaannya akan tetapi, tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi sehingga aku memperpendek sholatku karena aku tahu betapa gelisah ibunya karena tangis bayi itu."


Tata cara bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya membaca surat dengan jumlah ayat yang berimbang antara roka'at pertama dengan roka'at kedua.

SB 421 Dari Abu Qatadah ra., katanya: “ Pada dua rakaat pertama sholat Zuhur, nabi saw. Membaca Surah Al Fatihah dan dua surat, dipanjangkannya bacaan pada rakaa’at pertama dan dipendekkannya pada raka’at kedua. Kadang-kadang bacaan ayatnya itu kedengaran. Dalam sholat Ashar beliau membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah) dan dua surat. Dan di dalam sholat Subuh, beliau memanjangkan bacaan pada raka’at pertama dan memendekkan pada raka’at kedua.”

Dalam membaca surat Al-Qur-an Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya dengan tartil, tidak lambat juga tidak cepat -sebagaimana diperintahkan oleh Allah- dan beliau membaca satu per satu kalimat, sehingga satu surat memerlukan waktu yang lebih panjang dibanding kalau dibaca biasa (tanpa dilagukan). Rasulullah berkata bahwa orang yang membaca Al-Qur-an kelak akan diseru:
"Bacalah, telitilah dan tartilkan sebagaimana kamu dulu mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh At-Tirmidzi)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat Al-Qur-an dengan suara yang bagus, maka beliau juga memerintahkan yang demikian itu:
"Perindahlah/hiasilah Al-Qur-an dengan suara kalian [karena suara yang bagus menambah keindahan Al-Qur-an]." (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari , Abu Dawud, Ad-Darimi, Al-Hakim dan Tamam Ar-Razi)
"Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur-an." (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)

J. RUKU'

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah selesai membaca surat dari Al-Qur-an kemudian berhenti sejenak, terus mengangkat kedua tangannya sambil bertakbir seperti ketika takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga) kemudian rukuk (merundukkan badan kedepan dipatahkan pada pinggang, dengan punggung dan kepala lurus sejajar lantai). Berdasarkan beberapa hadits,

> Menekankan tangannya pada lututnya.
BM 284 Dari Abi Humaid Assa’idi. Ia berkata: Saya lihat Rasulullah saw/ apabila bertakbir, ia akngkat dua tangannya berhadapan dengan dua bahunya; dan apabila ruku’, ia tekankan dua tangan dengan dua lututnya; kemudia ia ratakan belakangnya; lantas apabila ia angkat kepalanya, ia berdiri tegak hingga tiap-tiap tulang kembali kepada tempatnya, lantas apabila ia sujud, ia taruh dua tangannya dengan tidak terbentang dan tidak mengepitnya, dan ia hadapkan ujung-unjung jari dua kakinya ke qiblat; dan apabila duduk di (akhir) rakaat yang kedua, ia duduk atas kakinya yang kiri dan ia dirikan yang kanan; dan apabila duduk di rakaat yang akhir, ia kedepankan kaki kirinya dan didirikan yang lain, dan ia duduk atas pinggulnya (Dikeluarkan-dia oleh Bukhari)

SM 489 – 890 Bab meletakkan tangan di lutut

> Merenggangkan jari-jemarinya (lihat gambar). "Beliau merenggangkan jari-jarinya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Hakim dan dia menshahihkannya, Adz-Dzahabi dan At-Thayalisi menyetujuinya)


Ø Merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya. "Beliau bila ruku', meluruskan dan membentangkan punggungnya sehingga bila air dituangkan di atas punggung beliau, air tersebut tidak akan bergerak." (Hadits di keluarkan oleh Al Imam Thabrani, 'Abdullah bin Ahmad dan ibnu Majah)
Ø Antara kepala dan punggung lurus, kepala tidak mendongak tidak pula menunduk tetapi tengah-tengah antara kedua keadaan tersebut (lihat gambar).

SM 449 Dari Aisyah ra., katanya Rasulullah saw. Memulai sholatnya beliau dengan takbir. Sesudah itu belialu baca surat Al Fatihah. Apabila beliau ruku’, kepalanya tidak mendongak dan tidak terlalu menunduk, tetapi pertengahan (sehingga kepalanya kelihatan rata dengan punggung Apabila beliau bangkit dari ruku’ beliau tidak sujud sebelum dia berdiri lurus lebih dahulu..."

> Thuma-ninah/Bersikap Tenang
Beliau pernah melihat orang yang ruku' dengan tidak sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu berkata: "Kalau orang ini mati dalam keadaan seperti itu, ia mati diluar agama Muhammad [sholatnya seperti gagak mematuk makanan] sebagaimana orang ruku' tidak sempurna dan sujudnya cepat seperti burung lapar yang memakan satu, dua biji kurma yang tidak mengenyangkan." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Ya'la, Al-Ajiri, Al-Baihaqi, Adh-Dhiya' dan Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)


> Memperlama Ruku'

SB 449 Diceritakan oleh Al Barra’ ra., katanya: “Biasanya sujud Nabi saw., ruku’nya, dan duduknya antara dua sujud hampir sama saja lamanya masing masing

Yang Dibaca Ketika Ruku'
SB 436-438 Do'a yang dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum turun ayat 103:3, ada beberapa macam, semuanya pernah dibaca oleh beliau.

BM 314 Dari Aisyah. Ia berkata: Adalah Rasulullah saw menyebut didalam ruku’nya dan sujudnya :

SUBHAANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII
Yang artinya: "Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya, Allah ampunilah aku." (Muttafaq’alaih)

SM 436-449
Berdasarkan hadits dari 'A-isyah, bahwasanya dia berkata:
"Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak membaca Subhanakallahumma Wa Bihamdika Allahummaghfirlii dalam ruku'nya dan sujudnya, beliau mentakwilkan Al-Qur-an." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim).
Dikatakan bahwa ada riwayat dari 'A-isyah yang menunjukkan bahwa Rasulullah sejak turunnya surat An-Nashr -yang artinya: "Hendaklah engkau mengucapkan tasbih dengan memuji Rabbmu dan memohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat." (TQS. An-Nashr 110:3)-, waktu ruku' dan sujud beliau shallallahu 'alaihi wa sallam selalu membaca do'a ini hingga wafatnya.

SEBELUM TURUN QS 110:3 BACAAN NABI saw, sebagai berikut::

1. SUBHAANA RABBIYAL 'ADHZIM 3 kali atau lebih (Berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain).

Yang artinya:
"Maha Suci Rabbku, lagi Maha Agung."
2. SUBHAANA RABBIYAL 'ADHZIMI WA BIHAMDIH 3 kali (Berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ad-Daroquthni dan Al-Baihaqi).


Yang artinya:
"Maha Suci Rabbku lagi Maha Agung dan segenap pujian bagi-Nya."
3. SUBBUUHUN QUDDUUSUN RABBUL MALA-IKATI WAR RUUH (Berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).


Yang artinya:
"Maha Suci, Maha Suci Rabb para malaikat dan ruh."

Setelah turun ayat An-Nashr 110:3,

maka bertasbihlah dengan memuji Allahmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Jadi, Hadist yang menunjukkan bermacam bacaan ruku’ & sujud tersebut termasuk hadist mansukh (terhapus) setelah turun ayat 103:3

Yang Dilarang Ketika Ruku'
Larangan disini adalah larangan dari Rasulullah bahwa sewaktu ruku' kita tidak boleh membaca Al-Qur-an. Berdasarkan hadits:
"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang membaca Al-Qur-an dalam ruku' dan sujud." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah)
"Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur-an sewaktu ruku' dan sujud…" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).

K. I’'TIDAL DARI RUKU'
Cara i'tidal dari ruku'

Setelah ruku' dengan sempurna dan selesai membaca do'a, maka kemudian bangkit dari ruku' (i'tidal). Waktu bangkit tersebut membaca (SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH) disertai dengan mengangkat kedua tangan sebagaimana waktu takbiratul ihrom. Hal ini berdasarkan keterangan beberapa hadits, diantaranya:
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentang kedua pundaknya, hal itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk dan ketika mengangkat kepalanya (bangkit ) dari ruku' sambil mengucapkan SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH…" (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Malik).

Yang Dibaca Ketika I'tidal dari Ruku'
SB 403
BM 315-316 Dari Abi Hurairah. Ia berkata: Adalah Rasulullah saw. Apabila berdiri kepada sholat ia bertakbir ketika berdiri, kemudian ia bertakbir ketika ruku’, kemudian ia ucapkan : Sami’allahuliman hamidah, artinya Mudah-mudahan Allah memperkenankan bagi orang yang memuji-Nya. Ketika ia angkat belakangnya dari ruku’ kemudian ia ucap, setelah berdiri,


RABBANAA WALAKAL HAMD (Rabbku, segala puji kepada-Mu) , kemudian ia bertakbir ketika turun ke sujud, kemudian ia bertakbir ketika mengangkat kepalanya, kemudian ia bertakbir ketika sujud(lagi), kemudian ia bertakbir ketika bangkit, kemudian ia berbuat demikian di dalam semua sholat dan ia bertakbir, ketika bangkit dari dua raka’at setelah duduk (at-Tahiyat auwal) --- Muttafa’alaih)
Cara I'tidal

SM 428-429 – Jangan mendahului gerakan imam

Adapun dalam tata cara i'tidal ada dua pendapat, pertama mengatakan sedekap dan yang kedua mengatakan tidak bersedekap tapi melepaskannya.

Keterangan untuk pendapat pertama: Kembali meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri atau menggenggamnya dan menaruhnya di dada, ketika telah berdiri (lihat gambar). Hal ini berdasarkan nash dibawah ini:
Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam An-Nasa-i yang artinya: "Ia (Wa-il bin Hujr) berkata: "Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila beliau berdiri dalam sholat, beliau memgang tangan kirinya dengan tangan kanannya."
Berkata Al-Imam Al-Bukhari dalam shahihnya: "Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, ia berkata dari Malik, ia berkata dari Abu Hazm, ia berkata dari Sahl bin Sa'd ia berkata: "Adalah orang-orang (para shahabat) diperintah (oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ) agar seseorang meletakkan tangan kanannya atas lengan kirinya dalam sholat." Komentar Abu Hazm: "Saya tidak mengetahui perintah tersebut kecuali disandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ."

Dan sudah dimengerti bahwa Sunnah (Nabi) menjelaskan orang sholat dalam ruku' meletakkan kedua telapak tangangnya pada kedua lututnya, dan dalam sujud ia meletakkan kedua telapak tangannya pada bumi (tempat sujud) sejajar dengan kedua bahunya atau telinganya, dan dalam keadaan duduk antara dua sujud begitu pun dalam tasyahud ia meletakkannya di atas kedua pahanya dan lututnya. Dalam rincian Sunnah tersebut tidak tersisa kecuali dalam keadaan berdiri. Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwasanya maksud dari hadits Sahl diatas adalah disyari'atkan bagi Mushalli ketika berdiri dalam sholat agar meletakkan tangan kanannya atas lengan kirinya. Sama saja baik berdiri sebelum ruku' maupun sesudahnya. Karena tidak ada riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membedakan antara keduanya, oleh karena itu barangsiapa membedakan keduanya haruslah menunjukkan dalilnya.

Kembali pada kaidah ushul fiqh: "asal dari ibadah adalah haram kecuali ada penunjukannya" Disamping itu ada pula ketetapan dari hadits Wa-il bin Hujr pada riwayat An-Nasa-i dengan sanad yang shahih: Bahwasanya apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri dalam sholat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya." Wallaahu a'lamu bishshawab.

Thuma-ninah dan Memperlama Dalam I'tidal
BM 235 Dari Zaid bin Arqam, bahwasannya ia berkata: Sesungguhnya di zaman Rasulullah saw kami biasa berkata-kata di dalam sholatnya yaitu seseorang dari kami berkata kepada shahabatnya tentang keperluannya, hingga turun al Baqarah : 238

Peliharalah semua sholat, dan sholat wusthaa . Berdirilah untuk Allah dengan khusyu'. Lalu kami kami diperintah supaya diam dan dilarang kami berkata-kata. (Muttafa’alaih, tetapi lafazh itu bagi Muslim)

SB 434 Diceritakan oleh Zaid bin Wahab ra., bahwa dia melihat seorang yang tidak sempurna ruku’ dan sujudnya (Tidak ada tuma’ninah) Katanya kepada orang itu, “Sesungguhnya engkau tidak sholat. Kalau engkau mati, maka engkau mati diatas agama yang bukan agama Muhammad saw.

SB 435 Diberitakan oleh Abu Hurairah ra., bahwa Nabi saw. Masuk ke dalam mesjid, kemudian masuk seorang laki-laki lalu dia sholat. Selesai sholat, orang itu datang dan memberi salam kepada Nabi saw. Nabi menolak orang itu dan bersabda, “Ulangilah solat anda kembali karena anda belum sholat!’. Maka diulangi sholatnya kembali , kemudian dia datang dan memberi salam kepada Nabi saw. Nabi menolak orang itu dan bersabda, “Ulangilah solat anda kembali karena anda belum sholat!’. Sampai tiga kali Nabi saw menyuruh orang itu demikian. Jawab orang itu, “ Demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan yang hak. Aku belum tahu cara sholat yang lebih baik dari itu. Karena itu ajarkanlah kepadaku.” Jawab Nabi saw., “ Apabila engkau berdiri hendak sholat, ucapkanlah takbir. Kemudian Baca ayat-ayat Qur’an yang mudah bagimu. Kemudian ruku’ sehingga engkau tenang dalam ruku’ itu, kemudian bangkit, dan berdiri lurus kembali. Sesudash itu sujud, sehingga engkau tenang dalam sujudmu itu. Sesudah itu bangkit, duduk, sehingga engkau teang dan tenteram dalam dudukmu itu. Kemudian engkau sujud, sehingga engkau tenang dalam sujudmu. Lakukanlah seperti itu setiap engkau sholat.”

L. SUJUD
Sujud dilakukan setelah i'tidal thuma-ninah dan jawab tasmi' (Rabbana WaLakal Hamd).

Caranya
Dengan mengangkat kedua tangan (setentang pundak atau daun telinga) seraya bertakbir, badan turun condong kedepan menuju ke tempat sujud, dengan meletakkan kedua lutut terlebih dahulu (lihat gambar 1) baru kemudian meletakkan kedua tangan (lihat gambar 2) pada tempat kepala diletakkan dan kemudian meletakkan kepala kepala dengan menyentuhkan/menekankan hidung dan jidat/kening/dahi ke lantai (tangan sejajar dengan pundak atau daun telinga).
Dari Wail bin Hujr, berkat, "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika hendak sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ad-Daarimy)
"Terkadang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan tangannya [dan membentangkan] serta merapatkan jari-jarinya dan menghadapkannya ke arah kiblat." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi)
"Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Tirmidzi)
"Terkadang beliau meletakkan tangannya sejajar dengan daun telinganya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa'i)

Cara Sujud
SB 302 Berita dari Anas ra. Dari nabi saw, sabdanya : “Sempurnakanlah sujudmu! Jangan meletakkan kedua lenganmu dalam sujud ke bumi seperti anjing. Dan apabila meludah ke hadapan atau ke kanan, karena anda sedang berbisik dengan Allah.”

SB 445 Dari Abbas bin Abdul Muthalib ra., katanya dia mendengar Rasulullah saw. Bersabda: “Apabila seseorang hamba sujud, maka sujud pula besertanya tujuh anggota tubuhnya, yaitu : muka, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua tumitnya.”

SB 450 Dari Maimunah ra. Isteri Nabi saw., katanya “ Apabila Rasulullah saw sujud, direnggangkannya kedua sikunya dari rusuk, sehingga kelihatan putih ketiaknya. Dan apabila beliau duduk antara dua sujud dan pada tasyahud awal, beliau duduk tenang si atas pahanya yang kiri.

BM 240 Dari Abi Qatadah. Ia berkata: Pernah Rasulullah saw. Sholat dengan mendukung Umamah binti Zainab yaitu apabila sujud ia letakkan-dia, dan apabila berdiri, ia dukung-dia(kembali). (Muttafa’alaih, dan bagi Muslim …padahal ia mengimami orang-orang di masjid)

BM 331 Saya lihat Nabi saw. Apabila sujud, ia letakkan dua lututnya sebelum dua tangannya (Dikeluarkan –dia oleh Empat”)

BM 317-319 Dari Ibnu Abbas. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: Aku diperintah bersujud atas tujuh tulang, atas dahi ; dan ia isyarat dengan tangannya kepada hidung dan dua tangan dan dua lutut dan ujung-ujung (jari) kedua tapak kaki (Muttafaq’alaih)

SM 444-447 Dari Abdullah bin Abbas ra., katanya Rasulullah saw., bersabda : Aku diperintahkan sujud dengan tujuh (7) anggota badan; yakni kening sekaligus hidung, dua tangan (dalam lafadhz lain; dua telapak tangan), dua lutut, jari-jari kedua kaki

> Thuma-ninah dan sujud dengan lama

Sebagaimana rukun sholat yang lain mesti dikerjakan dengan thuma-ninah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kalau bersujud baiasanya lama.
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan ruku', berdiri setelah ruku' dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir sama lamanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)

Sujud Langsung Pada Tanah atau Boleh Di Atas Alas
"Para shahabat sholat berjama'ah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada cuaca yang panas. Bila ada yang tidak sanggup menekankan dahinya di atas tanah maka membentangkan kainnya kemudian sujud di atasnya" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim)

Bacaan Sujud / Sujud Syahwi - Sama seperti bacaan ruku’
BM 314 Dari Aisyah. Ia berkata: Adalah Rasulullah saw menyebut didalam ruku’nya dan sujudnya :

SUBHAANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII
Yang artinya: "Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya, Allah ampunilah aku." (Muttafaq’alaih)

SM 436-449
Berdasarkan hadits dari 'A-isyah, bahwasanya dia berkata:
"Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak membaca Subhanakallahumma Wa Bihamdika Allahummaghfirlii dalam ruku'nya dan sujudnya, beliau mentakwilkan Al-Qur-an." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim).

Dikatakan bahwa ada riwayat dari 'A-isyah yang menunjukkan bahwa Rasulullah sejak turunnya surat An-Nashr -yang artinya: "Hendaklah engkau mengucapkan tasbih dengan memuji Rabbmu dan memohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat." (QS. An-Nashr 110:3)-, waktu ruku' dan sujud beliau shallallahu 'alaihi wa sallam selalu membaca do'a ini hingga wafatnya.

BANGUN DARI SUJUD PERTAMA
Setelah sujud pertama -dimana dalam setiap roka'at ada dua sujud- maka kemudian bangun untuk melakukan duduk diantara dua sujud. Dalam bangun dari sujud ini disertai dengan takbir , "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dari sujudnya seraya bertakbir" (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

M. DUDUK ANTARA DUA SUJUD
Duduk ini dilakukan antara sujud yang pertama dan sujud yang kedua, pada roka'at pertama sampai terakhir.

DUDUK DI ATAS DUA TUMIT (DUDUK IQ’AK)
SM 491 Dari Thawus ra., katanya “Kami bertanya kepada Ibnu ‘Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit. Jawab Ibnu Abbas, : Hukumnya SUNNAH .” Kata kami, “Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.” Jawab Ibnu Abbas, “Tetapi, begitulah sunnah Nabi saw”

BM 284 (lihat hal.14 … dan ia hadapkan ujung-unjung jari dua kakinya ke qiblat;)

Hal ini berdasar hadits:
Dari 'A-isyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim) *Komentar Syaikh Al-Albani: duduknya syaithan adalah dua telapak kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan menekan dilantai.

Dari Rifa'ah bin Rafi' -dalam haditsnya- dan berkata Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam : "Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu yang kiri." (Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadhz Abu Dawud)

Bacaannya
BM 322 Dari Ibnu Abbas, bahwasanya adalah Nabi saw ucap diantara dua sujud


ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAHDINII WA 'AAFINII WARZUQNII
Yang artinya: Hai Allah! Ampunkan aku dan rahmati aku dan pimpin aku dan pelihara aku dan kurniakan aku. (Diriwayatkan oleh Empat kecuali Nasa’I, tetapi lafazh itu bagi Abu Dawud, dan disahkan-dia oleh Hakim)

Thuma-ninah dan Lama
Lihat tata cara ruku' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sholat.

MENUJU ROKA'AT BERIKUTNYA
Pada masalah ini ada dua tempat/kondisi, yaitu bangkit menuju roka'at berikut dari posisi sujud kedua -pada akhir roka'at pertama dan ketiga- dan bangkit dari posisi duduk tasyahhud awal -pada roka'at kedua.

Diselai duduk istirahat
BM 323 Dari Malik bin Huwairits bahwasanya di melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sholat, maka bila pada roka'at yang ganjil tidaklah beliau bangkit (berdiri) sampai duduk terlebih dulu dengan tetap lurus." (Diriwayatkan-dia oleh Al-Bukhari)

> Bangkit/bangun dari sujud untuk berdiri (dari akhir roka'at pertama dan ketiga) didahului dengan duduk istirahat, bangkit berdiri seraya bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan. Ketika bangkit bisa dengan tangan bertumpu pada lantai atau bisa juga bertumpu pada pahanya.

Tangan bertumpu pada satu pahanya
Dari Wail bin Hujr dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ,berkata (Wa-il); "Maka tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersujud dia meletakkan kedua lututnya ke lantai sebelum meletakkan kedua tangannya; Berkata (Wa-il): Bila sujud maka …..dan apabila bangkit dia bangkit atas kedua lututnya dengan bertumpu pada satu paha." (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud)

Tangan bertumpu pada lantai (tempat sujud)
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertumpu pada lantai ketika bangkit ke roka'at kedua. (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari)

N. TASYAHUD
Bacaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir SAMA… dari Attahiyatullillahi washshalawatu waththayyibatu … sampai … innaka hamidun majid

DUDUK TASYAHUD AWAL
Duduk iftirasy (duduk dengan meletakkan pantat pada telapak kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan) (lihat gambar) dan duduk iq'ak (duduk dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diatas tumit, dalam duduk diantara dua sujud, hal.26).


DUDUK TASYAHUD AKHIR
Duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian mendudukkan pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua paha. Lalu membaca tasyahhud, serta membaca shalawat kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam

SM 356-361 Dari Abdullah ra., katanya Kami pernah membaca ketika sholat di belakang Rasulullah saw.,…. …Karena itu apabila kami duduk (tasyahud) dalam sholat, maka bacalah : “Attahiyatu lillahi, washshalawatu waththayyibatu
Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuhu
Assalamu’alaina wa’ala ‘ibadillahish shalihin , Ucapan ini meliputi bagi semua orang saleh, baik di langit dan di bumi Asyhadu alla ilaaha illallah, Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluhu (Segala kehormatan hanya untuk Allah semata-mata, begitu pula segala do’a dan ucapan yang baik. Keselamatan untukmu, wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan berkat daripadaNya. Keselamatan bagi kami dan bagi semua orang yang saleh. Aku mengaku tidak ada Allah selain allah. Dan aku mengaku bahwa Muhammad itu hambaNya dan rasulNya)

SM 361 Membaca shalawat
Dari Abu Mas’ud Al Anshari ra., katanya : “Ketika kamiu sedang berada di dalam masjid Sa’ad bin “Ubbadah, sekonyong-konyong Nabi saw datang. Basyir bin Sa’ad bertanya kepada beliau, “Allah ta’ala memerintahkan kami supaya beshalawat kepadamu. Bagaimana caranya kami bershalawat itu ya Rasulullah?” Kata Abu Mas’ud, “Rasulullah saw. Diam saja, tidak segera menjawab. Sehingga kami mengira, mungkin beliau tidak menyukai pertanyaan kami itu.” Kemudian beliau bersabda, “Ucapkanlah:
“Allahumma shalli ‘ala Muhammad, wa’ala ali Muhammad,Kama shallaita ‘ala aali Ibrahim.
Wabaarik ala Muhammad, wa’ala aali Muhammad, Kama baarakta ‘ala aali Ibrahim
Fil’alamina innaka hamidun majid”
Artinya : Wahai Allah! Limpahkanlah rahmatMu kepada Muhammad,s ebagaimana engkau melimpahkannya kepada keluarga Ibrahim
Dan Limpahkanlah berkatMu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkannya kepada keluarga Ibrahim. Di alam semesta ini sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

DOA SEBELUM SALAM

BM 341 Dari Sa’d bin Abi Waqqash, bahwasanya adalah Rasulullah saw. Di belakang tiap-tiap sholat berlindung dengan (do’a): Allahumma inni a’udzubika minal bukhli, wa a’uudzubika minal jubni, wa’audzubika hin an uradzdza ila ardzalil’umur, wa’audzubika min fitnatidunyaa, wa a’udzubika min ‘adzabil-qabri, yang artinya:
Hai Allah, Aku berlindung kepada-Mu daripada kebakhilan, dan aku berlindung kepadaMu daripada kebaculan, dan aku berlindung kepadaMu daripada sampai umur pikun, dan aku berlindung kepadaMu daripada cobaan hidup, dan aku berlindung kepadaMu dari adzab siksa qubur. (Diriwayatkan-dia oleh Bukhari)

BM 337 Dari Abi Hurairah. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: Apabila bertasyahud seseorang daripadamu, hendaklah ia berlindung kepada Allah daripada empat (yaitu) ia berkata: allahuma inni a’udzubika min adzabai jahannam, wa min ‘adzaabilqabri, wa min ghitnatil mahyaa wal mamaati, wa min ghitnatilmasyiihiddajjal yang artinya:
Hai Allah! Aku berlindung kepadaMu daripada Adzab jahanam, dan dari adzab qubur, dan dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah dajjal yang buta sebelah (Muttafaq’alaih)

SB 454 Aisyah ra., isteri Nabi saw. Menceritakan, bahwasannya Nabi saw mendo’a dalam sholat. Do’anya : “ Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabil qabri, waa’udzubika min fitnatil masihid dajjaal, wa a’udzubika min fitnatil mahyaa wa fitnaatil mamati. Allahuma inni a’udzubika minal ma’tsam wal maghram yang artinya :
Wahai Allah! Aku berlindung dengan Engkau dari siksa qubur, dan aku berlindung dengan Engkau dari fitnal dajjal, dan aku berlindung dengan engkau bencana kehidupan dan dari bencana kematian. Wahai Allah! Aku berlindung dengan Engkau dari segala dosa dan ebncana hutang)
Sesorang bertanya’ “ mengapa sering benar Tuan meminta perlindungan dari bencana hutang.
Jawab Nabi, “Sesungguhnya apabila seseorang telah berhutang, biasanya apabila dia berkata, dusta. Dan, apabila dia berjanji, dia mangkir.”

SB 455 Abu Bakar Shiddiq ra., menceritakan, bahwa dia berkata kepada Rasulullah saw., “Ajarkanlah kepadaku, ya, Rasulullah, do’a apa yang harus kubaca dalam sholat
Jawab Nabi,”Bacalah! Allahumma inni zhalamtu nafsi shulman katsiran, wala yaghfirudz dzunuba illa anta, faghfirli maghfiratan min ‘indika wahammi innaka anatal ghafurur rahuim, yang artinya Wahai Allah! Bahwasannya ku aniaya terhadap diriku sendiri dengan penganiayaan yang banyak. Tidak ada yang berhak mengampuni aku melainkan hanya Engkau. Karena itu ampunilah aku sebenarnya dari Engkau. Dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

O. SALAM
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk tasyahhud akhir setelah membaca do'a minta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan do'a lainnya.
"Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (yaitu sholat) adalah mengucapkan salam." (Hadits dikeluarkan dan disahkan oleh Al Imam Al-Hakim dan Adz-Dzahabi)

Caranya
Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya mengucapkan do'a salam kemudian ke kiri.
Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)


BM 338 Dari Wa-il bin Hujr. Ia berkata: Aku telah sholat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka adalah beliau memberi salam ke sebelah kanan dan kirinya :

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi WaBarakatuh."
Yang artinya mudah-mudahan sejahtera (bercucuran) atas kamu dan rahmat Allah dan kurnia-kurnia-Nya (Diriwayatkan-dia oleh Abu Dawud dengan sanad yang sahih).

SM 538-539 Dari Abu Ma’mar ra., katanya “Seorang Amir di Mekah menyudahi sholat dengan dua kali salam. Maka bertanya ‘Abdullah, “Dari mana anda memeperoleh cara begitu?” Kata Al Hakam di dalam hadisnya, “ Sesungguhnya Rasulullah saw. Melakukan seperti itu
Dari Amir bin Sa’ad ra., dari bapaknya, katanya “Aku melihat Rasulullah saw. Memberi salam ke kanan dan ke kiri, sehingga terlihat olehku putih pipinya

Gerak yang dilarang
Sering terlihat orang yang mengucapkan salam ketika menoleh ke-kanan dibarengi dengan gerakan telapak tangan dibuka kemudian ketika menoleh ke kiri tangan kirinya di buka. Gerakan tangan ini dilarang oleh shallallahu 'alaihi wa sallam.

SM 384 Dari Jabir bin Samurah ra. Katanya : “Kami pernah menyudahi sholat kami ketika sholat bersama-sama Rasulullah saw. Dengan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum warahmatullahi “ sambil memberi isyarat dengan tangan ke kanan dan ke kiri. Maka bersabda Rasulullah saw., “Mengapa anda memberi isyarat dengan tangan (ketika mengucap salam) seperti ekor kuda binal? Sesungguhnya sudah cukup kalau anda letakkan tangan anda di atas paha, lalu ucapkan salam kepada saudara yang ada di kanan dan kiri anda

P. DZIKIR SETELAH SHOLAT

BM 343 Dari Abi Hurairah, dari Rasulullah saw. Ia bersabda: barangsiapa mengucap Subhanallah dibelakang tiap-tiap sholat 33 kali, dan mengucap Alhamdulillah 33 kali, dan mengucap AllahuAkbar 33 kali, maka yang demikian (jadi 99 kali), dan mengucap penyempurna seratus La ilaha illallah. Niscaya diampunkan dosa-dosanya, walaupun sebanyak busa di laut. (Diriwayatkan-dia oelh Muslim: dan di satu riwayat lain bahwa takbir itu 34 kali)

QS 7: 55

Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas .

QS. 7:205

Dan sebutlah Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai.

QS 50:16


Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,


DAFTAR PUSTAKA:

AL QUR’AN & Terjemahan. Departemen Agama RI.

BULUGHUL MARAM / Ibnu Hajar Al Asqalani ; penerjemah beserta keterangannya A. Hasan. 10th print. Bandung, Diponegoro, 1984.

SHAHIH BUKHARI, atau Kitab “Al Djami’us Shahih”/ Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ismail ; penterjemah Zainuddin Hamidy et al. Jakarta: Fa. Wijaya /Wicaksana, 1992

SHAHIH MUSLIM, / Imam Muslim bin Hajjaj Al Qusyairy An Nisabury ; penerjemah Ma’mur Daud ; pentahsih Syekh H. Abd. Syukur Rahimy. 5th print. Jakarta: Fa. Widjaya, 2003