Selasa, 10 Februari 2009

Qodariyah dan jabariyah dalam pandangan salaf

QODARIYAH DAN JABARIYAH DALAM PANDANGAN SALAF
Oleh: Muslimin, Mukhli,& Apriyanto

SEJARAH RINGKAS PAHAM QODARIYAH
Faham Qodariyah pada hakekatnya adalah bagian dari faham mu’tazilah, karena imamnya terdiri dari orang-orang mu’tazilah. Akan tetapi faham ini dibicarakan dalam suatu fasal tersendiri karena sepanjang sejarah persoalan qodariyah ini adalah persoalan yang besar juga yang harus menjadi perhatian seluruh ummat islam yang setia dan tetap istiqomah dalam memperjuangkan islam.
Golongan ini diberi nama tambahan khusus dari namanya yang asli yaitu Mu’tazilah menjadi QODARIYAH artinya orang-orang yang berkata bahwa ia “kuasa sendirinya” arti perkataan “Qodariyah” ialah kuasa, maksudnya adalah menurut paham Qodariyah manusia mempunyai wewenang dan kebebasan untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya, dalam istilah ingrisnya faham ini dikenal dengan nama free will dan free act. Jadi kaum ini boleh dinamakan kaum mu’tazilah-Qodariyah. Ada yang sebagian orang Qodariyah yang memfatwakan bahwa sekalian pekerjaan manusia yang baik adalah tuhan yang menciptakan, tetapi perbuatan manusia yang buruk adalah pekerjaan manusia itu sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan tuhan. Sebagai mu’jizat nabi Muhammad telah mengatakan jauh hari sebelum kaum Qodariyah muncul, rasulullah Saw bersabda:

عن حذ يفة قال قال رسول الله ص م لكل امة مجوس هذه الامة الذين يقولون لا قدر من مات منهم فلا تشهدوا جنا زته ومن مرض منهم فلا تعودوهم وهم شيعة الدجال وحق على الله ان يلحقهم با الدجال رواه ابو داود
“Dari huzaifah beliau berkata” berkata rasulullah Saw bagi setiap ummat ada majusinya.majusi ummat iniialah mereka yang tidak percaya pada taqdir. Kalau mereka mati jangan dijiarahi, dan jika sakit jangan dijenguk, mereka adalah “partai dajjal”, memang ada hak bagi tuhan untuk mengaitkan mereka dengan jajjal”(HR.Abu Daud)
Dalam memberkomentar hadist ini, imam nawawi berkata dalam syarah muslim:” sebab mereka dicap majusi karena mereka menetapkan adanya dua kholiq(yang menjadikan), yang baik dijadikan oleh Allah dan yang buruk dijadikan oleh manusia, sebab orang yahudi beranggapan bahwa yang baik dibuat dari cahaya dan yang buruk terbuat dari kegelapan. Dan orang pertama kali mempatwakan hal ini adalah ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Ad-Dhimasky. Ma’bad Al-juhani adalah seorang tabi’in yang hidup pada generasi kedua setelah rasulullah Saw, ia pernah belajar dengan wasil bin Atho’ yaitu salah seorang imam kaum mu’tazilah kepada hasan Al-basri di basrah, dan ia dihukum mati oleh Al-hajaj seorang penguasa di basrah ketika itu, karena patwa-patwanya yang salah ini, dan dalam persi lain mengatakan bahwa ia terbunuh dalam peperangan karena pergolakan politik, pada masa pemerintahan bani umayyah dan pada waktu itu dia memihak kepada ‘Abd al-rahman ibn al-Asy’as gubenur sajistan pada tahun 80 H.
Adapun ghailan ad-dhimasky adalah penduduk dimsyaq(syiria), bapaknya pernah bekerja kepada usman bin affan, selain diGhailan termasuk penganjur faham Qodariyah tetapi ia juga termasuk atau merupakan pmuka faham murji’ah, ia datang ke damaskus pada masa pemerintahan ‘Umar bin abdul Aziz, pada masa kholipah hisyam bin abdul muluk, salah seorang kholipah bani umayyah yang berkuasa ditahun 105H sampai 125H. ghailan ad-dhimasky dihukum mati karena telah menganut faham yang salah ini.

tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa orang yang pertama kali mengembangkan paham ini bukanlah kedua orang yang telah dicantumkan namanya diatas, akan tetapi oarng yag pertama kaili mengnut paham Qodariyah adalah penduduk irak, yang pada mulanya ia adalah orang nasrani kemudian masuk islam dan kembali murtad lagi, dan dari orang inilah Ma’bad al-juhainy dan ghailan dimasqy mengambil paham Qodariyah,

MARKAS BERGOLAKNYA PAHAM QODARIYAH
Ahli sejarah berbeda pandapat didalam menentukan dimana tempat markas kaum qodariyah yang sebenarnya, sebagian dari mereka mangatakan bahwa tempat atau markas bergolaknya paham ini pada mulanya diirak, dan ada yang mengatakan di damaskus, tetapi mliaht jalan nya sejarah, kemungkinan pada kedua kota itu ada. Karena bagdad dan damsyiq dulunya pada abad-abad 1,2 dan 3, penuh dengan penolakan paham.
I’TIQOD KAUM QODARIYAH YANG BERTENTANGAN DENGAN AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH
Faham Qodariyah muncul diakhir era para sahabat,dimana pemahamannya barpangkal dari kelemahan akal mereka dalam memahami mengimani taqdir Allah. Sakte ini mempunyai pemahaman yang bertentangan dengan faham Ahlu-sunnah wal jama’ah. Diantaranya:
 Kelompok ini meniadakan atau menafikan kehendak Allah dan penciptaan perbuatan hamba, menurut mereka “tidak ada ‘iradah kecuali artinya masyi’ah yaitu kehendak saja, sedangkan Allah tidak menghendaki selain apa yang telah diperintahkannya, dan Allah tidak pernah menciptakan Amalan hamba”.


AYAT-AYAT YANG MEMBAWA KEPADA FAHAM QODARIYAH
Dan adapun dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadist yang dikemukakan oleh kaum ini untuk memperkuat faham mereka adalah:
Surat Ar-Rad:11
Surat Al-kahfi:29
Surat An-Nisa’:110
Surat Ad-Dhar:3
Ayat-ayat diatas mereka tafsirkan dengan kehendak hati mereka tanpa adanya ilmu dan pemahaman yang benar, Perhatikanlah ayat ini, kata mereka “tuhan tidak bisa atau tidak kuasa merobah nasib manusia kecuali kalau mereka sendiri yang merubahnya, jadi dalam masalah perbuatan manusialah yang menentukan segalanya. Nampak dari hujah-hujah yang telah mereka kemukakan, jadi telah jelaslah bahwa faham Qodariyah ada kesamaan dengan faham Mu’tazilah, yang mana faham mu’tazilah mengatakan bahwa yang perbuatan manusia yang baik Allah yang menentukan sedangkan perbuatan manusia yang buruk berasal dari pribadinya sendiri, sedangkan Qodariyah mengatakn bahwa yang baik dan yang buruk adalah perbuatan manusia sendiri.

BANTAHAN TERHADAP KAUM QODARIYAH
Seiring dengan pemahaman qodariyah(sebagian menyebutnya dengan Qodariyah Mu’tazilah) yang telah disebutkan diatas, maka Ahlu sunnah wal jama’ah tidak ambil diam dalam persoalan ini, dan adapun bantahan-bantahan kaum sholafus sholeh dalam hal ini adalah; kaum Qodariyah mengira bahwa setiap orang bisa menciptakan perbuatan nya sendiri,tanpa ada taqdir dari Allah. Merekapun dijuluki majusi ummat seperti hadist yang telah dijelaskan diatas, sebungan dengan adanya prsamaan pemahaman dengan agama majusi, yamg memiliki pemahaman bahwa dialam ini ada dua pencipta, yaitu cahaya yang penciptakan kebaikn dan kegelapan ang menciptakan keburukan.
bantahan dalil yang telah disebutka oleh kaum Qodariyah:
surat As-Shaf:96
surat An-Nisa’:78
surat Az-Zariat:9surat Ar-Rad:16
inti dari pada ayat yang telah kami sebutkan diatas, bahwa sega perbuatan manusia Allahlah yang menentukan baik itu baik ataupun yang buruk , karena semua itu sudah tertulis dilauhil Mahfuz.
SEJARAH RINGKAS PAHAM JABARIYAH
Aliran Yang sebaliknya, yaitu faham jabariyah, kelihatannya ditonjolkan buat yang pertama kali dalam sejarah teologi islam oleh Al jad bin dirham, tetapi yang menyiarkannya adalah jahm bin shopyan dari kurasan, mulanya ia adalah seorang juru tulis dari seorang pmimpin yang bernama Harist bin suraih yang memberontak terhadap kerajaan bani Umayyahdi Khurasan, kemudian nama jahm bin sopwan enjadi terkenal karena ia adalah orang yang sangat rajin bertabligh, menyeru manusia kejalan Allah dan berbakti kepadanya.
Tetapi ada satu patwanya yang keliru, yang bertentangan dengan ulama-ulama islam yang lain, yaitu fatwa yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai daya dan upaya, tidak mepunyai ikhtiar dan tidak ada khasyab. Sekalian perbuatan manusia itu hanya majbur(terpaksa)diluar kemauannya, bagaikan busa ditengan laut. I’tiqad kaum ini pada mulanya sama dengan I’tiqad kaum ahlu sunnah wal jama’ah, ya’ni segala apa yang terjadi didunia ini semuanya kehendak Allah, tetapi setelah kaum ini dipimpin oleh jahm bin sofwan, sema itu menjadi berubah, karena jahm bin sofwan sangat radikal, keterlaluan sehingga sampai kepada apabila seorang hamba melakukan ma’siatullah maka ia tidaklah berdosa karena semuanya kehendak Allah.
Kadang-kadang faham jabariyah ini dinamakan faham jahmiah, karena jahm inilah yang mula-mula menyiarkan fatwa jahm ini, yang dalam banyak hal sama dengan mMu’tazilah, umpamanya ia mempatwakan bahwa sifat tuhan tidak ada, syurga dan nereka tidak kekal, tuhan tidak dapat dilihat dalam syurga, Qur’an itu mahluq dll. Jahm bin sofwan akhirnya mati terbunuh dalam pertempuran melawan tentara kholifah bani Umayyah pada tahun 131H.
Tetapi paham ini terbagi menjadi tiga bagian atau tiga firqoh yaitu:
1. Jahmiyah, yang dikepalai oleh jahm bin sofwan
2. Najjariyah yang dikepalai oleh Husain bin Muhammad An-najjar
3. Dhiroriyah yang dikepalai oleh Dhiror bin Umar

Ketiga faham aliran jabariyah ini berkembang sekitar akhir Abad ke-2, dan separo yang pertama dari abad ke-3H. dan perlu diketahui pula bahwa jahm bin sofwan adalah murid dari Ja’ad bin Dirham, yaitu pelopor fatwa yang mengatakan Al-Qur’an adalah mahluq dan tuhan tidak mempunyai sifat. Ja’ad bin Dirham dihukum mati oleh panguasa, pada tahun 124H, karena fatwa-fatwanya yang sesat dan menyesatkan.

I’TIQOD JABARIYAH YANG BERTENTANGAN DENGAN AHLU SUNNAH

1. Tidak ada usaha dan ikhtiar manusia
Sebagaimana yang telah disebtkan bahwa kaum jabariyah yang ikepalai oleh Jahm bin sofwan beri’tiqod bahwa manusia itu “majbur”dalam gerak geriknya, manusia tidak mempunyai daya upaya(kasab), sekalan hasil perbuatan manusia dijadikan tuhan buakn oleh manusia.
2. Iman dalam hati saja
Kaum jabariyah berfatwa bahwa “iman” itu cukup kalau sudah mengakui dalam hati, walaupun tidak diikrarkan dengan lisan.


AYAT-AYAT YANG MEMBAWA KEPADA FAHAM JABARIYAH

Surat Al-An’am:112
Surat As-Saffat:96
Surat Al-Hadid:22
Surat Al-Anfal:17
Surat Al-Insan:30

Inilah ayat-ayat dari Al-Qur’an yang mereka jadikan hujjah atas faham yang telah mereka fatwakan.






BANTAHAN TERHADAP FAHAM JABARIYAH

Kaum ahlu sunnah wal jama’ah berpendapat bahwa memang yang menciptakan semua yang ada pada diri manusia adalah Allah, tetapi tuhan pula yang menjadikan adanya ikhtiar atau kasab bagi manusia. Kelanjutannya bagi faham Ahlu sunnah bahwa sesuatu yang diperbuat oleh manusia adalah pertemuan ikhtiar manusia dan taqdir Allah, atau dengan kata lain “pertemuan ikhtiar dengan taqdir”, ikhtiar dan usaha adalah sebagai sebab saja, bukanlah ia yang mengadakan sesuatu, soal pencipta adalah hak progratif Allah.
Umpamanya, apabila api dan sesuatu bersentuhan maka akan kebakar, makanan dan mulut maka akan kenyang perut kita, pisau dengan daging , lukalah ia. Tetapi bukan bukan nasi yang menciptakan kenyang, bukan pisau yang menciptakan luka, bukan obat yang menciptakan sembuh, tetapi yang menciptakan itu semua adalah Allah. Kadang-kadang terjadi sebaliknya, jika Allah menghendaki. Berapa banyak benda yang bersentuhan dengan api tapi tidak terbakar, contoh yang lain sudah berapa banyak orang sakit yang mendapat penyembuhan karna obat apabila obatlah yang menciptakan sembuh?? Barang tentu tidak aka nada prang mati, karena macam-macam obat untuk penyakit sudah ada. Yang lucunya anak dan istri seorang dokter yang dicintainya mati juga.

Dan lagi kalau kita mengikuti faham jabariyah, maka tidak ada gunanya syariat nabi, tidak ada gunanya lagi hukum fiqih dan para rosul diutus. Mausia akan mendapat hukuman dan pahala menurut faham Ahlu-sunnah dengan keadilan tuhan Karena ikhtiar dan usahanya. Sebagai man firman Allah dalam surat Al-baqoroh:286
Surat Al-mu’min:17
Surat Ar-Rum:41.
Dalam ayat ini Allah menerangkan dan member isyarat kepada kita, bahwa manusia akan mendapat pahala dan dosa menurut apa yang dia usahakan, selain dari pada itu, walaupun tuhanyang menciptakan sesuatu, tetapi ia tidak ikut mengerjakan sesuatu. Ibaratnya tukang pembuat rumah apakah dia ikut mejadi rumah?? Dan begitu juga pembuat kue apakah dia ikut menjadi kue?? Tentu jawabannya tidak.


Kaum jabariyah berfatwa bahwa “iman” itu cukup kalau sudah mengakui dalam hati, walaupun tidak diikrarkan dengan lisan, faham ini tidak sesuai dengan faham Ahlu sunnah wal jama’ah yang berpendapat bahwa itu ialah membenarkan dalam hati, dan mengakui dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Adalah tidak cukup dalam hati saja tetapi harus diikrarkan dengan lisan:


اشهد ان لا اله الله الا و اشهد ان محمدا رسول الله
Juga menurut ahlu sunnah wal jama’ah tidak cukup kalau hanya mengakui adanya tuhan saja, tetapi tidak mengakui ke-Esaan-Nya, yang penting selain mengakui adanya, juga ke-Esaan-Nya. لا اله الله disini dapat terbayang perbedaan antara orang nasrani dengan orang islam. Sebab orang nasrani juga biasanya mengatakan “ tuhan yang maha kuasa” sadang orang islam biasanya menyebut ”tuhan yang maha Esa”. Allahu A’lam

1 komentar:

  1. asalamalaikummm....
    mas.....tukeran link yahh
    biar nambah wawasan.....terimakasih tulisannya....
    bagussssssssss
    salammmm

    BalasHapus