Jumat, 06 Februari 2009

hadist dakwah

SHOLAT, ZAKAT DAN JUJUR DIPANDANG DARI PERSEPEKTIF DAKWAH
Biqolam: Apriyanto
 Pembukaan
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, dan khususnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang mengulas tentang solat, zakat dan berbuat jujur kepada semua muslim yang dipandang dari kaca mata dakwah, dan kami harap anda bisa mengambila manfaat dari makalah yang telah kami susun. Dan syalawat beserta salam mudah-mudahan selalu tercurahkan kepada panutan alam khairul ‘Anbiya Wal Imamu Rasul Muhammad Saw, beserta para keluarganya sahabatnya dan semua mengikuti risalahnya sampai akhir zaman. Amien

 Matan hadist
عن جرير بن عبد الله يقول با يعت رسول الله صل الله عليه وسلم علي اقام الصلاة وايتاء الزكاة والنصح لكل مسلم )رواه البخاري في باب البيان ان الدين النصحة رقم 199/(
“Dari Jabir bin Abdullah, saya berjanji dengan rasulullah Saw,akan menegakkan solat, membayar zakat dan berlaku jujur(menasehati) terhadap sesama muslim”.(HR.Muslim)
 Ayat-ayat Al-Qur’an yang senada dengan hadist diatas

  ••      •         
” (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Surat al-haj:41)

  •  ••                     
“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Surat al-imran :110)
       •    
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Surat al-baqoroh:153)

    •     
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'” (Surat al-baqoroh :45)

          •        
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan, dan mensucikan, mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (Surat At-taubah:103
 Hadist-hadist yang senada dengan hadist diatas

 Pemahaman yang komprehensip terhadap ibadah
Sebelum membahas secara terperinci seputar pengaruh dan manfaat ibadah yang akan kami bahas terhadap seorang da’I dan mad’u , terlebih dahulu kami akan menjelaskan pemehaman yang komprehensip terhadap ibadah yang dimaksudkan oleh Allah dalam sebuah ayatnya, yang mengatakkan “ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia selain mnyembah kepada-Ku” Kami tegaskan bahwa ibadah bukan hanya terbatas kepada apa yang telah jelaskan oleh Allah, seperti yang terdapat dalam rukun islam seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Tetapi maksudnya ialah hendaknya kita menjadikan semua aktipitas yang kita lakukan dalam kehidupan ini bernilaikan ibadah atau sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

 Memahami eksistensi solat, zakat dan jujur(nasehat)
\



Sholat merupakan salah satu kewajiban seorang muslim, sebuah ibadah yang mulia yang mempunyai peran penting bagi keislaman seseorang, sehingga nabi mengibaratkan sholat dan zakat sebagai pondasi dalam sebuah bangunan, sebagaiman sabda Rasulullah Saw.

بني الاسلا م على خمس شهدة ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله واقام الصلاة وايتاء الزكاة رواه بخارى و مسلم

Begitu juga dengan berbuat jujur, yaitu dalam berbagai hal seperti halnya, jujur dalam berkata, jujur dalam perbuatan, dalam segala hal, dan termasuk didalamnya, yang khususnya bagi seorang dai agar jujur dalam berdakwah dengan kata lain yaitu ucapannya sesuai dengan apa yang dia ucapkan. mengetakan yang hak adalah hak dan yang batil adalah batil, yang hak harus tetap ditegakkan dan yang batil harus dilenyapkan, dan apabila seorang dai telah melakukan hal tersebut, patutlah ia dikatakan termasuk khairu ummah. Sebagaimana firman Allah:
  •  ••        
“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”


 Manfaat dan pengaruh sholat bagi ahlaq seorang da’I dan mad’u
1. Sholat adalah simbol ketenangan
Sholat mennjukkan ketenangan jiwa dan kesucian hati parapelakunya, ketika menegakkan sholat dengan sebenarnya, maka diraihlah puncak kebahagian hati dan sumber segala ketenangan jiwa, dahulu orang-orang sholeh, mendapatkan ketenangan dan pelepas segala permasalahan ketika mereka tenggelam dalam kekhusukan sholat.
Diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam sunannya:
Suatu hari Abdullah Bin Muhammad Al- Hanafiyah, pergi bersama bapaknya menjenguk saudara mereka dari kalangan anshar, kemudian datanglah waktu sholat, diapunmemanggil pelayannya,”wahai palayan, Ambillah air wudhu, semoga dengan sholat aku bisa beristirahat,” aku mendengan Rasulullah bersabda,” berdirilah bilal, istirahatkanlah kami dengan sholat”
Sebagai seorang da’I kita harus banyak mengintropeksi diri, sudahkah kita merasakan ketenangan dan ketenraman didalam sholat kita?? Dan sudah banyak sholat yang kita tunaikan selama ini, tetapi pernah kita perpikir apa manfaat sholat untuk kita?? Apabila belum marilah kita tumbuhkan kekhusukan didalam diri kita karena sholat adalah symbol ketengan dalam diri seseorang, sholat adalah wasilah bagi seorang dai untuk selalu menenangkan diri dan menentramkan hatinya, karna kita ketahui bersama didalam kehidupan para dai sudah menjadi sunnatullah sebuah peromlema dakwah, karena setiap ada yang baik pasti ada yang menghalanginya, jadi ketika seorang dai menghadapi hal yang demikian dia akan secapat mungkin menemukan wasilah untuk menenangkan diri.
Ketika seorang tabi’in yang bernama Sa’id Bin Musayyib mengeluhkan rasa sakit dimatanya, maka para sahabat berkata,” seandainya kamu mau berjalan-jalan melihat pemandangan wadi aqiq, pastila akan meringankan sakitmu.”, tetapi ia menjawab,”lalu apa gunanya aku sholat isya’ dan subuh,??.
Demikianlah generasi terdahulu dari ummat yang memposisikan sholat dalam kehidupan mereka, bagi mereka sholat adalah obat segala problemetika. Jadi, kita sebagai penerus dari perjuangan mereka haruslah mencontoh bagaiman cara mereka memposisikan sholat dalam kehidupan mereka, agar segala bentuk problemetika dalam menjalankan dakwah ilaAllah kita selalu menemukan kebahagian dan ketentraman.

2. Sholat adalah cahaya
Ambillah cahaya dari sholat, ingatlah, cahaya sholat bukanlah cahaya biasa, dia cahaya yang diberikan oleh penguasa alam semesta ini, diberikan untuk menunjuki kejalan yang lurus, yaitu jalan ketaatan kepada Allah rabbul ‘alamin.
Dalam sebuah yang diriwayatkan oleh imam Muslim, dari sahabat abu malik al-Asy’ari, rasulullah bersabda” sholat itu adalah cahaya”. Oleh karena itu, marilah menengok diri kita, sudahkan sholat itu menerangi sholat kita?? Dan sungguh sangat mudah untuk mengetahui apakah sholat itu membawa cahaya bagi kita?? Caranya mudah, dapat kita lihat apakah sholat membawa kita kepada ketaatan atau kemaksiatan, dan apabila dia membawa kita kepada ketaatan berarti sholat itu telah memberi cahaya bagi kehidupan kita, namun jika tidak berarti sholat kitalah yang harus dipertanyakan.

3. Sholat sebagai obat dari kelalaian
Lalai adalah penyakit yang berbahaya yang menimpa kehidupan kita, tidak terkecuali juga kehupan para da’I, lalai dapat mengantarkan manusia pada kesatan, dan menjadikan manusia tenggelam didalamnya, dan kita akan menanggung akibat dari kelalaian kita didunia dan akhirat kelak, dan kelalaian adalah menjadi penutup dan menutupi hati kita, hati yang tertutup oleh kelalaian akan mengakibatkan sulitnya kebaikan akan masuk kepada diri kita. Dan sebaliknya, menegakkan sholat sesuai dengan syarat dan rukunnya, dengan menjaga sunnah dan khusu’ didalamnya, insyaAllah akan menjadi obat yang paling mujarab dari sebuah kelalaan, dan memberihkan hati dari kotoran-kotoran yang akan menutupi hati. Allah berfirman:

                
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai”

Berkata imam mujahid” waktu pagi adalah sholat subuh dan waktu petang adalah sholat Ashar” rasulullah bersabda:

من حافظ على هؤلاء الصلوة المكتوبات لم يكتب من الغا فلين رواه ابن حزيمة وابن حبان
“Barang siapa yang menjaga sholat-sholat wajib maka ia tidak akan ditulis sebagai orang yang lalai” (HR.ibnu huzaimah dan ibnu hibban)

4. Sholat menjadi solusi problematika hidup
Sudah menjadi sifat dasar menusia ketika dia tertimpa musibah dan cobaan, dia akan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahannya, begitu juga dengan para dai ketika mereka terjun ketengah masyarakat sudak menjadi sunnatullah problem baginya, maka dari itu tidak ada cara yang lebih manjur dan lebih hebat untuk menyelesaikan permasalahan dari pada sholat, sholat adalah sebaik-baik solusi dalam menghadapi berbagai macam permasalahan dan cobaan dalam kehidupan ini, dan sholat adalah wasilah yang terbaik bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena Allah adalah maha mengabulkan doa dan pemberi kelapangan bagi siapa saja yang meminta kepadanya, dan tempat yang paling baik untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah pada saat sujud, Rasulullah bersabda:

اقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد فاءكثروا الدعاء ) رواه مسلم(
“posis yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya yaitu ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa”(HR.Muslim)
Inilah diantara manfaat yang sangat agung, yaitu mendekatkan diri dengan Allah, sang pemberi jalan keluar dari segala masalah, maka kita jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan mas ini. Jangan sampai kita lalai, dalam detik-detik sholat kita, solat bisa menjadi sarana menakjubkan untuk mendatangkan pertolongan dan dukungan dari Allah, dalam kisah nabi yusup Allah menceritakan, sebagaiman yang terdapat dalam surat As-Shaffat: 143-144.

            
“Maka kalau Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allahniscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit”
Sahabat ibnu Abbas menefsirkan” banyak mengingat Allah” dengan menegakkan sholat. Sahabat huzaifah pernah bercerita tentang nabi, beliau berkata” dahulu jika nabi tertimpa suatu urusan maka beliau melaksanakan sholat”.

5. Sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar
Sebagaimana yang kita fahami, bahwasanya sholat akan membawa cahaya yang akan menunjukkan pelakunya pada ketaatan, bersama dengan itu, maka shoay akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji ddan mungkar.sebagaiman firman Allah dalm surat Al-Ankabut:45
         
Ketika menafsirka ayat ini Ibnu Abbas mengatakan:” dalam sholat terdapat larangan dan perintah dari maksiat kepada Allah” dan hal inilah yang harus kita fahamkan pada diri kita dan kepada mad’u kita nantinya agar sholat kita menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar.

6. Sholat menghapuskan dosa
Selain mendatangkan pahala bagi pelakunya, sholat jaga penghapus dosa, sebagainam sabda Rasulullah;

ارءيت لو ان نهرا بباب احدكم يغتسل فيه كل يوم خمسا ما تقول ذلك يبقي من درنه قالوا لايبقي من درنه شيءا قال فذلك مثل الصلوات الخس يمحو الله به الخطا يا


 hikmah dan pengaruh zakat bagi seorang da’I dan mad’u
Dari berbagai tuntunan Al-Qur’an dan Hadist, ulama fiqih telah menetapkan bahwa diantara hikmah dan pengaruh zakat ialah; tetapi akan kami lebih spesipikkan pmbahasan ini dipandang dari kaca mata dakwah yang menyangkut kepada da’I dan Mad’u.
a. memelihara harta orang kaya dari penyalah gunaan.
Dan kaitannya dengan da’I dn mad’u ialah,sebagai seorang da’I ia harus pahamkan selai pada dirinya sendiri ia juga harus memahamkan pada mad’u bahwa kegunaan zakat ialah menjaga diri kita dan harta kita dari siksa dan penyalah gunaan terhadap harta tersebut.
b. Membersihkan sifat kikir dan pelit, sehingga kita menyadari bahwa zakat bukan hanya kewajiban, tetapi juga tanda solidaritas sosial kepada sesame.
c. Membersihkan harta yang diperoleh yang mungkin didapat dari hasil kekhilapan yang tidak disengaja. Dan perlu diketahui yang haram tetaplah haram dan tidak akan berubah sesuatu yang haram menjadi, begitu pula selanjutnya.
d. Menunjukkan syukur nikmat kepada Allah Swt.
Sebagai seorang dai, sudah menjadi kewajiban kita untuk menesehati mad’u, terutama dalam soal harta. Seorang dai haruslah memberikan pemahaman kepada mad’u agar menggunakan hartanya, sesuai dengan tuntutan stariat yaitu dikeluarkan zakatnya jika sudah mencapai ketentuan yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist, tapi
 Manfaat dan pengaruh jujur terhadap seorang da’I dan mad’u
Seorang da’I haruslah bersifat jujur, baik jujur dalam perkataan, perbuatan dan niat dan ‘azam.
1. Shidiq dalam ucapan
Yang dimaksud dengan Shidiq dalam ucapan adalah menetapnya lisan dalam mengatakan sesuatu atau hal-hal yang benar. Seperti halnya tangkai pohon yang selalu berada di batang pohonnya.
2. Shidiq dalam berbuat
Shidiq dalam berbuat adalah menetapnya seseoarng dalam mengerjakan suatu perkara yang diperintahkan.
3. Shiidiq dalah hal ihwal
Ketiga bentuk shidiq di atas semuanya menjadikan Abu Bakar ra. Memperoleh atau diberi gelar oleh Nabi Swa dengan gelar Ashidiq.

4. Shidiq dalam niat dan kemauan
Hal ini kembali kepada keihlasan yaitu tidak adanya pendorong dalam berbagai gerak dan diamnya kecuali Allah Swt. Jika keihlasan itu dicampuri oleh kotoran dari kepentingan nafsu maka batallah shidqun-niyah sedangkan orangnya bisa disebut sebagai pendusta. Sebagian Ulama mengatakan, ‘’ shidiq adalah keshahihan tauhid dalam tujuan.’’ Sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Munafiqun ayat 1 yang berbunyi;

     •      •    •   
Artinya : ``Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah".dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.``

5. Shidiq dalam `azam (tekad)
Seseorang kadang mendahulukan `azam (tekad) dari amal perbuatan lalu berkata dalam dirinya,`` jika Allah mengaruniakan harta kepadaku niscaya aku akan mengimfaqkan semuanya atau separuhnya. Jika Allah mengaruniakan kekuasaan kepadaku niscaya aku akanberbuat adil dan tidak bermaksiat kepada Allah dengan berlaku zalim dan cenderung kepada mahluk.’’ Tekad ini terkadang mendapat dukungan dari dalam dirinya sehingga menjadi tekad yang benar (shadiq)dan terkadang dalam tekadnya itu terdapat semacam kecenderungan, keraguan dan kelemahan yang bertentangan kebenaran tekadnya.
6. Shidiq dalam menepati tekad
kadang-kadang jiwa sangat dermawan dengan tekad seketika, karena untuk berjanji dan bertekad memang tidak ada kesulitan dan beban. Tetapi jika telahsampai pada realitas yang sebenarnya dan sahwat-pun bergejolak maka tekad itu-pun memudar dan syahwat-pun mendominasi sehingga ia tidak mampu menepati tekadnya.hal ini bertentangan dengan sikap shidiq yang seharusnya dipenuhi.
Hendaklah seorang da’I yang mengemban tugas amar ma’ruf nahi mungkar, melaksanakannya dengan hanya mengharap ridha Allah dan melaksanakan perintahnya, bukan karena mencari ketenaran, ketinggian, dan kepentingan lain yang bersifat duniawi. Seorang dai haruslah marah ketika menyaksikan kehormatan Allah dinjak-injak, dan memberi nasehat kepada kaum muslimin karena kasih sayang kepada mereka, karena takut mereka mendapat murka dari Allah. Baik di dunia dan akhirat, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Nuh ketika berda’wah. Seorang da’i semua tindakannya haruslah mengharapkan pahala di sisi Allah dan takut kepada azab Allah ketika melalaikan kewajiban da’wahnya.

. Kebaikan Dengan Nasehat

1. Penertian nasehat
Kata nasihat berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja nashaha yang berarti murni atau bersih dari segala kotoran, tetapi bisa juga berarti menjahit. Imam Al-Khaththabi r.a. menjelaskan arti kata nasihat sebagaimana dinukil oleh Imam Ibnu Rajab r.a. dalam kitabnya, Jami'atul Ulum wal-Hikam, "Nasihat adalah kata untuk menerangkan suatu pengertian, yaitu keinginan kebaikan untuk orang yang dinasihati."

Adapun sabda Rasulullah saw. bahwa din itu adalah nasihat, hal itu bukan berarti bahwa nasihat itu merupakan keseluruhan dari din ini, tetapi maknanya sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Daqiqil Ied dalam syarah Al-Arbain an-Nawawiyah bahwa nasihat itu merupakan tiang serta tonggak dari din ini, sebagaimana sabda beliau, "Haji itu Arafah."

Allah swt berfirman :
         
‘Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS. Al-asyr, 3)


Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dariy r.a., bahwasanya Nabi saw. bersabda yang artinya, "Din itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Kepada siapa?" Beliau menjawab, "Kepada Allah, kepada kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada pemimpin kaum muslimin, dan kepada segenap kaum muslimin pada umumnya." (HR Muslim)

2. pengertian nasehat kepada kitab Allah
Imam Al-Khaththabi rhm. berkata, "Hakikat kata kepada Allah sesungguhnya kembali kepada hamba itu sendiri dalam nasihatnya kepada diri sendiri, karena Allah tidak membutuhkan nasihat."

Pengertian nasihat kepada Allah adalah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, baik perintah yang wajib maupun yang sunah, begitu pula meninggalkan larangan yang makruh, lebih-lebih yang haram.

Dan, kewajiban yang paling utama adalah mentauhidkan Allah. Setiap muslim wajib meyakini bahwa Allah adalah pencipta, pemilik, pemelihara, dan pengatur. Dialah yang menghidupkan dan mematikan serta memberi rezeki kepada kita semua.

Apabila demikian keadaannya, wajib bagi setiap muslim beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Ia harus meyakini tidak ada yang dapat memberikan manfaat atau madarat, kecuali Allah semata. Dia harus mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya sesuai yang ditetapkan Allah dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya, tanpa mengubah arti yang sesungguhnya, tanpa mengingkarinya, tanpa menyerupakan dengan makhluk-Nya, dan tanpa menanyakan kaifiyahnya (bagaimananya). Inilah yang dipahami oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya serta orang-orang yang beriman yang mengikuti jejak mereka. Barang siapa mengikuti jalan selain jalan mereka, maka orang tersebut sesat dan diancam oleh Allah dengan api neraka Jahannam.

Allah berfirman, "Dan barang siapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu. Dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (An-Nisa: 115).

Seseorang yang beribadah kepada Allah semata, ia pasti mencintai-Nya dan mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan azab dan siksa-Nya.

Imam Ibnu Qayim al-Jauziyah dalam kitabnya, Raudhatul Muhibbin wa-Nuzhatul Musytaqin, menerangkan tentang tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah, di antaranya tunduk dan patuh kepada Allah, selalu ingat kepada-Nya, mencintai apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa yang dibenci-Nya, lebih mengutamakan rida Allah daripada rida makhluk-Nya, sabar dan rida atas musibah yang menimpanya, memiliki kecemburuan terhadap Allah, yakni apabila dia akan marah jika aturan-aturan Allah dilanggar, selalu berupaya menegakkan agama Allah, berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah, berjihad di jalan Allah dengan harta maupun jiwanya.

3. Pengertian nasehat kepada kitab suci

Imam Muhammad bin Nashr al-Marwazi rhm. dalam kitabnya, Ta'dzimu Qadris Shalah, mengatakan, "Sedangkan nasihat kepada kitab Allah adalah dengan mengagungkan dan mencintainya. Karena, Alquran adalah kalamullah. Lalu, memiliki perhatian dan keinginan yang kuat untuk memahaminya, mempelajari dengan didasari rasa cinta kepadanya, serius dan penuh konsentrasi pada saat membacanya agar dapat memahami sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Selanjutnya, ia dituntut mengamalkan seluruh isi Alquran, berakhlak dengan akhlaknya dan beradab dengan adabnya, setelah itu ia harus menyebarluaskannya kepada manusia apa yang telah ia pahami."

Untuk memahami Alquran dengan pemahaman yang benar, seseorang haruslah memahami metode yang benar pula. Imam Ibnu Katsir rhm. menjelaskan dalam Muqaddimah Tafsir Alquran al-Adzim, "Sebenar-benar metode tafsir adalah penafsiran Alquran dengan sunah, penafsiran Alquran dengan ucapan para sahabat, dan penafsiran Alquran dengan ucapan tabi'in."

Adapun penafsiran Alquran dengan ra'yu (pendapat) semata hukumnya adalah haram. Demikian sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Islam Ibnu Taimiyah rhm. (Al-Muqaddimah fi Ushulit Tafsir).

4. Pengertian nasehat kepada Rasul
Setiap muslim harus mengetahui sejarah hidup Rasulullah saw. dan mengerahkan segala kemampuannya untuk taat, membela, dan menolongnya. Seseorang yang bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berarti dia harus membenarkan segala apa yang diberitakan beliau meskipun tidak masuk akal, menaati segala yang diperintahkannya dan menjauhi segala yang dilarangnya serta beribadah kepada Allah sesuai dengantuntunanbeliau.

Seorang muslim harus yakin pula bahwa Nabi Muhammad saw. mendapat hak dari Allah untuk mewajibkan atau mengharamkan sesuatu meskipun tidak terdapat dalam Alquran. (Ar-Risalah, Imam Syafii).

“dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”(QS. Al-A’rof:57)
Orang-orang yang menang adalah yang membawa kecintaan dan ketaatan pada jejak beliau, sedang orang-orang yang merugi adalah yang terhalang dari mengikuti ajarannya. Barang siapa taat kepada beliau, maka berarti taat kepada Allah; dan barang siapa menentangnya, berarti dia telah menentang Allah, dan kelak akan mendapat balasan.
5. Pengertian nasehat kepada para memimpin
Syekh Muhammad Hayat as-Sindy rhm. dalam kitabnya, Syarahul Arba'in an-Nawawiyah, berkata, "Yang dimaksud para pemimpin muslim adalah para penguasa mereka. Seorang muslim haruslah menerima, mendengar, dan taat kepada para penguasa selama yang diperintahkan bukan maksiat. Sebab, tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal kemaksiatan terhadap Allah Maha Pencipta. Tidak boleh memerangi mereka selama mereka belum kafir, berusaha memperbaiki keadaan mereka, meluruskan kesalahan mereka dengan jalan amar makruf nahi mungkar, mendoakan mereka agar mendapatkan kebaikan, karena kebaikan mereka berarti kebaikan bagi rakyat, dan kerusakan mereka berarti kerusakan bagi rakyat.
6. Pengertian nasehat kepada kaum muslimin secara umum
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Rasulullah saw. menggambarkan perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal cinta, kasih sayang, dan kelembutan antar-sesama mereka bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, seluruh tubuh merasakan sakit.

Seorang muslim haruslah mencintai kaum muslimin sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, turut serta memikirkan dan memudahkan urusan mereka, turut bersedih atas kesedihan mereka, tidak menipu mereka, tidak menzalimi mereka dalam bentuk apa pun, membela orang-orang yang dizalimi tanpa pamrih semata-mata mencari rida Allah, tidak menimbun barang sehingga harganya melambung tinggi, mengajak mereka ke dalam kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran dan kesesatan, mengasihi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua di antara mereka.

E. PENUTUP

ALLah swt berfirman :

  ••      •          
41. (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS AL-Hajj 41)

                                     
21. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. sekiranya tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Nuur 21)

Orang beriman yang diteguhkan kedudukan di muka bumi ini ialah mereka yag mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, sehingga terjauhkan dari langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.



DAFTAR PUSTAKA
 Insiklopedi hukum islam, PT. ikctiar Van Hoeve, Jakarta.
 Sa`id Hawa, Intisari Ihya` Ulumuddin Alghazali, ROBBANI PRESS, Jakarta.
 ibnuKatsir, tafsir Ibnu Katsir,
 Abu Daud, sunan Abu Daud, bab: Waktu Qiyamin Nabi.
 Thobary, tafsir thobari.
 Ibnu Huzaimah, bab:Jamaul abwab As-Sholah, bairut,.
 muslim, kitabus salat, bab: Ma Yaqaalu ‘inda Ruku’ Wa Sujud
 imam ahmad, syuabul imam, bairut.
 syaikh mustova mansyur, fiqh da’wah, Al-I’tishom cahaya umat, jilid.2(tjm).
 imam muslim,shohih muslim, bab bayan anna diynu nasihah(98/199), darussalam, bayrut(1419 H).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar