Iman & Taqwa Akan Memberikan Keberkahan dalam Kehidupan Manusia
Oleh: Apriyanto.s.sos.i
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. 7:96)
Pada kesempatan kali kini kita akan mentadabburi sebuah ayat dalam surat Al A‘raf ayat 96 yang erat kaitannya dengan kondisi yang saat ini terjadi di tengahtengah masyarakat, kalau kita telusuri munasabah (hubungan) antara ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya, akan didapatkan hubungan yang sangat erat di antara ayat-ayat tersebut. Pada ayat sebelumnya Allah menceritakan bagaimana keadaan para Nabi dan Rasul-Nya beserta kisah kaumnya dan keingkaran mereka terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Disebabkan keingkaran tersebut maka Allah Swt menimpakan azab kepada mereka. Dari kisah-kisah tersebut kita bisa mengambil sebuah pelajaran, bahwa ketika penduduk suatu kaum mengingkari Allah dan Rasul-Nya, Allah akan menimpakan azab kepada mereka, sebagaimana yang terjadi kepada kaum ‘ad dan Tsamud, begitu juga kepada penduduk Madyan. Allah akan selalu menepati janji-Nya bahwa ketika seseorang bermaksiat maka akan ditimpakan kepadanya azab dan bala’ sebagai akibat dari kelalaian mereka. Sehingga apa pun yang mereka lakukan tidak akan memberikan berkah dalam kehidupan mereka. Bahkan semua yang ada di alam ini tidak memberikan manfaat kepadanya.
Karena itu pada ayat ini Allah Swt menggunakan kalimat “I” yang berarti “jikalau”, merupakan syarat yang harus di penuhi. Ketika syarat-syarat itu di penuhi maka akan ada jawaban syarat tersebut sebagai balasan dari pemenuhan syarat tersebut. Allah dalam hal ini mengiysaratkan kepada suatu kaum jikalau mereka beriman dan bertaqwa maka sebagai jawaban atau balasannya Allah akan membukakan pintu keberkahan kepadanya. Sesungguhnya keimanan kepada Allah adalah masalah aqidah yang sangat penting untuk diperhatikan dan dikuatkan dalam kehidupan seorang muslim, kemudian keimanan itu harus dibarengi dengan ketaqwaan kepada Allah Swt. Keimanan seperti inilah yang akan mendatangkan keberkahan hidup bagi seorang muslim. Iman kepada Allah membebaskan seseorang untuk menyembah kepada hawa nafsunya, iman kepada Allah juga akan membebaskan seseorang untuk menyembah dan menuhankan manusia, sedangkan ketaqwaan merupakan benteng yang senantiasa melindungi dan menjaga diri seorang muslim dari sifat ghurur dan cinta dunia, bahkan ketaqwaan merupakan penawar dari segala macam penyakit yang akan menjerumuskan manusia kepada perbuatan maksiat dan jauh dari Allah Swt. Itulah yang di ajarkan oleh para nabi dan rasul terdahulu kepada kaumnya, akan tetapi yang terjadi kepada kaum terdahulu adalah sebaliknya, mereka malah memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Karena itu lalu Allah menimpakan Azab kepada mereka, sebagai jawaban dan balasan ketika syarat yang diberikan Allah kepada mereka tidak dipenuhi, ketika ketentuan Allah mereka langgar, Allah dengan keadilan-Nya akan memberikan balasan terhadap perbuatannya, dengan keadilan-Nya Allah memberikan sesuatu secara proporsional, yang ada hanya dua Ketaatan dan kemaksiatan, yang taat akan mendapatkan keberkahan dan yang berbuat maksiat akan mendapatkan azab dari Allah. Semua itu sudah merupakan Sunnatullah yang harus kita yakini dalam kehidupan kita, Allah sudah banyak memberikan kisah-kisah umat terdahulu di dalam Al Quran untuk kita jadikan `ibrah dalam kehidupan kita.
Jawab dari “lau” adalah kalimat “lafatahna..” yang didahului oleh lam taukid (lam yang menguatkan) yang berarti pasti atau sungguh. Ini merupakan janji Allah bahwa Allah Swt. sungguh membukakan pintu berkah kepada penduduk suatu kaum jikalau mereka beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Ini merupakan janji Allah Zat yang Maha Agung dan Mulia yang tidak pernah mengingkari janji-Nya. Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada hamba-Nya, sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji-Nya “Innaka la Tukhliful mii`ad”. Keberkahan yang di janjikan Allah adalah keberkahan yang sangat banyak yaitu Allah akan membukakan pintu berkah dari langit dan bumi, sebagian besar ahli tafsir menyebutkan bahwa keberkahan dari langit itu adalah berupa hujan yang menyuburkan tanaman dan keberkahan di dunia adalah segala macam jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi, sebagian mufassirin juga menafsirkan bahwa keberkahan dari langit itu adalah dikabulkannya doa seorang hamba ketika memohon kepada Allah, sedangkan keberkahan di dunia adalah ketenangan hidupnya di dunia. Kalimat “barakaatin” dalam ayat ini sifatnya umum, Allah tidak memberikan keterangan yang mengkhususkan keberkahan tersebut kepada suatu hal tertentu akan tetapi umum untuk semua sisi kehidupan manusia, menjadikan hidup seorang mukmin berkah baik itu harta yang dititipkan Allah kepadanya, pekerjaan, anak dan istri, ataupun yang berupa perbuatan dan tingkah laku yang ia lakukan memberikan berkah dalam kehidupannya serta bernilai ibadah di sisi Allah Swt.
Sebagian manusia ada yang beranggapan bahwa dia mengatakan dirinya adalah seorang muslim, akan tetapi rezekinya tetap sempit dan senantiasa mendapatkan kesusahan, sedangkan sekelompok orang yang mereka tidak muslim akan tetapi mereka hidup senang, jadi di manakah kedudukan sunnatullah yang tidak akan berubah tersebut? Jawabannya adalah bahwa mereka yang mengatakan diri mereka muslim tersebut bukanlah seorang mukmin ataupun seorang yang muttaqin, dikatakan begitu karena mereka belum sepenuhnya ikhlas beribadah kepada Allah Swt, dan tidak mewujudkan makna “laa ilaaha illa Allah” dalam kehidupannya sehari-hari. Semua itu baru mereka lakukan hanya sebatas pemenuhan kewajiban dan bahkan menganggap ibadah itu sebagai suatu kebiasaan dan ritual yang harus dilaksanakan. Begitu juga dengan pengucapan kalimat Syahadat baru hanya sebatas ucapan di lidah saja tanpa ada aplikasi dari sikap dan tingkah lakunya untuk mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang Allah Swt. Karena itulah mereka belum bisa merasakan manisnya iman.
Sedangkan orang yang tidak beriman dan bertaqwa mereka diberi rezki yang banyak, bukan berarti itu memberikan keberkahan kepada mereka, bisa jadi rezki yang banyak itu juga merupakan ujian bagi mereka. Karena ujian dengan kenikmatan dan kemewahan lebih berbahaya dan lebih sulit dibandingkan dengan ujian kesusahan dan kemelaratan, banyak orang yang bisa sabar ketika di uji dengan kekurangan dan kemelaratan, tetapi ketika di uji dengan kesenangan dan kemewahan mereka tidak bisa sabar untuk senantiasa taat kepada Allah Swt. Jadi, keberkahan tidak dapat di ukur dengan banyak atau sedikit nikmat yang kita peroleh, keberkahan bisa kita dapatkan dengan nikmat yang sedikit, ketika nikmat yang diberikan itu bisa bermanfaat bagi kita dan juga bagi orang lain, ketika nikmat itu bisa memberikan ketenangan, ketentraman dan melahirkan keridhoan dan keikhlasan maka itu bisa kita katakan nikmat itu berkah bagi dirinya.
Berapa banyak kita lihat ketika seseorang hidup dengan kemewahan dan harta yang berlimpah ruah, akan tetapi kehidupannya tidak melahirkan ketenangan jiwa dan banyak yang frustasi, menimbulkan stress karena mengurus harta kekayaannya, bahkan terkadang bisa menghancurkan hidupnya, menimbulkan perselisihan kepada generasi setelahnya yang sibuk bersaing untuk mendapatkan harta warisan. Nauzubillah min dzalik..,semua itu merupakan perhiasan yang tidak memberikan berkah kepada pemiliknya, bahkan menjadikan azab dan bencana kepadanya.
Sesungguhnya keberkahan itu hanya dapat diwujudkan dengan iman dan taqwa, keberkahan yang didapat dari ketaqwaan dan keimanan akan memberikan berkah dalam semua sisi kehidupan, berkah kepada dirinya, berkah kepada keluarganya, berkah kepada masyarakat dimana dia tinggal bahkan berkah bagi semua makhluk yang ada di dunia. Keberkahan akan memuliakan dan meninggikan seseorang dihadapan manusia dan Allah Swt.
Mungkin kita perlu merenung kembali dengan sekian banyak ujian dan cobaan yang menimpa kita saat ini, bisa jadi karena kita sudah jauh dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt yang menciptakan dan mengatur alam semesta, ketika itu terjadi maka Allah akan memberikan balasan terhadap kelalaian kita dalam beribadah dan mengingat Allah Swt, ketika sebagian melakukan kemaksiatan kepada Allah Swt, maka siksa Allah akan menimpa tidak hanya kepada orang yang zalim saja, akan tetapi bisa juga menimpa orang yang sekitarnya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Anfal ayat 25: “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. 8:25). Allah senantiasa menyuruh kita untuk mengajak kepada yang ma`ruf dan mencegah kepada yang mungkar agar masing-masing kita memiliki pribadi-pribadi muslim yang nantinya akan melahirkan masyarakat yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, ketika itu lah akan lahir pribadi, keluarga dan masyarakat muslim yang di ridhoi Allah, sehingga alam di mana kita tinggal memberikan keberkahan kepada kita.
Semoga dengan tadabbur singkat ini bisa mengingatkan kepada kita bahwa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah akan bisa memberikan keberkahan dalam kehidupan kita, sehingga bisa menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Wallahu A‘lam Bishshawab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar