Kamis, 12 Februari 2009

HADITS KE-37; KEADILAN DAN KARUNIA ALLAH

Oeh:Apriyanto

1. PENDAHULUAN
Allah SWT memiliki sifat maha pengasih dan sifat maha penyayang yang Dia senantiasa berikan kepada hamba-hambanya yang patuh. Kedua sifat tersebut begitu sempurna bagi Allah dengan ditambahkan sifat maha pemurah serta maha adilNya. Tentang hal, kita akan bisa melihat penggambarnya dengan jelas melalui penafsiran dalam hadits yang ke-37 tentang "Keadilan dan Karunia Allah" yang ada didalam makalah ini.
2. SYARAH HADITS
عن ابن عباس رضي الله عنهما, عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فما يرويه عن ربه تبارك وتعالى قال : إن الله كتب الحسنات والسيئات ثم بين : فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة، و إن هم بها فعملها كتبها الله عنده عشرحسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة، و إن هم بسيعئة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة، و إن هم بها فعملها كتبها الله سيئة واحدة (رواه البخاري و مسلم فى صحيحيحما بحذاه احروف)
Artinya:
Dari Ibnu Abbas rodhiallohu ‘anhu dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda menyampaikan apa yang diterimanya dari Tuhannya Allah ‘azza wa jalla. Dia berfirman, “Sesungguhnya Allah mencatat semua amal kebaikan dan keburukan”. Kemudian Dia menjelaskan. “Maka barang siapa telah berniat untuk berbuat suatu kebaikan, tetapi tidak melakukannya, maka Alloh mencatatnya sebagai satu amal kebaikan. Jika ia berniat baik lalu ia melakukannya, maka Alloh mencatatnya berupa sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan masih dilipatgandakan lagi. Dan barang siapa berniat amal keburukan namun tidak melakukannya, Alloh akan mencatatnya sebagai amal kebaikan yang utuh, dan bila ia berniat dan melakukannya, maka Alloh mencatatnya sebagai satu amal keburukan.” (HR. Bukhori dan Muslim dalam kedua kitab Shahih-nya dengan redaksi tersebut).
2.1. Mufradat Hadits
تبارك : Suci.
وتعالى : Maha tinggi, suci dari segala sifat-sifat makhluk, karena kesempurnaan dan ketinggianNya.
كتب : Menetapkan, menuliskan, menetapkan segala ketentuan kebajiakan dan keburukan.
ثم بين ذالك : Kemudian menjelaskan hal itu, merinci apa yang masih disebutkanNya secara global.
فلم يعملها : Barangsiapa berkeinginan melakukan kebaikan.
فمن هم بحسنة : Barangsiapa berkeinginan melakukan kebaikan dan tidak melakukannya.
كتبهاالله عنده : Allah mencatatnya di sisiNya, yakni Allah memerintahkan dua malaikat pencatat untuk mencatatnya, (penyebutan "di sisiNya" ialah untuk memuliakan Allah).
حسنة كاملة : Satu kebajikan penuh, tanpa ada kekurangan padanya.
عشرحسنات : Sepuluh kebajikan. Dilipat gandakan, dan terkadang dilipat gandakan hingga mencapai berkali-kali lipat banyaknya tergantung niat pelaku, keikhlasan, dan kemanfaatannya.
و إن هم بسيئة فلم يعملها : Jika dia berniat melakukan keburukan tapi tidak melakukannya. Dia meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah mencatat untuknya satu kebajikan penuh.
و إن هم بها فعملها كتبهاالله لهسيئة واحدة : Dan jika dia berniat melakukan lalu mengerjakannya, maka Allah mencatatnya satu keburukan. Beliau tidak menyebutkan "di sisiNya" karena tidak adanya inayah dan ketidakbesertaan Allah dengannya.

2.2. Kedudukan Hadits
Hadits ini adalah hadits qudsi yang memuat kabar gembira dan harapan yang besar terhadap karunia dan rahmat Allah yang maha luas. Hadit ini memberikaN dorongan dan harapan untuk kerja keras dengan terus melakukan muraqabah (pendekatan) kepada Allah SWT.
2.3. Pemahaman Hadits
Seseorang yang bertekad kuat untuk mengamalkan sesuatu, tidak akan terlepas dari enam keadaan berikut ini:
1. Bertekad dalam kebaikan dan mengamalkannya. Baginya pahala sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan sampai tak berhingga.
2. Bertekad dalam kebaikan dan batal mengamalkannya. Baginya pahala satu kebaikan.
3. Bertekad dalam kejelekan dan mengamalkannya. Baginya dosa satu kejelekan.
4. Bertekad dalam kejelekan dan gagal mengamalkannya karena terhalang sesuatu. Baginya dosa satu kejelekan.
5. Bertekad dalam kejelekan dan membatalkannya karena Alloh. Baginya pahala satu kebaikan.
6. Bertekad dalam kejelekan dan batal mengamalkannya karena hilang selera, misalnya. Baginya tidak pahala dan tidak juga dosa.
Dalam syarahnya terhadap hadits ini, Imam an-Nawawi berkata: Perhatikan, wahai saudaraku, semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua, akan belas kasih Allah SWT, dan renungkanlah kata-kata ini.
Sabda dari Rasulullah SAW, "di sisiNya", mengisyaratkan supaya memperhatikan. Sabdanya, "sempurna" untuk penegasan dan sangat memperhatikannya. Belaiu mengatakan tentang keburukan diniatkan seseorang kemudian dia meninggal tanpa melakukannya, maka Allah mencatatnya di sisiNya satu kebajikan penuh. Beliau menegaskannya dengan kata "sempurna". Sedangkan sabdanya,"jika ia melakukannya, maka Allah mencatatnya satu keburukan." Beliau menegaskan penyedikitannya denagan kata "satu" dan tidak menegaskannya dengan kata "sempurna".
Dan untuk sabdanya, "jika dia berniat melakukan suatu kebajikan dan melakukannya, maka Allah mencatatnya di sisiNya sebagai 10 kebajikan hingga 700 kelipatan, bahkan hingga berkali-kali lipat banyaknya." Hal ini sesuai dengan riwayat al-Bazzar dalam Musnadnya bahwa Nabi SAW bersabda: "Amal-amal itu ada tujuh: dua amal (diantaranya) memastikan, dua amal (lagi) satu dibalas satu, satu amal (lain) satu kebajikan dibalas dengan sepuluh kebaikan, satu amal lagi dibalas tujuh ratus kali lipat, dan satu amal (lainnya lagi) tidak ada yang dapat menghitung pahalanya kecuali Allah SWT. Dua amal yang memastikan ialah kufur dan iman: iman memastikan surga dan kafir memastikan neraka. Dua amal yang satu dibalas dengan satu, ialah orang yang berniat kebajikan dan belum melakukannya, maka Allah mencatat untuknya satu kebajikan. Dan siapa yang melakukan keburukan, maka Allah mencatat untuknya satu keburukan. Amal yang diberi balasan dengan sepuluh kebajikan ialah amal kebajikan, berdasarkan firman Allah,'Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat. (al-An'am: 160). Amal yang diberi balasan denan tujuh ratus kelipatan ialah satu dirham unutk berjihad di jalan Allah. Allah SWT berfirman, 'Serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. (al-Baqarah: 261).

Adapun kandungan-kandungan yang termuat dalam hadits ini antara lain:

a. Perbuatan yang baik: Semua kebaikan yang dilakukan oleh seorang mukmin, maka ia akan mendapat pahala sepuluh kali lipat dari kebaikan tersebut. Hal ini disebabkan karena dia tidak hanya sekedar berkeinginan, namun merefleksikan apa yang menjadi keinginannya dalam bentuk konkret.
b. Perbuatan buruk: Semua perbuatan buruk yang dilakukan seseorang, akan ditulis apa adanya (satu keburukan) dan tidak dilipat gandakan. Allah SWT berfrman, "Dan barangsiapa yang melakukan perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbangdengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)." (Al-An'am: 160). Meskipun demikian keburukan tersebut bisa menjadi lebih berat dosanya, seuai dengan waktu, tempat, dan pelakunya. Yang berkaitan dengan waktu, berat dosanya apabila kita melakukan perbuatan buruk pada saat bulan-bulan haram (yang disucikan), firman Allah: "Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptrakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan-bulan tersebut." (At-Taubah: 36). Sedangkan yang berkaitan dengan tempat, yakni jika bertempat di tanah suci Mekah, firman Allah: "Dan barangsiapa yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya (Masjidil Haram) niscaya akan Kami rasakan kepadanya siksa yang pedih." (Al-Hajj: 25). Dan yang berkaitan dengan pelaku, Allah akan melipatgandakan balasan dari keburukan yang dilakukan oleh orang-orang yang tingkat ma'rifah dan kedekatannya dengan Allah sangat tinggi, firman Allah: "Hai istri-istri Nabi, siapa diantara kalian yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya siksaan mereka akan dilipatgandakan dua kali lipat. Yang demikian itu mudah bagi Allah. Dan barangsiapa diantara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan RasulNya dan mengerjakan amal yang shalih, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia." (Al-Ahzab: 30)
c. Berazam untuk melakukan kebaikan: Yang dimaksud dengan azam disini adalah keinginan dan berusaha untuk merealissasikan. Bukan sekedar lintasan pikiran yang tidak diiringi oleh keinginan yang kuat untuk melaksanakan.Barangsiapa yang mempunyai keinginan seperti ini, untuk melakukan kebaikan, maka Allah mencatat baginya satu kebaikan secara utuh. Karena keinginan yang kuat untuk melakukan suatu kebaikan merupakan penyebab atau permulaan dari kebaikan itu sendiri. Dan penyebab kebaikan pada dasarnya adalah kebaiakan juga.
d. Berniat melakukan dosa: Pada dasarnya seseorang yang membatalkan niatnya untuk melakukan dosa karena Allah, berarti dia telah melakukan amal shalih, yaitu keridhaan Allah SWT. Namun apabila dia membatalkan niat buruk tersebut karena dipicu oleh rasa takut kepada sesama manusia atau agar diperhatikan manusia, maka Allah tidak akan mencatatnya sebagai suatu kebaikan.
e. Karunia yang besar: Terkait dengan hal ini, benar bahwa karunia Allah sesungguhnya sangat, karena Allah tidak akan menghancurkan seseorang kecuali orang itu sendiri yang membawa dirinya kepada kehancuran, melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan, berani melakukan keburukan, dan berpaling dari kebaikan.
f. Malaikat mengetahui apa yang diniatkan manusia: Dalam mengetahui keinginan manusia tersebut, kemungkinan malaikat mengetahuinya melalui ilham atau juga karena malaikat diberikan kelebihan oleh Allah SWT untuk mengetahui isi hati manusia.
g. Keutamaan puasa: Puasa mempunyai nilai lebih, jika dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Berlipat gandanya pahala puasa tidak ada yang mengetahui kecuali Allah SWT. Selain itu, puasa juga merupakan tingkat kesabaran yang paling mulia dan atas kesabaran itulah manusia akan selalu mendapatkan pahala yang tanpa batas, firman Allah: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkian pahala tanpa batas." (Az-Zumar: 10)
h. Sesungguhnya rahmat Allah terhadap hambaNya sangatlah luas, pengampunanNya mencakup semua dosa, dan pemberianNya tidak ada habisnya.
i. Allah tidak akan menghitung berpikir untuk melakukan maksiat sebagai suatu dosa kecuali jika telah direfleksikan dalam bentuk konkret.
j. Seorang muslim hendaknya senantiasa berniat untuk melakukan kebaikan. Dengan niat tersebut semoga akan dicatat sebagai pahala kebaikan. Disamping itu, bertekad untuk melakukan amalan kebaikan jika kondisi memungkinkan.
k. Ikhlas dalam ketaatan dan dalam rangka meninggalkan maksiat adalah kunci untuk mendapatkan pahala. Semakin tinggi keikhlasan seseorang, maka semakin bertambah pula kadar pahala yang akan didapatkan.

3. PENUTUP
Dari pembahasaan diatas, kita bisa melihat betapa Allah SWT bersifat sangat pemurah terhadap hambanya, bahkan suatu niat yang buruk pun bisa menjadi satu kebaikan sempurna apabila kita membatalkan untuk melakukannya karena Allah SWT. Maka melalui hadits ini, ada beberapa hal yang tentunya bisa kita jadikan sebagai bahan renungan untuk mengendalikan diri kita dalam melakukan suatu perbuatan yang sebelumnya sudah kita niatkan. Apabila kita meniatkan sesuatu yang buruk, bersegeralah membatalkannya karena Allah agar mendapatkan kebaikan dariNya. Dan apabila kita meniatkan sesuatu yang baik, maka bersegeralah untuk mengerjakannya agar memperoleh kebaikan yang berlipat ganda dariNya.


DAFTAR PUSTAKA

• Al-Bugha Mustafa Dieb dan Muhyidin Mitsu, Al-Wafi (Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah), Jakarta: Al-I'tishom , 2008

• An-Nawawi Al-Imam Muhyiddin, et. al, Syarah Arbain an-Nawawi, terj. Ahamad Syaikhu, Jakarta: Darul Haq, 2008

• Hafizhohulloh Shalih Alu - Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - http://muslim.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar